Kanker usus besar atau kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi di masyarakat, terutama orang berusia lanjut. Meskipun penyebab kanker usus besar secara pasti belum sepenuhnya dipahami, banyak faktor yang dikaitkan dengan perkembangan penyakit ini.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas apa penyebab kanker usus besar yang umum dan bagaimana faktor-faktor ini dapat memengaruhi kesehatan usus besar kita.
1. Faktor Genetik
Penyebab kanker usus besar dapat berkaitan dengan faktor genetik atau riwayat keluarga. Beberapa keluarga memiliki kecenderungan genetik yang meningkatkan risiko mereka terkena penyakit ini.
Terdapat dua sindrom genetik yang paling sering dikaitkan dengan kanker usus besar, yaitu:
Sindrom familial adenomatous polyposis (FAP): Kondisi ini membuat seseorang memiliki ribuan polip di usus besar mereka sehingga meningkatkan risiko terkena kanker usus besar secara signifikan.
Sindrom Lynch: Sindrom ini bisa diturunkan dari orang tua ke anak.
2. Gaya Hidup dan Pola Makan Tidak Sehat
Gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan yang buruk juga dapat menjadi penyebab kanker usus besar. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi risiko kanker usus besar adalah:
Makanan tinggi lemak atau lemak jenuh. Contoh makanan penyebab kanker usus adalah daging merah, makanan tinggi garam, gorengan, serta makanan berpengawet tinggi.
Pola makan yang rendah serat dapat menyebabkan sembelit dan mengganggu fungsi normal usus yang akhirnya meningkatkan risiko kanker.
Konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok adalah pemicu kanker, termasuk kanker usus besar.
3. Inflamasi Usus
Penyakit inflamasi usus, seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa berpotensi meningkatkan risiko kanker usus besar. Inflamasi kronis pada usus besar dapat menyebabkan perubahan pada sel yang pada akhirnya dapat berujung pada perkembangan kanker.
4. Usia dan Riwayat Pribadi
Usia adalah faktor risiko utama untuk kanker usus besar. Seiring bertambahnya usia, risiko terkena penyakit ini semakin tinggi. Selain itu, riwayat pribadi memiliki polip usus besar atau kanker usus besar sebelumnya juga dapat meningkatkan risiko kanker usus besar di masa depan.
5. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas serta kurang berolahraga cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker. Menurut National Cancer Institute, kanker kolorektal 1,3 kali lebih mungkin terjadi pada orang dengan obesitas.
Semua orang memiliki risiko terkena kanker usus besar yang sama. Namun, faktor-faktor seperti riwayat keluarga, pola makan, gaya hidup, dan usia dapat mempengaruhi risiko seseorang.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kanker usus besar meliputi menjaga pola makan sehat yang kaya serat, menghindari konsumsi alkohol berlebihan, berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, dan rutin menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Bila kamu sering melakukan kebiasaan penyebab kanker usus di atas, maka menjalani skrining mandiri adalah opsi yang tepat supaya terhindar dari ancaman kanker. Bumame menyediakan layanan skrining kanker usus besar dengan teknologi COLOTECT™ untuk mendeteksi adanya kanker sedari dini. Kamu bisa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menjalani pemeriksaan secara gratis!
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling sering mengintai para wanita di seluruh dunia. Meskipun begitu, kanker serviks bisa disembuhkan asalkan dideteksi dari awal sebelum masuk ke stadium yang lebih lanjut. Itulah alasan mengapa pemeriksaan kanker serviks secara rutin perlu dilakukan.
Nah, ada apa saja jenis pemeriksaan kanker serviks? Artikel kali ini akan membahasnya secara mendalam.
Jenis Pemeriksaaan Kanker Serviks
Pemeriksaan kanker serviks atau kanker leher rahim ada bermacam-macam, antara lain:
1. Tes Pap Smear
Tes Pap smear adalah metode tes kanker serviks yang paling umum digunakan untuk mendeteksi kanker serviks. Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel sel-sel dari leher rahim untuk dianalisis di laboratorium. Dari pemeriksaan sampel, dapat mendeteksi perubahan sel-sel abnormal yang menjadi tanda adanya kanker serviks atau tidak.
2. Tes HPV DNA
Tes HPV dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan infeksi human papillomavirus (HPV) yang merupakan penyebab utama kanker serviks. Berbeda dengan pap smear yang menggunakan sampel jaringan dari leher rahim, tes HPV DNA bisa menggunakan sampel urine dan swab vagina.
Bisa dikatakan bahwa tes HPV DNA tergolong lebih nyaman jika dibandingkan dengan tes pap smear. Keunggulan lain tes HPV DNA adalah mampu mendeteksi kondisi pra kanker yang ditunjukkan melalui kemunculan jaringan abnormal.
Karena bersifat non invasif pula, skrining HPV DNA urine bisa menjadi alternatif pemeriksaan kanker serviks untuk yang belum menikah.
3. IVA Test
Pemeriksaan IVA test (visual inspection with acetic acid) menggunakan jenis cairan khusus untuk menentukan indikasi kanker serviks. Cairan tersebut akan dioleskan pada bagian serviks, lalu dokter akan memperhatikan perubahan warna pada serviks setelah pemberian cairan.
Bagian leher rahim yang memutih merupakan tanda awal dari keberadaan jaringan abnormal yang berpotensi menjadi kanker. Jenis pemeriksaan IVA sering digunakan dalam kondisi lingkungan yang memiliki akses medis sangat terbatas.
4. Kolposkopi
Kolposkopi adalah prosedur di mana dokter menggunakan alat bernama kolposkop untuk memeriksa secara lebih detail leher rahim dan serviks. Kolposkop adalah alat yang dilengkapi dengan lensa khusus untuk memperbesar gambar.
Jika ada area yang mencurigakan, dokter dapat mengambil biopsi (pengambilan sampel jaringan) untuk pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Seberapa sering Anda harus menjalani skrining kanker serviks dan tes apa yang harus Anda jalani akan tergantung pada usia dan riwayat kesehatanmu. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter Anda untuk mendapatkan saran yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatanmu.
Namun, beberapa organisasi kesehatan memberikan rekomendasi skrining kanker serviks berdasarkan kategori usia seperti di bawah ini:
Usia 21-29 Tahun
Jika kamu termasuk dalam kelompok usia ini, kamu direkomendasikan untuk melakukan tes pertama setidaknya pada usia 21 tahun. Selanjutnya kamu bisa menjalani pemeriksaan setiap 3 tahun sekali.
Usia 30-65 Tahun
Skrining kanker serviks untuk wanita berusia 30 – 60 tahun bisa dijalani setiap 3 tahun sampai 5 tahun sekali.
Lebih dari 65 Tahun
Pemeriksaan kanker serviks bagi wanita lansia berusia 65 tahun ke atas tergantung dari rekomendasi dokter. Jika seorang wanita telah menjalani skrining secara teratur dan memiliki hasil tes yang normal, kemungkinan besar dokter akan memberitahu bahwa skrining tidak lagi dibutuhkan.
Di samping rekomendasi berdasarkan usia, seseorang juga disarankan untuk menjalani skrining kanker serviks apabila memiliki kondisi:
Positif HIV.
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Terpapar obat dietilstilbestrol (DES) sebelum kelahiran. Obat ini sering diresepkan untuk wanita hamil sampai pertengahan 1970-an. Riset menunjukkan jika DES dapat memicu kanker serviks pada bayi wanita di masa depan.
Pernah menderita kanker serviks.
Hal yang Perlu Diperhatikan Terkait Hasil Pemeriksaan
Setelah menjalani pemeriksaan, kamu tentu saja akan mendapatkan hasilnya. Namun penting untuk dipahami jika hasil tersebut tidak bisa kamu imprestasikan sendirian. Kamu butuh berkonsultasi dengan dokter terkait hasil yang kamu dapatkan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang kanker serviks seperti biopsi atau treatment khusus bila hasil skrining mengindikasikan seseorang mengidap kanker serviks. Namun jika tidak, kamu bisa mempertahankan hidup sehat dan rutin menjalani skrining agar bisa mengetahui kondisi kesehatan secara terkini.
Yuk, cegah kanker serviks dengan melakukan skrining HPV DNA bersama Bumame! Cek kanker serviks bareng Bumame jauh lebih akurat, mudah, dan pastinya nyaman untuk segala usia.
Kamu bisa mendapatkan hasil pemeriksaan hanya dalam 1×24 jam untuk skrining HPV DNA menggunakan sampel urine dan 7 hari kerja untuk skrining HPV DNA dengan pengambilan sampel swab serviks mandiri. Bahkan, kamu dapat menjalani pemeriksaan di rumah lewat layanan Home Care dari Bumame.
Selain itu, kamu pun dapat berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menjalani pemeriksaan kanker serviks dan pembacaan interpretasi hasil setelah skrining dilakukan. Semua konsultasi gratis tanpa dipungut biaya tambahan!
Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang sangat berbahaya bagi wanita. Banyak perempuan sering kali tidak menyadari bahwa penyebab kanker serviks mudah sekali ditemukan di sekitar. Nah, apa saja penyebabnya? Ikuti pembahasan singkat dari Bumame yang satu ini!
Apa Penyebab Kanker Serviks Pada Wanita?
Faktor penyebab kanker serviks adalah infeksi human papillomavirus (HPV) dan pada akhirnya menyebabkan kanker. Akan tetapi, tidak ada satu penyebab spesifik mengapa virus tersebut bisa menginfeksi manusia. Penyebaran HPV paling umum biasa terjadi lewat hubungan seksual dan sentuhan kulit secara langsung dengan penderita.
Di sisi lain, terdapat pula faktor yang bisa memicu kanker serviks untuk berkembang dalam tubuh seseorang selain infeksi HPV. Perhatikan poin-poin di bawah untuk penjelasan lengkap terkait penyebab kanker serviks:
1. Terinfeksi HPV
Ada banyak jenis virus human papilloma di dunia ini. Beberapa di antaranya tidak menyebabkan penyakit serius. Akan tetapi, ada beberapa jenis HPV yang sangat berpotensi menyebabkan kanker serviks.
Penyebaran HPV yang mampu memicu kanker ini menyebar melalui hubungan seksual atau tidak sengaja kontak langsung dengan penderita dan menyentuh permukaan yang sebelumnya disentuh oleh penderita.
2. Merokok
Ketika seseorang merokok, si perokok dan orang-orang di sekitarnya akan terpapar banyak bahan kimia penyebab kanker yang memengaruhi organ. Kemudian, zat kimia berbahaya ini diserap melalui paru-paru dan dibawa dalam aliran darah ke seluruh tubuh.
Alhasil, wanita yang merokok memiliki kemungkinan dua kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak merokok.
3. Imum Tubuh Melemah
Kekebalan tubuh yang lemah dapat menjadi celah untuk HPV berkembang dalam tubuh dan akhirnya meningkatkan risiko kanker leher rahim. Sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat terjadi pada individu dengan kondisi medis tertentu, seperti infeksi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ.
4. Infeksi Klamidia
Sebuah jurnal mengemukakan jika infeksi klamidia bagi para wanita juga dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Klamidia sendiri akan menyebabkan peradangan serviks, mengembangkan sel-sel abnormal dan pada akhirnya meningkatkan risiko kanker serviks.
5. Hubungan Seksual Terlalu Dini
Melakukan hubungan seksual sebelum usia 18-20 tahun dan memiliki banyak pasangan seksual membuat seorang wanita berisiko lebih tinggi terkena infeksi HPV.
6. Riwayat Keluarga
Faktor genetik yang dapat mempengaruhi rentang seseorang untuk mengembangkan kanker serviks. Jika ada anggota keluarga yang telah didiagnosis dengan kanker serviks, seseorang bisa lebih berisiko terkena kanker.
Pencegahan Kanker Serviks
Meski kanker serviks terdengar sangat menyeramkan dan memang sering menyebabkan kematian, pencegahan kanker serviks tergolong cukup mudah. Kamu bisa mulai disiplin menerapkan:
1. Jaga Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat juga berperan penting dalam mencegah kanker serviks. Beberapa contoh gaya hidup sehat yang dapat kamu lakukan adalah:
Mengonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran yang tinggi vitamin dan serat.
Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok.
Membatasi konsumsi alkohol.
Mengelola stres dengan baik melalui aktivitas relaksasi seperti yoga atau meditasi.
Melakukan olahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh.
2. Setia Pada Satu Pasangan
Mengurangi jumlah pasangan seksual dapat membantu mengurangi risiko terpapar HPV dan PMS (Penyakit Menular Seksual) lainnya. Semakin banyak pasangan seksual yang kamu miliki, semakin besar risiko terinfeksi virus penyebab kanker serviks.
3. Jalani Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV adalah langkah pencegahan yang sangat penting untuk mencegah infeksi virus HPV yang berhubungan dengan kanker serviks. Vaksin ini direkomendasikan untuk wanita usia 9 hingga 45 tahun. Pastikan kamu berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani vaksinasi HPV.
4. Lakukan Pemeriksaan Rutin
Dikutip dari American Cancer Society, kanker serviks seringkali tidak menimbulkan tanda atau gejala. Artinya, seseorang bisa saja terkena kanker serviks tanpa disadari hingga menjadi lebih lanjut. Menjalani pemeriksaan rutin akan berdampak besar dalam pencegahan kanker serviks, lho!
Kanker serviks memang bukan sesuatu yang dapat dianggap remeh. Namun demikian, kamu bisa melakukan tindakan preventif supaya kanker serviks tidak menjadi lebih berbahaya.
Bumame menyediakan skrining HPV DNA guna mendeteksi kanker serviks sejak dini. Melalui HPV DNA, kamu bahkan bisa mendeksi HPV jauh sebelum kanker dan berada di masa pra-kanker. Kamu juga bisa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahlinya secara gratis sebelum menjalani tes.
Kanker usus besar merupakan salah satu jenis kanker yang cukup umum terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini dapat mempengaruhi kinerja bagian kolon atau rektum dan dapat memiliki dampak serius pada kesehatan seseorang. Gejala kanker usus besar pun dapat bervariasi tergantung pada tahap perkembangannya.
Apa Saja Gejala Kanker Usus Besar?
Kanker usus besar dapat menunjukkan beberapa gejala yang berbeda tergantung stadium kanker. Di stadium awal, kanker jarang sekali menunjukkan ciri khusus. Ciri tertentu baru akan muncul saat kanker memasuki stadium tertentu.
Beberapa ciri-ciri kanker usus besar antara lain:
1. Perubahan Pola Buang Air Besar
Penderita kanker usus besar sering mengalami perubahan pola buang air besar. Kondisi tersebut bisa terdiri dari diare, sembelit yang berkepanjangan, atau perasaan tidak lega setelah buang air besar.
2. BAB Berdarah
BAB berdarah merupakan gejala kanker yang tidak boleh kamu biarkan begitu saja. Tinja yang mengandung darah berwarna gelap atau hitam. Meskipun begitu, BAB berdarah juga bisa menjadi indikasi jenis kanker lain, yakni kanker lambung.
3. Nyeri Perut atau Kram
Beberapa penderita kanker usus besar dapat mengalami nyeri perut atau kram yang terus menerus. Nyeri ini terlokalisasi di daerah sekitar usus besar atau rektum.
4. Kelelahan yang Tidak Wajar
Kelelahan yang berlebihan dan tidak dapat dijelaskan adalah gejala umum yang dialami oleh banyak penderita kanker usus besar. Lelah berlebih dapat terjadi karena anemia yang berkembang akibat perdarahan dalam saluran pencernaan.
5. Penurunan Berat Badan
Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan terjadi secara tiba-tiba juga dapat menjadi gejala kanker usus besar. Hal ini terjadi karena kanker dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi dengan baik.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Kanker Usus Besar
Selain mengenali gejala kanker usus besar, penting juga untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengembangkan kondisi ini.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kanker usus besar meliputi:
Usia: Risiko kanker usus besar meningkat dengan bertambahnya usia. Pada umumnya, risiko kanker usus besar lebih tinggi setelah usia 50 tahun.
Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga yang telah didiagnosis dengan kanker usus besar, kamu juga berisiko tinggi terkena kanker.
Pola makan yang tidak sehat: Pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan risiko kanker usus besar. Konsumsi daging merah yang berlebihan juga dapat menjadi faktor risiko.
Kurangnya aktivitas fisik: Gaya hidup yang kurang aktif dapat meningkatkan risiko kanker usus besar. Olahraga teratur dan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi kemungkinan kanker usus besar.
Riwayat penyakit inflamasi usus: Jika kamu telah menderita penyakit inflamasi usus seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn, peluang untuk tumbuhnya kanker usus besar juga akan meningkat.
Pencegahan Kanker Usus Besar
Kanker usus besar bisa bisa dicegah dengan membentuk kebiasaan sehat. Kamu wajib konsumsi makanan bergizi dan kaya akan serat seperti buah-buahan dan sayur. Jangan lupa untuk mengurangi makanan tinggi lemak jahat, contohnya junk food.
Jika kamu adalah seorang perokok, cobalah untuk berhenti merokok atau menghindari asap rokok bagi kamu yang bukan perokok. Jangan lupa untuk berolahraga rutin supaya berat badan tetap ideal dan stabil.
Pencegahan juga bisa dilakukan lewat skrining mandiri. Dengan mendeteksi secara mandiri, kamu bisa menemukan potensi kanker dari stadium awal, sehingga keberhasilan pengobatannya pun bisa lebih besar.
Demikianlah ulasan tentang gejala kanker usus besar dan pencegahannya. Bumame menyediakan skrining kanker usus besar menggunakan teknologi COLOTECT™. Pemeriksaan ini bersifat non invasif dan mudah dilakukan. Hasil pemeriksaan bisa kamu dapatkan 3-5 hari kerja setelah pengambilan sampel. Lakukan konsultasi bersama dokter secara gratis sebelum pemeriksaaan!
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling umum menyerang wanita di seluruh dunia. Pada tahun 2020 saja, terdapat kasus kanker serviks baru mencapai 36,633 kasus di Indonesia.
Penyakit kanker serviks bisa disembuhkan dengan penanganan yang tepat serta deteksi sedari dini. Simak pembahasan dari Bumame berikut!
Apa Itu Kanker Serviks?
Kanker serviks adalah penyakit yang memunculkan sel-sel abnormal di jaringan leher rahim. Kumpulan sel ini tumbuh pada leher rahim secara tak terkendali. Jika dibiarkan dan tidak diobati, sel kanker dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kanker serviks biasanya disebabkan oleh infeksi virus yang disebut human papillomavirus (HPV).
Jenis Kanker Serviks
Kanker leher rahim dibagi menjadi dua jenis:
1. Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
Jenis kanker serviks ini bermula dari sel-sel tipis dan datar (sel skuamosa) yang melapisi bagian luar leher rahim serta membentang ke dalam vagina. Kanker serviks karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker serviks yang paling sering terjadi.
2. Adenokarsinoma
Jenis kanker serviks adenokarsinoma dimulai dari sel-sel kelenjar berbentuk kolom yang melapisi saluran serviks.
Stadium Kanker Serviks
Kanker leher rahim mulai berkembang dari stadium awal ke stadium yang lebih lanjut. Pembagian stadium yang ada terbagi menjadi:
Stadium 1: Sel kanker hanya ada di leher rahim.
Stadium 2: Sel kanker berhasil menyebar ke ⅔ bagian atas vagina atau jaringan di sekitar rahim.
Stadium 3: Kanker telah menyebar ke ⅓ bagian bawah vagina atau dinding panggul, dan kelenjar getah bening.
Stadium 4: Kanker menyebar ke luar panggul, contohnya ke lapisan rektum, kandung kemih, atau area lain.
Apa Penyebab Kanker Serviks?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kebanyakan kasus kanker leher rahim disebabkan oleh human pavillomavirus (HPV). HPV yang menyebabkan kanker hanya terdiri dari beberapa jenis tertentu. Sisanya, infeksi HPV tidak menimbulkan masalah atau penyakit serius seperti kanker.
National Cancer Institute di Amerika Serikat menjelaskan terdapat dua jenis HPV yang paling berisiko menyebabkan kanker, yakni HPV 16 dan HPV 18.
Orang yang Berisiko Terkena Kanker Serviks
Penyakit kanker leher rahim sangat berisiko bagi beberapa orang dengan kondisi kesehatan atau pola hidup tertentu. Orang yang berpeluang tinggi mengidap kanker serviks antara lain:
1. Terpapar HPV
Human papillomavirus bisa menyebar melalui hubungan seksual atau sentuhan langsung dengan penderita. Seseorang juga bisa tertular virus ini jika tidak sengaja menyentuh permukaan yang terpapar HPV.
2. Perokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Zat-zat beracun dalam asap rokok dapat merusak sel-sel di leher rahim dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
3. Sistem Imun Tubuh Lemah
Kekebalan tubuh yang lemah dapat menjadi celah untuk HPV berkembang dalam tubuh dan akhirnya meningkatkan risiko kanker leher rahim. Sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat terjadi pada individu dengan kondisi medis tertentu, seperti infeksi HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ.
4. Terlalu Dini Berhubungan Seksual
Melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun dan memiliki banyak pasangan seksual membuat seorang wanita berisiko lebih tinggi terkena infeksi HPV dan klamidia.
5. Riwayat Keluarga
Faktor genetik dapat mempengaruhi seseorang rentan untuk terinfeksi kanker serviks. Jika ada anggota keluarga yang telah didiagnosis dengan kanker serviks, maka anggota keluarga lainnya bisa lebih berisiko terkena kanker.
Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada stadium awal. Gejala baru ditunjukkan ketika kanker sudah memasuki stadium lebih lanjut. Akan tetapi, ada beberapa gejala umum kanker serviks:
Perdarahan tidak normal di periode menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau terjadi setelah menopause.
Keputihan berlebihan, berbau tidak sedap, atau berwarna tidak normal.
Nyeri panggul tanpa sebab dan berkelanjutan.
Apabila kanker leher rahim sudah menyebar sampai ke jaringan atau organ terdekat, gejala yang bisa akan ditunjukkan adalah:
Merasa nyeri ketika buang air kecil, terkadang mengeluarkan urin disertai dengan darah
Untuk memastikan apakah gejala yang dialami oleh seseorang merupakan kanker atau bukan, dibutuhkan diagnosis yang tepat. Inilah beberapa diagnosa yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker leher rahim:
1. Pap Smear
Metode pap smear berguna untuk mendeteksi keberadaan sel kanker di dalam leher rahim. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel jaringan menggunakan alat khusus yang bernama spekulum. Setelah sampel diambil, sampel akan diperiksa ke lab untuk penelitian lebih lanjut.
2. HPV DNA Test
Selanjutnya ada metode menggunakan tes HPV DNA yang bertujuan mendeteksi DNA dari human papillomavirus dalam tubuh. Sampel yang digunakan untuk pengujian bisa menggunakan sampel dari swab serviks atau cairan urin.
HPV DNA menjadi satu-satunya tes yang dapat mendeteksi HPV sebelum terjadinya lesi prakanker (jaringan abnormal yang berpotensi menjadi tumor). Itulah sebabnya skrining HPV DNA merupakan metode tes yang paling disarankan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan World Health Organization (WHO).
3. IVA Test
Metode pemeriksaan terakhir adalah visual inspection with acetic acid atau IVA test. Pemeriksaan ini menggunakan cairan khusus yang dioleskan pada bagian serviks. Dokter akan memperhatikan apakah ada perubahan warna pada serviks setelah pemberian cairan tersebut.
Perubahan warna pada leher rahim menjadi memutih saat terkena cairan adalah indikasi awal keberadaan jaringan abnormal pada leher rahim yang menjadi awal kanker.
Hasil tes yang menunjukkan terdapat sel kanker harus diperhatikan lebih lanjut. Suspek akan diarahkan untuk memeriksakan diri ke spesialis onkologi ginekologi supaya mendapat pemeriksaan serta penanganan lebih mendalam.
Pengobatan
Semakin dini penanganan kanker serviks, maka semakin besar pula peluangnya untuk sembuh. Pengobatan dan treatment yang diberikan tergantung seberapa jauh stadium kanker.
Inilah jenis penanganan kanker serviks yang paling umum:
1. Operasi
Melakukan operasi adalah cara yang bisa dilakukan untuk mengobati kanker serviks, khususnya bila kanker ditemukan pada tahap awal.
Tim dokter akan memotong atau menghilangkan bagian pada rahim yang sudah terinfeksi dengan kanker. Penyembuhan pasca operasi sangat bervariatif tergantung bagian pemotongan yang dilakukan serta proses selama operasi.
2. Kemoterapi
Metode pengobatan kemoterapi menggunakan obat yang digunakan untuk membunuh sel kanker. Obat masuk ke dalam tubuh melalui injeksi atau obat minum. Terkadang kedua cara tersebut pun seringkali dikombinasikan.
3. Radiation Therapy
Selain operasi dan kemoterapi, ada juga pengobatan melalui radioterapi yang menggunakan sinar x ray yang digunakan untuk pengobatan. Radioterapi juga bisa diberikan pasca operasi kanker untuk mencegah kanker tumbuh kembali.
4. Targeted Therapy
Terapi tertarget menggunakan obat khusus yang didesain untuk menghancurkan sel kanker tertentu tanpa merusak sel yang sehat. Obat akan menargetkan protein yang mengontrol pertumbuhan sel kanker.
5. Imunoterapi
Sistem kekebalan tubuh terkadang tidak menyerang sel kanker, sebab sel kanker menghasilkan protein yang membuatnya tidak terdeteksi oleh sistem imun tubuh.
Metode imunoterapi akan digunakan pada kasus seperti ini. Sebuah obat akan digunakan agar merangsang sistem kekebalan untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker.
Apakah Kanker Serviks Bisa Sembuh?
Dengan perawatan dan pengobatan yang tepat, penyakit kanker serviks bisa disembuhkan. Dokter menganggap seseorang sembuh ketika kanker mulai menghilang selama pengobatan dan tidak muncul.
Meski begitu, sulit untuk mengetahui dengan pasti bahwa kanker tidak akan pernah kembali lagi. Terdapat istilah “periode remisi” untuk mengelompokkan fase penyembuhan kanker.
Periode remisi sendiri terbagi menjadi dua, yakni remisi parsial dan remisi lengkap. Remisi parsial berarti ada sedikit tanda dan gejala kanker yang tersisa. Sedangkan dalam remisi lengkap tidak ada sama sekali tanda-tanda kanker yang terdeteksi.
Seseorang bisa dikatakan sembuh dari kanker jika berada dalam periode remisi lengkap selama 5 tahun atau lebih.
Pencegahan Kanker Serviks
Kanker bisa dicegah dengan cara yang cukup mudah. Kamu perlu menjaga pola hidup sehat mulai dari rutin berolahraga serta makan sayur dan buah-buahan. Sebisa mungkin hindarilah asap rokok atau mulai mencoba untuk berhenti merokok.
Karena HPV merupakan faktor penyebab kanker serviks yang paling besar, disarankan pula bagi tiap orang untuk menghindari berganti-ganti pasangan. Mengingat HPV bisa menular dengan mudah lewat hubungan seksual.
Pemberian vaksin HPV dapat membantu melindungi terhadap infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks. Pemberian vaksin direkomendasikan untuk anak perempuan usia 9-12 tahun, tetapi dapat pula diberikan kepada orang dewasa jika belum divaksinasi.
Perempuan juga sangat disarankan untuk menjalani skrining HPV DNA secara rutin untuk deteksi dini kanker leher rahim. Sebab, kanker jenis ini nyaris tidak mudah dideteksi gejala awalnya. Sehingga penanganan yang diberikan bisa lebih optimal dan berhasil.
Lakukan pemeriksaan HPV DNA hanya di Bumame! Skrining HPV DNA bersifat non invasif. Kamu bisa melakukan pemeriksaan secara mandiri. Jadi, pemeriksaan bisa disesuaikan dengan kenyamanan masing-masing orang dan bisa dilakukan di rumah dengan layanan Home Care Bumame.
Layanan Home Care dapat memudahkanmu menjalani pemeriksaan tanpa keluar rumah. Tak hanya itu, kamu dapat berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani tes tanpa dipungut biaya alias gratis!
Vaksin Human Papillomavirus (HPV)adalah salah satu vaksin yang penting untuk melindungi kesehatan reproduksi dan mencegah penyebaran infeksi yang dapat menyebabkan berbagai jenis kanker. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail mengenai vaksin HPV, manfaatnya, efektivitasnya, serta mengungkap beberapa mitos yang perlu kita ketahui. Dengan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami, kita akan menggali lebih dalam tentang kepentingan vaksin HPV dan menghilangkan keraguan yang mungkin ada.
Pentingnya Vaksinasi HPV dalam Mencegah Kanker Serviks
Vaksinasi HPV merupakan langkah penting dalam mencegah kanker serviks. HPV adalah virus yang menular melalui hubungan seksual dan dapat menyebabkan infeksi pada area genital. Infeksi HPV yang berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan sel-sel pada leher rahim dan berpotensi berkembang menjadi kanker serviks. Oleh karena itu, vaksin HPV menjadi pilihan yang tepat untuk melindungi diri dari infeksi dan mencegah risiko kanker serviks yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kita.
Statistik Kasus Kanker Serviks dan HPV di Indonesia
Di Indonesia, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Menurut data statistik, setiap tahunnya terdapat ribuan kasus baru kanker serviks di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pencegahan dan perlindungan terhadap HPV melalui vaksinasi menjadi semakin penting. Dengan meningkatkan kesadaran akan vaksin HPV dan menggalakkan program vaksinasi, kita dapat mengurangi angka kasus kanker serviks dan melindungi generasi muda dari ancaman yang serius ini.
Manfaat Vaksin HPV dan Efektivitasnya
Vaksin HPV memberikan manfaat yang signifikan dalam melindungi tubuh dari infeksi HPV dan perkembangan kanker serviks. Beberapa manfaat utama vaksin HPV antara lain:
1. Mencegah infeksi HPV: Vaksin HPV membantu melindungi tubuh dari infeksi HPV, khususnya tipe HPV yang paling umum menyebabkan kanker serviks.
2. Mengurangi risiko kanker serviks: Dengan mencegah infeksi HPV, vaksin HPV juga dapat mengurangi risiko perkembangan kanker serviks yang berpotensi mematikan.
3. Perlindungan terhadap kanker lainnya: Selain kanker serviks, vaksin HPV juga dapat melindungi terhadap beberapa jenis kanker lainnya, seperti kanker vulva, vagina, penis, dan anus.
4. Perlindungan jangka panjang: Vaksin HPV diketahui memberikan perlindungan jangka panjang, sehingga efeknya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama.
Efektivitas vaksin HPV telah terbukti melalui berbagai penelitian dan studi kasus. Penelitian menunjukkan bahwa vaksin HPV efektif melindungi tubuh dari infeksi HPV dan mengurangi risiko perkembangan kanker serviks. Namun, penting untuk diingat bahwa vaksin HPV bukanlah perlindungan tunggal, dan tetap diperlukan upaya pencegahan lainnya, seperti pemeriksaan Pap smear secara teratur.
Proses Vaksinasi HPV dan Efek Samping yang Mungkin Terjadi:
Vaksin HPV direkomendasikan untuk diberikan pada anak perempuan dan laki-laki pada usia yang tepat. Pemberian vaksin dilakukan melalui suntikan yang biasanya diberikan dalam beberapa dosis. Penting untuk mengikuti jadwal vaksinasi yang direkomendasikan oleh tenaga medis.
Sebagaimana vaksin lainnya, vaksin HPV juga dapat menyebabkan efek samping. Namun, efek samping yang muncul umumnya ringan dan sementara. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksinasi HPV antara lain kemerahan atau pembengkakan di area suntikan, demam ringan, sakit kepala, atau nyeri otot. Efek samping ini biasanya berlangsung hanya beberapa hari dan dapat diatasi dengan istirahat dan perawatan yang tepat.
Keamanan vaksin HPV telah diuji melalui berbagai penelitian dan pengamatan. Vaksin HPV telah terbukti aman dan efektif dalam melindungi tubuh dari infeksi HPV dan mencegah risiko perkembangan kanker serviks. Penting bagi masyarakat untuk mempercayai keamanan vaksin HPV berdasarkan bukti ilmiah yang ada dan memilih untuk mendapatkan vaksinasi demi melindungi diri sendiri dan orang-orang terdekat.
Sayangnya, ada beberapa mitos yang masih beredar seputar vaksin HPV. Beberapa mitos yang perlu diketahui dan diatasi antara lain:
1. Mitos tentang efektivitas dan manfaat vaksin HPV: Salah satu mitos yang sering muncul bahwa vaksin HPV tidak efektif atau tidak bermanfaat. Hal ini tidak benar, Vaksin HPV telah terbukti efektif dalam melindungi tubuh dari infeksi HPV dan mengurangi risiko kanker serviks.
2. Mitos tentang efek samping yang berlebihan: Beberapa orang masih khawatir mengenai efek samping yang mungkin terjadi setelah vaksinasi HPV. Sebenarnya, efek samping yang muncul umumnya ringan dan sementara, dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan risiko yang mungkin diakibatkan oleh infeksi HPV dan perkembangan kanker serviks.
3. Menyikapi kekhawatiran orang tua terhadap vaksin HPV pada anak perempuan: Beberapa orang tua mungkin khawatir dengan memberikan vaksin HPV pada anak perempuan mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa vaksin HPV memberikan perlindungan yang penting dalam mencegah risiko kanker serviks di masa depan. Diskusi dengan tenaga medis dapat membantu orang tua memahami manfaat dan keamanan vaksin HPV.
Peran edukasi dan informasi dalam memerangi mitos seputar vaksin HPV: Peningkatan kesadaran dan pemahaman mengenai vaksin HPV sangat penting dalam memerangi mitos dan informasi yang salah. Edukasi yang akurat dan penyebaran informasi yang jelas dapat membantu masyarakat memahami pentingnya vaksin HPV dan memilih untuk mendapatkan vaksinasi.
Kampanye Vaksinasi HPV dan Peran Masyarakat
Pemerintah dan organisasi kesehatan telah meluncurkan berbagai kampanye vaksinasi HPV untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. Upaya ini melibatkan peran penting keluarga, sekolah, tenaga medis, dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi vaksinasi HPV antara lain:
Menyediakan informasi yang akurat Pemerintah dan organisasi kesehatan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai vaksin HPV kepada masyarakat. Informasi yang jelas dan mudah dipahami dapat membantu masyarakat memahami manfaat dan keamanan vaksin HPV.
Melibatkan keluarga dan sekolah Keluarga dan sekolah dapat berperan penting dalam mendukung vaksinasi HPV. Mereka dapat memberikan informasi kepada anak-anak dan remaja tentang pentingnya vaksinasi HPV serta memotivasi mereka untuk mendapatkan vaksinasi.
Kesimpulan:
Dengan mengedepankan fakta dan informasi yang akurat, vaksin HPV dapat dikenal dan dipahami oleh masyarakat secara lebih luas. Melalui vaksinasi HPV, kita dapat melindungi generasi masa depan dari risiko infeksi HPV dan mencegah penyebaran kanker serviks. Penting bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat untuk bersama-sama mendukung program vaksinasi HPV, mengatasi mitos yang beredar, dan menjadikan kesehatan reproduksi sebagai prioritas. Dengan demikian, kita dapat berperan aktif dalam melindungi diri sendiri dan orang-orang tercinta dari ancaman HPV dan penyakit yang dapat dihindari.
Kanker usus besar, juga dikenal sebagai kanker kolorektal, merupakan salah satu penyakit kanker yang paling mematikan di dunia. Data yang dilansir dari Globocan menyebutkan bahwa total kasus kanker usus besar di Indonesia mencapai 34,189 pada tahun 2020, dengan kematian pada kasus kanker usus besar berkisar 9,444.
Pengetahuan yang mumpuni terkait kanker usus besar bisa mengurangi jumlah kematian serta meningkatkan potensi penyembuhan. Bumame akan mengulas lengkap tentang kanker usus besar hingga kiat pencegahannya!
Apa Itu Kanker Usus Besar?
Kanker usus besar atau dikenal sebagai kanker kolorektal, adalah jenis kanker yang berkembang dalam usus besar atau rektum. Usus besar, yang terdiri dari kolon dan rektum, merupakan bagian dari sistem pencernaan yang berfungsi untuk menyerap nutrisi dari makanan dan mengeluarkan sisa-sisa yang tidak tercerna.
Kanker usus besar dimulai sebagai pertumbuhan abnormal atau tumor di dinding usus besar. Tumor-tumor ini dapat bersifat jinak (non-kanker) atau ganas (kanker). Tumor ganas memiliki potensi untuk menyebar ke jaringan dan organ di sekitarnya atau ke bagian tubuh lain melalui aliran darah atau sistem getah bening.
Stadium Kanker Usus Besar
Perkembangan sel kanker dalam usus besar dibagi menjadi beberapa tahapan atau dikenal sebagai stadium kanker. Dilansir dari American Cancer Society, inilah pembagian stadium kanker usus besar:
Stadium 0
Pada stadium 0, ditemukan sel-sel abnormal pada mukosa (lapisan terdalam) dinding usus besar. Sel-sel abnormal tersebut bisa berkembang menjadi kanker lalu menyebar ke jaringan normal terdekat. Stadium 0 disebut juga karsinoma in situ.
Stadium 1
Kanker akan terbentuk dalam mukosa usus besar dan menyebar ke jaringan submukosa (lapisan jaringan di sebelah mukosa atau ke lapisan otot dinding usus besar.
Stadium 2
Kanker usus besar stadium 2 dibagi menjadi stadium 2A, 2B, dan 2C.
Stadium 2A: Kanker telah tumbuh menembus dinding usus besar atau rektum. Namun, sel kanker belum menyebar ke jaringan terdekat atau ke kelenjar getah bening terdekat
Stadium 2B: Kanker telah tumbuh melalui lapisan otot ke lapisan perut yang disebut peritoneum visceral, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau di tempat lain
Stadium 2C: Tumor telah menyebar melalui dinding usus besar atau rektum dan telah tumbuh ke struktur terdekat, tetapi belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau di tempat lain
Stadium 3
Kanker usus besar stadium 3 dibagi menjadi stadium 3A, 3B, dan 3C.
Stadium 3A: Kanker tumbuh lewat lapisan dalam atau ke dalam lapisan otot usus. Kanker juga telah menyebar ke 1 sampai 3 kelenjar getah bening atau ke nodul sel tumor di jaringan sekitar usus besar atau rektum yang tidak tampak seperti kelenjar getah bening tetapi belum menyebar ke bagian tubuh lainnya
Stadium 3B: Kanker telah tumbuh melalui dinding usus atau organ sekitarnya dan menyebar ke 1 sampai 3 kelenjar getah bening atau nodul tumor di jaringan sekitar usus besar atau rektum, tetapi belum menyebar ke bagian lain dari tubuh
Stadium 3C: Kanker usus besar, terlepas dari seberapa dalam pertumbuhannya, telah menyebar ke 4 kelenjar getah bening atau lebih tetapi tidak ke bagian tubuh lain yang jauh
Stadium 4
Stadium 4A: Kanker telah menyebar ke satu bagian tubuh yang jauh, seperti hati atau paru-paru
Stadium 4B: Kanker telah menyebar ke lebih dari 1 bagian tubuh
Stadium 4C: Kanker telah menyebar ke peritoneum atau telah menyebar ke situs atau organ lain.
Orang yang Berisiko Mengidap Kanker Usus Besar
Penyebab kanker usus besar bersifat multifaktor. Tidak ada penyebab pasti mengapa sel kanker bisa berkembang tak terkendali di dalam usus besar. Walau penyebabnya tidak diketahui secara pasti, terdapat beberapa orang yang memiliki risiko kanker usus cukup tinggi. Beberapa diantaranya adalah:
Berusia di atas 50 tahun
Memiliki riwayat polip usus, walaupun polip usus itu sendiri bersifat non kanker
Penyakit peradangan kronis pada usus besar, contohnya kolitis ulserativa serta penyakit Crohn
Terdapat anggota keluarga dengan riwayat kanker usus besar
Jarang berolahraga
Sering mengonsumsi makanan berlemak, tetapi jarang mengonsumsi makanan berserat
Penderita diabetes dan obesitas
Perokok dan orang yang sering minum minuman beralkohol
Gejala Kanker Usus Besar
Kanker usus besar biasanya tidak memiliki gejala khusus apabila masih berada dalam stadium awal. Namun, gejala kanker usus besar yang umum terjadi adalah:
Nyeri perut yang tidak hilang atau kram yang berkepanjangan.
Kelelahan yang berlebihan
Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas atau tanpa melakukan perubahan gaya hidup yang signifikan
Sensasi tertekan di perut atau perasaan bahwa usus tidak kosong sepenuhnya setelah buang air besar
Kurangnya sel darah merah yang sehat dalam tubuh, yang dapat menyebabkan kelelahan, pucat, sesak napas, dan denyut jantung yang tidak teratur
Metode Diagnosis Kanker Usus Besar
Untuk memastikan apakah gejala yang dialami seseorang merupakan kanker usus besar, dibutuhkan sebuah diagnosis mendalam. Beberapa jenis metode yang digunakan untuk mendeteksi kanker usus besar adalah:
1. Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah sebuah prosedur di mana dokter menggunakan sebuah tabung lentur yang dilengkapi dengan kamera (kolonoskop) untuk memeriksa seluruh usus besar dan rektum.
2. Sigmoidoskopi
Sigmoidoskopi merupakan jenis pemeriksaan di bagian bawah usus besar. Alat yang digunakan untuk sigmoidoskopi berbentuk tabung tipis dengan kamera dan lampu bernama sigmoidoscope.
3. Biopsi
Biopsi adalah sebuah metode pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Nantinya dokter akan menentukan apakah ditemukan ketidaknormalan pada sampel jaringan yang diambil. Biopsi dapat dilakukan selama kolonoskopi, atau dapat dilakukan pada jaringan yang diangkat selama operasi.
4. Stool Test
Stool test adalah pemeriksaan yang menggunakan sampel tinja dari seorang suspek. Macam-macam stool test antara lain:
FOBT
Fecal occult blood test (FOBT) berguna untuk mencari adanya darah yang tidak terlihat dalam tinja. Sampel tinja dikumpulkan dan diperiksa di laboratorium. Jika fecal occult blood test menunjukkan adanya darah dalam tinja, pemeriksaan lanjutan lebih lanjut mungkin diperlukan.
FIT-DNA
Fecal immunochemical test (FIT) digunakan untuk mendeteksi hemoglobin yang tidak terlihat dalam sel darah merah di permukaan tinja. Pemeriksaan lewat FIT akan mendeteksi reaksi antigen antibodi yang memiliki spesifisitas terhadap hemoglobin manusia di saluran pencernaan bagian bawah.
COLOTECT™
COLOTECT™ adalah tes kanker kolorektal non-invasif yang mendeteksi kanker usus besar dan diagnosis lesi prakanker. Pemeriksaan COLOTECT™ jauh lebih sensitif dibandingkan Fecal Immunochemical Test (FIT) dan FOBT.
5. CT Scan
Computed Tomography atau CT scan menggunakan sinar-x untuk membuat gambar penampang tubuh secara mendetail. Tes ini dapat membantu mengetahui apakah kanker kolorektal telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau ke hati, paru-paru, atau organ lain.
6. MRI
Seperti CT scan, magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan gambar detail dari jaringan lunak dalam tubuh. Namun, scan MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat.
Sebuah zat bernama gadolinium akan disuntikkan ke pembuluh darah sebelum pemindaian MRI. Kemudian, barulah pemindaian akan dilakukan. MRI dapat digunakan untuk melihat area abnormal di hati atau otak dan sumsum tulang belakang yang dapat menjadi tempat penyebaran kanker.
7. PET Scan
Untuk pemindaian PET, bahan khusus bernama radiofarmaka fluorodeoxyglucose (FDG) akan disuntikkan ke dalam darah. Setelah masuk ke dalam tubuh, zat ini akan terkumpul di sel kanker. Akan tetapi, pemeriksaan PET scan cenderung jarang dilakukan jika dibandingkan dengan CT scan dan MRI.
Pengobatan
Untuk mengatasi kanker usus besar, diperlukan berbagai metode yang berguna untuk meminimalisir kemungkinan kanker bertambah parah. Pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pembedahan
Pada tahap awal, operasi biasanya dilakukan untuk mengangkat tumor dan sekitarnya. Pembedahan dapat meliputi reseksi lokal (pengangkatan tumor beserta jaringan sekitarnya) atau reseksi radikal (pengangkatan sebagian atau seluruh usus besar).
2. Kemoterapi
Penggunaan obat-obatan pada metode kemoterapi dapat membantu menghancurkan sel kanker yang tersisa setelah operasi atau untuk mengendalikan perkembangan kanker pada tahap lanjut.
3. Radioterapi
Terapi radiasi menggunakan sinar x atau partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Biasanya digunakan sebelum atau setelah operasi atau bersamaan dengan kemoterapi.
4. Imunoterapi
Pendekatan imunoterapi akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker. Imunoterapi dapat digunakan pada tahap lanjut atau jika kanker telah kembali setelah pengobatan sebelumnya.
5. Terapi Tertarget
Metode ini melibatkan penggunaan obat-obatan yang dirancang untuk menargetkan sel-sel kanker secara spesifik guna menghambat pertumbuhan dan penyebarannya.
Apakah Kanker Usus Besar Bisa Sembuh?
Setiap orang berbeda-beda dalam merespon pengobatan kanker kolorektal. Dengan perawatan yang cepat dan akurat, kanker usus besar masih bisa disembuhkan.
Meski begitu, ada sebuah kondisi di mana kanker usus besar bisa kambuh setelah operasi atau penyembuhan. Sekitar 30 persen sampai 50 persen orang bisa kambuh pasca operasi kanker usus besar. Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan intensif pasca penyembuhan untuk memastikan kanker tidak akan kembali lagi.
Cara Mencegah Kanker Usus Besar
Cara mencegah kanker usus besar bisa dimulai dengan membentuk kebiasaan sehat dalam keseharianmu, di antaranya:
Konsumsi buah-buahan, sayur, dan gandum utuh yang mengandung banyak vitamin dan serat
Hindari konsumsi alkohol secara berlebihan
Jika kamu adalah seorang perokok, cobalah berhenti merokok
Olahraga rutin supaya berat badan tetap ideal dan stabil
Kurangi konsumsi makanan berlemak tinggi seperti junk food dan gorengan
Melakukan skrining mandiri dapat mengurangi potensi kanker usus besar, lho! Pemeriksaan dini akan membantu penyembuhan kanker dari stadium awal, sehingga keberhasilan pengobatannya pun bisa lebih besar dan bisa ditangani sejak dini.
Bumame menyediakan skrining kanker usus besar menggunakan teknologi COLOTECT™. Pemeriksaan ini bersifat non invasif dan mudah dilakukan. Hasil pemeriksaan bisa kamu dapatkan 3-5 hari kerja setelah pengambilan sampel. Nikmati konsultasi bersama dokter secara gratis sebelum dan sesudah pemeriksaan!
Human papillomavirus atau disebut HPV merupakan virus yang dapat menyebabkan kanker serviks pada wanita. Biasanya infeksi HPV tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada akhirnya menimbulkan kanker. Deteksi dini melalui tes HPV DNA sangat diperlukan untuk menangani kanker sebelum akhirnya bertambah parah.
Ulasan dari Bumame di bawah ini akan menjelaskan tentang skrining HPV DNA secara lengkap.
Pentingnya Tes HPV DNA
Virus HPV merupakan virus yang terdiri dari berbagai macam jenis. Beberapa di antaranya bisa menyebabkan kanker, dan beberapa jenis lainnya tidak berbahaya. Jenis HPV yang memicu kanker serviks pada wanita adalah jenis 16 dan 18.
Diperkirakan 80 persen wanita pernah terinfeksi HPV di seumur hidupnya. Tentu tidak menjadi masalah besar bila jenis HPV yang menyerang bukanlah jenis yang mencetus kanker. Lain halnya jika HPV jenis tertentu mulai menginfeksi tubuh dan pada akhirnya menyebabkan kanker serviks.
Di samping itu, penyebaran HPV pun sangatlah mudah. HPV bisa menular melalui hubungan seksual dan sentuhan secara langsung dengan penderita. Infeksi HPV yang memicu kanker pun tidak terdeteksi sama sekali. Gejala baru akan muncul apabila HPV sudah membentuk kanker.
Maka tak heran jika kasus kanker leher rahim sangat sering terjadi. Terdapat kasus kanker serviks baru sekitar 604,127 kasus di Indonesia di tahun 2020. Angka ini bisa bertambah di setiap tahunnya.
Kanker serviks bisa menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar. Itulah mengapa tes HPV DNA sangat penting untuk mendeteksi keberadaan HPV yang memicu kanker serviks.
Tes HPV dapat mendeteksi keberadaan virus HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks sebelum perubahan sel kanker berkembang. Dengan mendeteksi HPV pada tahap awal, tindakan pencegahan dan pengobatan yang tepat dapat diambil untuk mencegah perkembangan kanker serviks.
Tes HPV juga dapat mengidentifikasi jenis-jenis HPV yang memiliki risiko tinggi terhadap perkembangan kanker serviks. Identifikasi jenis-jenis ini dapat membantu dalam penilaian risiko dan manajemen lebih lanjut.
Proses Tes HPV DNA
Tes HPV DNA adalah sebuah pemeriksaan yang bertujuan mencari DNA dari human papillomavirus. Cara tes HPV DNA sangatlah sederhana. Kamu pun dapat mengambil sendiri sampel yang akan digunakan untuk pengujian berupa swab serviks atau cairan urine.
Setelah sampel diambil, sampel akan diperiksa di dalam lab. Hasil pemeriksaan menggunakan sampel urine akan keluar dalam 1×24 jam. Sedangkan khusus hasil pemeriksaan sampel swab serviks hasilnya akan keluar dalam 7 hari kerja.
Hasil skrining HPV DNA terbagi menjadi dua:
Terdeteksi: Dokter akan merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke spesialis onkologi ginekologi untuk mendapatkan rekomendasi tes lanjutan.
Tidak terdeteksi: Tetap jaga pola hidup sehat dan lakukan pemeriksaan rutin.
Kapan Perlu Menjalani Tes HPV?
American Cancer Society (ACS) merekomendasikan bagi setiap wanita untuk menjalani pemeriksaan kanker serviks berdasarkan usia:
21 sampai 29 tahun: Kamu direkomendasikan untuk menjalani tes pertama pada usia 21 tahun. Selanjutnya kamu bisa menjalani pemeriksaan setiap 3 tahun sekali.
30 sampai 60 tahun: Lakukan tes kanker serviks setiap 3 tahun sampai 5 tahun sekali.
Lebih dari usia 65 tahun: Pemeriksaan kanker serviks bagi wanita lansia dilakukan berdasarkan keputusan dokter.
Seseorang juga disarankan untuk lebih sering menjalani skrining kanker serviks, seperti:
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, baik akibat HIV atau penyakit autoimun lain.
Terpapar dietilstilbestrol (DES) saat masih berada dalam kandungan. Jenis obat DES diberikan untuk wanita hamil sampai pertengahan 1970-an. Sedangkan sebuah penelitian di tahun berikutnya mengungkapkan bahwa DES akan memicu kanker serviks pada bayi wanita di masa depan.
Pernah menderita kanker serviks.
Keunggulan Tes HPV DNA Dibandingkan Pap Smear
Salah satu metode lain yang umum digunakan untuk mendeteksi HPV adalah Pap Smear. Metode Pap Smear memang lebih dulu dikenal dalam mendeteksi HPV maupun kanker serviks. Akan tetapi, tes HPV DNA memiliki keunggulan tersendiri yang tidak ada pada tes Pap Smear.
Perbedaan pertama antara Pap Smear dan HPV DNA terletak pada sampel pengujian. Wanita yang akan menjalani tes HPV DNA dapat memilih cara pemeriksaan, yakni sampel urine atau swab serviks yang bisa dilakukan secara mandiri, tergantung dengan kenyamanan masing-masing.
Sedangkan tes Pap Smear hanya bisa menggunakan satu sampel pengujian berupa sampel jaringan leher rahim yang diambil lewat vagina. Pengambilan jaringan leher rahim menggunakan spekulum dan terkadang membuat seorang wanita tidak nyaman ketika menjalani tes ini. Metode ini wajib dilakukan oleh profesional atau dokter.
Kini tes HPV DNA menjadi satu-satunya pemeriksaan yang dapat mendeteksi sebelum terjadinya lesi prakanker, yaitu jaringan abnormal yang berpotensi besar menjadi tumor. Oleh karena itu HPV DNA test bisa mencegah kemungkinan berkembangnya kanker serviks menjadi lebih ganas.
Sebagai tambahan, skrining HPV DNA juga merupakan metode tes yang saat ini direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). Tingkat akurasi HPV DNA test mencapai 95% serta mampu mendeteksi keberadaan lesi pra-kanker.
Dan sejak tahun 2023, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga menggunakan metode HPV DNA test. Cara ini adalah upaya untuk mendeteksi kanker leher rahim dengan lebih cepat, apalagi kasus kanker serviks di Indonesia tergolong tinggi.
Lakukan pemeriksaan HPV DNA hanya di Bumame! Skrining HPV DNA bersifat non invasif serta bisa dilakukan secara mandiri. Artinya, metode tes HPV DNA dari Bumame minim rasa ketidaknyamanan. Pemeriksaan pun dapat dilakukan di rumah melalui layanan Home Care Bumame. Kamu juga bisa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahlinya secara gratis sebelum menjalani tes.
Human Papillomavirus (HPV) adalah sebuah virus yang bisa menjangkiti semua orang. Jenis virus ini sangatlah banyak dan bisa memicu penyakit kulit hingga kanker serviks. Bagaimana bisa virus yang hanya menyerang area kulit bisa menyebabkan kanker?
Bumame akan kupas lebih dalam tentang apa itu HPV, komplikasi yang ditimbulkan, sampai cara pencegahan dan pengobatan infeksi HPV. Simak bersama-sama, yuk!
Apa Itu HPV?
Human Papillomavirus atau dikenal sebagai HPV adalah sebuah virus yang menyebabkan tumbuhnya kutil pada kulit dan kelamin. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi HPV bisa memicu kanker serviks (kanker leher rahim).
Jenis HPV pun mencapai ratusan. Terdapat sekitar 14 jenis HPV yang berisiko menyebabkan kanker, yaitu HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 66, dan 68. Jenis HPV 16 dan HPV 18 merupakan varian yang paling sering menyebabkan kanker.
Penularan HPV bisa melalui hubungan seksual atau tidak sengaja menyentuh bagian kulit penderita yang terdapat kutil. Bahkan, penularan juga bisa berlangsung ketika seseorang menyentuh permukaan benda yang sebelumnya disentuh oleh si penderita.
HPV bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Infeksi Human Papillomavirus ini pun juga tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala baru akan muncul ketika kutil berada di permukaan kulit atau virus sudah menimbulkan kanker pada bagian organ tubuh tertentu.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Infeksi HPV
Beberapa faktor yang membuat seseorang rentan tertular HPV antara lain:
Sering berganti-ganti pasangan seksual
Memiliki sistem imun tubuh yang rendah
Area kulit tertusuk atau terluka
Menyentuh kutil seseorang atau tidak mengenakan pelindung sebelum menyentuh permukaan yang telah terpapar dan tersentuh oleh penderita HPV
Ibu hamil yang menderita infeksi HPV berupa kutil kelamin memiliki potensi besar untuk menularkan virus ke janin yang akan lahir. Itulah sebabnya dokter akan mencari opsi metode persalinan lain supaya meminimalisir risiko penularan ke bayi.
Ciri Infeksi HPV
Serangan human papillomavirus biasanya tidak memiliki gejala khusus, sampai pada akhirnya kutil dengan tekstur kasar muncul pada permukaan kulit dan kelamin. Kutil bisa bertahan hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah infeksi.
Ketika kutil akhirnya terlihat, tampilannya pun sangat bervariasi. Contoh kutil akibat HPV yang sering muncul adalah:
Kutil kelamin. Kutil berbentuk lesi datar, benjolan kecil mirip kembang kol atau tonjolan kecil. Pada wanita, kutil kelamin kebanyakan muncul di vulva dekat anus, di leher rahim atau vagina. Sedangkan kutil kelamin pria muncul di penis dan skrotum atau di sekitar anus. Kutil kelamin jarang menyebabkan rasa nyeri dan gatal.
Kutil di permukaan tangan dan jari. Permukaan kutil terlihat ada benjolan yang kasar dan menonjol. Sehingga berisiko cedera atau mengalami pendarahan. Kutil plantar. Kutil plantar bertekstur kasar dan berbutir yang umumnya muncul di tumit atau mata kaki.
Kutil datar. Kutil datar berbentuk lesi rata di bagian atas dan sedikit menonjol. Kutil jenis ini dapat muncul di mana saja. Biasanya pada anak-anak, kutil datar akan muncul di wajah. Sementara pria muncul di area janggut dan wanita muncul di kaki.
Komplikasi yang Ditimbulkan Oleh HPV
Human Papillomavirus menyebabkan penyakit yang cukup beragam, antara lain:
Tumbuh kutil di area kelamin atau kulit
Lesi mulut dan saluran pernapasan atas
Kanker serviks, kanker alat kelamin, anus, mulut, dan saluran pernapasan bagian atas
Jika dilihat sekilas, HPV cenderung jauh lebih berbahaya jika menyerang wanita dibandingkan laki-kali. Mengingat HPV berperan besar dalam memicu kanker serviks. Diperkirakan sekitar 80 persen wanita setidaknya pernah terinfeksi salah satu jenis HPV di hidupnya.
Namun demikian, bukan berarti tidak ada kemungkinan dan celah bagi seorang pria mengalami penyakit serius akibat HPV. Infeksi HPV pada pria bisa memicu kanker penis, dubur, dan tenggorokan.
National Cancer Institute dari Amerika Serikat menyebutkan bahwa mayoritas kanker yang ditemukan di jaringan orofaring atau bagian tenggorokan tengah disebabkan oleh HPV.
Diagnosis HPV
Pemeriksaan untuk mendeteksi HPV terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:
1. Pap Smear
Pap smear adalah skrining yang berguna untuk mendeteksi adanya tanda-tanda kanker pada leher rahim. Metode pap smear dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan lewat vagina menggunakan alat khusus yang dinamakan spekulum. Kemudian, sampel jaringan dari serviks akan diperiksa di lab.
2. HPV DNA Test
Tes HPV DNA bertujuan mencari DNA dari human papillomavirus. Perbedaan pap smear dan HPV DNA terletak pada sampel pengujian. Sampel yang digunakan dalam tes HPV DNA bisa menggunakan sampel dari swab serviks atau cairan urin yang bisa dilakukan secara mandiri.
Wanita yang akan menjalani tes HPV DNA dapat memilih cara pemeriksaan tersebut tergantung dengan kenyamanan masing-masing. Sebagai tambahan, skrining HPV DNA merupakan metode tes yang saat ini disarankan oleh World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Alasan mengapa HPV DNA test sangat direkomendasikan adalah tingkat keakuratan dan kemampuan deteksi dini. Tingkat keakuratan HPV DNA test mencapai hingga 95% serta mampu mendeteksi HPV sebelum terjadinya lesi prakanker. Itu artinya, HPV DNA test membantu pengobatan sedari dini sebelum kanker berkembang menjadi ganas.
3. IVA Test
Visual inspection with acetic acid atau tes IVA adalah pemeriksaan HPV yang menggunakan cairan khusus. Di Indonesia, pemeriksaan ini dikenal juga sebagai inspeksi visual asam asetat.
Selama tes, cairan akan dioleskan ke bagian serviks. Lalu dokter akan melihat serta memperhatikan apakah ada perubahan warna pada serviks. Jika leher rahim berubah memutih saat terkena cairan, maka dicurigai ada jaringan abnormal pada leher rahim yang kemungkinan besar merupakan pertanda kanker.
Dari ketiga tes kanker serviks di atas, HPV DNA menjadi satu-satunya tes yang dapat mendeteksi HPV sebelum terjadinya lesi prakanker (jaringan abnormal yang berpotensi menjadi tumor).
Sehingga, dapat dikatakan HPV DNA tes sangat membantu untuk mencegah atau mendeteksi kemungkinan kanker sedari dini dibandingkan metode pemeriksaan yang lain.
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan human papillomavirus, kamu dianjurkan untuk mengunjungi dokter spesialis onkologi ginekologi untuk mendapatkan rekomendasi tes lanjutan.
Cara Mengobati HPV
Tidak ada obat spesifik untuk menghilangkan HPV dari tubuh. Virus akan hilang sendirinya jika tidak menyebabkan komplikasi. Adapun pengobatan yang diberikan semata-mata untuk mengatasi komplikasi yang disebabkan oleh virus. Jenis penanganannya pun juga berbeda tergantung dari masalah yang ditimbulkan.
Pada kasus kutil pada kulit dan kelamin, obat yang diberikan adalah obat oles untuk permukaan yang terinfeksi. Kandungan obat oles tersebut cukup beragam, mulai dari salicylic acid, imiquimod, podofilox dan trichloroacetic acid.
Prosedur lain seperti operasi akan dilakukan apabila obat oles yang diberikan tidak berhasil menangani infeksi. Contoh metode operasi yang digunakan untuk menghilangkan kutil akibat HPV adalah elektrokauter, operasi laser dan cryotherapy.
Sedangkan khusus kasus kanker yang disebabkan oleh HPV, cara penanganan yang dilakukan tergantung kondisi dan stadium kanker. Contoh perawatan untuk kanker secara umum adalah kemoterapi, terapi tertarget, hingga pengobatan menggunakan radioterapi.
Tips Menghindari Infeksi HPV
Penularan HPV tergolong sangat mudah dan bisa berlangsung hanya melalui sentuhan kulit. Akan tetapi, risiko infeksi HPV bisa diminimalisir dengan beberapa hal berikut:
1. Vaksinasi
Vaksin HPV sangat efektif dalam melindungi terhadap jenis HPV yang paling umum dan dapat menyebabkan kanker serviks dan kanker lainnya. Vaksin direkomendasikan untuk anak laki-laki dan perempuan pada usia muda sebelum mereka terlibat dalam aktivitas seksual.
2. Gunakan Alat Pelindung
Penggunaan kondom atau penghalang lainnya seperti dental dam dapat membantu mengurangi risiko penularan HPV dan penyakit menular seksual lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa HPV dapat menyebar melalui kontak kulit yang tidak tertutup oleh kondom.
3. Setia dengan Pasangan
Memiliki satu pasangan yang setia dapat membantu mengurangi risiko penularan HPV. Kemungkinan terinfeksi masih ada jika pasangan memiliki riwayat infeksi sebelumnya.
Karena perempuan rentan terserang human pavillomavirus yang berujung pada kanker serviks, disarankan pula bagi wanita untuk menjalani pemeriksaan rutin. Kanker serviks yang disebabkan oleh HPV bisa disembuhkan jika mendapat penanganan yang intensif serta deteksi dini.
Lakukan pemeriksaan HPV DNA hanya di Bumame! Skrining HPV DNA bersifat non invasif dan bisa dilakukan secara mandiri. Alhasil, metode tes HPV DNA dari Bumame minim rasa ketidaknyamanan. Pemeriksaan juga bisa dilakukan di rumahmu lewat layanan Home Care Bumame. Kamu dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahlinya secara gratis sebelum menjalani tes.
Artis Nadine Chandrawinata baru-baru ini melakukan tes kehamilan NIPT by NIFTY di Bumame. Hamil di usia 35 tahun ke atas membuat Nadine lebih peduli dengan kesehatan dan kehamilannya. Mengapa tes kehamilan NIPT by NIFTY sangat direkomendasikan bagi ibu hamil di atas usia 35 tahun seperti Nadine Chandrawinata? Benarkah hamil di atas usia 35 tahun lebih berisiko bagi ibu dan calon buah hati? Cari tahu jawaban lengkapnya melalui artikel berikut ini!
Apa itu tes NIPT by NIFTY yang dilakukan oleh Nadine Chandrawinata?
NIPT by NIFTY adalah tes NIPT (Non Invasive Prenatal Test) nomor satu di dunia yang kini tersedia di Bumame. NIPT by NIFTY adalah tes kehamilan untuk mendeteksi adanya kelainan genetik pada janin, seperti Down Syndrome, Edwards Syndrome, Patau Syndrome, dan lebih dari 90+ kelainan genetik lainnya.
Mengapa hamil di atas usia 35 tahun lebih berisiko bagi ibu dan calon buah hati?
Menurut Cleveland Clinic, hamil di atas usia 35 tahun dapat dikaitkan dengan penurunan kualitas sel telur. Seiring bertambahnya usia, sel telur akan lebih berisiko menyebabkan kelainan pada kromosom.
Selain itu, menginjak usia 35 tahun ke atas, kondisi tubuh akan berisiko mengalami lebih banyak komplikasi kesehatan. Kondisi inilah yang akan memengaruhi kesehatan kehamilan dan persalinan.
Sebagai contoh, orang yang tidak hamil saja lebih cenderung memiliki tekanan darah tinggi pada usia 35 tahun jika dibandingkan dengan orang berusia 25 tahun.
Inilah alasan mengapa wanita yang hamil di atas 35 tahun tahun perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan calon buah hati yang dikandung.
Bisakah menurunkan risiko komplikasi kehamilan jika berusia di atas 35 tahun?
Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan jika kamu hamil di atas 35 tahun:
Pastikan kamu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
Mengonsumsi vitamin sebelum hamil yang mengandung asam folat
Berolahraga secara teratur
Berhenti merokok atau berhenti menggunakan produk tembakau dan nikotin lainnya
Berhenti minum alkohol
Mengonsumsi lebih banyak makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, daging tanpa lemak, dan biji-bijian
Tetap menjaga berat badan sehat dan ideal
Rutin melakukan pengecekan kesehatan secara berkala
Tes NIPT by NIFTY seperti Nadine Chandrawinata hanya di Bumame
Kamu bisa melakukan tes NIPT by NIFTY seperti yang dilakukan Nadine Chandrawinata di Bumame. Untuk kamu yang penasaran bagaimana proses tes NIPT by NIFTY yang dilakukan oleh Nadine Chandrawinata, kamu bisa lihat video lengkapnya di sini.
Untuk memudahkan kamu, tes NIPT by NIFTY juga dapat dilakukan di rumah dengan layanan Home Care, gratis tanpa biaya tambahan. Silakan menghubungi Bumame untuk mendapatkan informasi selengkapnya mengenai tes NIPT by NIFTY.