Apa Perbedaan Tes Skrining dan Diagnosis?

Dalam dunia kesehatan, ada banyak prosedur medis yang dilakukan. Dari semua prosedur ini, ada yang masuk ke dalam golongan tes skrining dan ada juga yang masuk dalam golongan tes diagnosis. Namun, sudah tahukah kamu apa perbedaan dari tes skrining dan tes diagnosis? Mari cari tahu selengkapnya bersama Bumame melalui artikel ini!
Baca Juga: Jenis-jenis Tes Diagnosis Kanker Paru-paru
Tes skrining
Tes skrining dilakukan untuk mendeteksi potensi gangguan kesehatan atau penyakit pada orang yang tidak memiliki gejala penyakit. Dengan Tes skrining, kamu juga bisa melihat risiko sebuah penyakit di masa depan, walaupun belum ada gejala yang dirasakan. Ada dua tujuan utama dari tes skrining:
- Deteksi dini
Ketika penyakit terdeteksi dini, pengobatan seringkali lebih efektif dan berhasil
- Memantau potensi risiko penyakit tertentu
Dengan mengetahui tanda-tanda berkembangnya penyakit sejak dini, perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya.
Tes skrining sangat bermanfaat bagi mereka yang tidak menunjukkan gejala tetapi berisiko lebih tinggi terkena penyakit tertentu. Jika hasil tes skrining menunjukkan hasil high risk atau berisiko tinggi terhadap suatu penyakit, maka kamu perlu berkonsultasi dengan dokter ahli dan melakukan tes diagnosis lanjutan untuk menentukan apakah kamu memiliki penyakit tertentu atau tidak.
Tes diagnosis
Tes diagnosis sering digunakan untuk menyelidiki masalah khusus untuk menentukan ada tidaknya penyakit. Tes diagnosis sering digunakan untuk mendiagnosis kondisi pada pasien yang menunjukkan gejala atau pasien tanpa gejala dengan tes skrining positif (high risk). Tes diagnosis memungkinkan dokter untuk membuat rencana perawatan yang efektif sehingga pasien dapat pulih dengan cepat dan meminimalisir komplikasi yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Perbedaan tes skrining dan tes diagnosis
Perbedaan utama antara tes skrining dan tes diagnosis adalah tujuan tes. Hasil tes skrining hanya menunjukkan kemungkinan ada atau tidaknya suatu penyakit, sementara tes diagnosis memastikan apakah penyakit tersebut benar-benar ada atau tidak.
Baca Juga: NIPT: Tes Prenatal yang Penting Dilakukan untuk Ibu Hamil
3 perbedaan mendasar tes skrining dan diagnosis
Tes skrining | Tes diagnosis |
Menunjukkan kemungkinan adanya risiko penyakit atau tidak | Memastikan ada atau tidaknya suatu penyakit |
Untuk individu tanpa gejala, namun kondisi kesehatan memperlihatkan adanya risiko lebih tinggi terkena suatu penyakit tertentu | Untuk individu dengan gejala dalam melakukan validasi dan memastikan diagnosis atau untuk individu tanpa gejala, namun hasil tes skrining menunjukkan risiko tinggi |
Hasil tes skrining akan menunjukkan kemungkinan penyakit yang tinggi atau rendah | Hasil tes diagnosis akan memberikan hasil yang pasti terkait penyakit yang sedang dialami |
Beberapa contoh tes skrining
Berikut ini beberapa contoh tes skrining dalam prosedur medis
- NIPT by NIFTY
NIPT by NIFTY merupakan tes skrining yang dilakukan terhadap ibu hamil mulai minggu ke-10 usia kehamilan. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejak dini kemungkinan adanya kelainan genetik pada janin yang dikandung. Kelainan genetik tersebut meliputi Down Syndrome, Edwards Syndrome, Patau Syndrome, dan berbagai kelainan lainnya. Hasil tes NIPT by NIFTY berbentuk laporan yang terbagi menjadi “Risiko Tinggi” dan “Risiko Rendah”. Jika hasil tes skrining NIPT by NIFTY menunjukkan risiko tinggi, ibu hamil wajib memastikannya dengan tes diagnosis yang bernama amniosentesis.
- LUNGClear dan GASTROClear
LUNGClear adalah tes skrining yang dilakukan untuk mengetahui risiko kemungkinan adanya kanker paru-paru. Sementara GASTROClear™ adalah tes skrining yang dilakukan untuk mengetahui risiko kemungkinan adanya kanker lambung. Tes skrining ini dilakukan dengan prosedur sama seperti pengambilan darah pada umumnya. Hasil tes GASTROClear™ berbentuk laporan yang terbagi menjadi “Risiko Tinggi”, “Risiko Menengah”, dan “Risiko Rendah”. Sementara hasil tes LUNGClear™ berbentuk laporan yang terbagi menjadi “Risiko Tinggi” dan “Risiko Rendah”. Jika hasil tes skrining LUNGClear™ dan GASTROClear™ menunjukkan risiko tinggi, dokter akan merekomendasikan untuk melakukan tes diagnosis lanjutan.
Baca Juga: Kanker Paru-paru: Penyebab, Gejala, Ciri-ciri, dan Pengobatan
- Mammografi
Mammografi merupakan tes skrining yang dilakukan untuk mengetahui risiko kemungkinan adanya kanker payudara. Tes ini dapat dilakukan sedini mungkin, sehingga seseorang dapat mengetahui tindakan preventif apa yang dapat dilakukan untuk memperkecil risiko terkena kanker payudara.
- Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah prosedur yang digunakan untuk mengetahui risiko kemungkinan adanya kanker usus besar. Prosedurnya dengan memasukkan tabung kecil dengan kamera kecil yang terpasang untuk memeriksa bagian usus besar.
Beberapa contoh tes diagnosis
Berikut ini beberapa contoh tes diagnosis dalam prosedur medis
- Biopsi
Biopsi adalah tes yang dilakukan dengan cara mengambil sepotong kecil jaringan dari tubuh untuk diperiksa dan dibuktikan di laboratorium apakah ada sel kanker yang terdapat di dalam tubuh. Selain itu untuk mengetahui apakah sel kanker itu bersifat ganas atau tidak.
- Laparoskopi
Laparoskopi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan di sekitar perut. Selain itu, laparoskopi juga dilakukan untuk mengetahui masalah pada sistem reproduksi wanita. Prosedur laparoskopi adalah dengan memasukkan tabung tipis yang disebut laparoskop ke dalam perut melalui sayatan kecil di kulit. Laparoskopi dapat digunakan sebagai tes diagnosis untuk tumor, penyumbatan, hingga perdarahan.
- Tes laboratorium
Tes laboratorium atau Medical Check Up yang meliputi tes darah dan urine dapat membantu dokter atau tenaga kesehatan profesional untuk mendiagnosis kondisi medis, merencanakan pengobatan, mengevaluasi kesehatan dan gaya hidup, hingga memantau perkembangan penyakit dari waktu ke waktu.
- Amniosentesis
Amniosentesis adalah prosedur medis yang dilakukan selama kehamilan. Tes ini merupakan tes diagnosis jika sebelumnya sudah dilakukan tes skrining NIPT by NIFTY. Umumnya, tes amniosentesis dilakukan di antara minggu ke-16 hingga minggu ke-20 usia kehamilan. Prosedur amniosentesis adalah dengan mengambil sebanyak kurang lebih 130ml cairan ketuban untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium akan memastikan apakah janin dalam kandungan positif atau tidak mengalami Down Syndrome dan berbagai kelainan genetik lainnya.
Baca Juga: Amniosentesis vs NIPT, Pilih yang Mana untuk Pemeriksaan Pra Natal?
Tes skrining tersedia di Bumame
Bumame menyediakan layanan skrining NIPT by NIFTY, LUNGClear™, dan GASTROClear™. Seluruh tes skrining ini dapat dilakukan dari rumah dengan layanan Home Care. Untuk informasi lebih lanjut terkait skrining NIPT by NIFTY, LUNGClear™, dan GASTROClear™, silakan menghubungi Bumame.