Obesitas pada Anak: Jenis, Ciri-ciri, Penyebab, dan Penanganan
Sebagai orang tua pasti bahagia melihat buah hatinya bertubuh gemuk. Memiliki tubuh gemuk di masa kecil kerap dianggap sehat karena berarti memiliki nafsu makan yang cenderung tinggi. Namun sebenarnya, tubuh gemuk bisa dikategorikan sebagai obesitas pada anak dan berisiko mengalami komplikasi penyakit.
Seperti apa penjelasan detail mengenai obesitas pada anak? Apakah kamu sudah tahu mengenai jenis, ciri-ciri, penyebab, dan penanganannya? Jika belum, yuk cari tahu bareng Bumame di artikel ini!
Jenis-jenis obesitas
1. Obesitas akibat kurang bergerak
Obesitas pada anak bisa terjadi karena kurangnya aktivitas atau gerakan yang dilakukan dan faktor ini paling sering terjadi. Berat badan anak lebih dari berat normal pada usianya, bisa dilihat dari lipatan lemak pada perut bagian bawah, dada, hingga punggung. Anak dianjurkan untuk rutin berolahraga minimal 30 menit sehari.
Pilih aktivitas yang seru dan ideal untuk menurunkan berat badan anak, seperti berjalan atau bersepeda di lingkungan sekitar rumah. Selain berjalan atau bersepeda, anak juga bisa melakukan lompat tali, sepak bola, basket, atau renang.
2. Obesitas akibat makanan
Makanan yang dikonsumsi anak sangat penting untuk pertumbuhan dan berpengaruh langsung dengan kesehatan mereka. Terlalu banyak konsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh, makanan atau minuman manis dan tidak sehat bisa menyebabkan kenaikan berat badan pada anak yang berujung pada obesitas.
Asupan lemak dan karbohidrat berlebih serta jarang bergerak bisa meningkatkan kadar lemak pada tubuh anak. Umumnya, obesitas akibat makanan terlihat dari penumpukan lemak pada bagian tubuh seperti leher, dagu, dan perut anak. Perbanyak konsumsi asupan tinggi serat dan air putih, serta buah-buahan.
3. Obesitas vena
Dibandingkan obesitas akibat jarang bergerak dan makanan, obesitas vena mungkin belum banyak diketahui orang. Obesitas vena dapat terjadi karena sirkulasi pembuluh darah vena anakn mengalami penyumbatan. Biasanya penumpukan lemak bisa dilihat di bagian kaki atau bokong. Risiko anak mengalami obesitas vena berpotensi menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota keluarga yang pernah mengalami penyumbatan pembuluh darah.
4. Obesitas karena faktor psikologis
Tahukah kamu, jika anak sering merasa bosan, cemas, overthinking, atau anxiety, dapat mempengaruhi hormon dalam tubuh mereka? Perasaan negatif ini bisa memicu nafsu makan yang berlebih, atau biasa dikenal dengan stress eating.
5. Obesitas aterogenik
Obesitas aterogenik kuat kaitannya dengan dislipidemia aterogenik (meningkatnya kadar kolesterol jahat, serta menurunnya kadar kolesterol baik). Selain itu, obesitas aterogenik pada anak, seringkali dihubungkan dengan resistensi insulin (kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan optimal karena adanya gangguan dalam merespons insulin). Hal ini berakibat glukosa tidak dapat diserap dan malah berubah menjadi tumpukan lemak pada tubuh anak.
6. Obesitas akibat mengonsumsi obat
Anak yang mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu cukup lama, bisa berisiko mengalami obesitas. Beberapa jenis obat tersebut, di antaranya prednison, lithium, amitriptyline, paroxetine, gabapentin, dan propranolol. Sebaiknya, konsultasikan obat-obatan yang dikonsumsi anak pada dokter agar sesuai dengan dosis yang diajurkan.
Ciri-ciri obesitas pada anak
Beberapa ciri yang seringkali dikaitkan dengan obesitas pada anak, yaitu:
- Wajah berbentuk bulat, pipi tembam, dan bahu rangkap
- Leher relatif pendek
- Pada anak perempuan, usia kurang dari 9 tahun sudah mengalami menstruasi
- Pada anak laki-laki, dada membusung dan payudara sedikit membesar, serta penis mengecil (tertutup oleh timbunan lemak)
- Perut buncit
- Kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan
Penyebab obesitas pada anak
1. Konsumsi makanan tidak sehat
Penyebab obesitas pada anak yang pertama adalah kebiasaan sering mengonsumsi makanan tidak sehat dan cepat saji, seperti burger, pizza, nugget, dan sosis (fast food), makanan tinggi lemak jenuh dan gula, hingga minuman botolan. Anak-anak menyukai makanan jenis ini karena rasanya yang lezat dan manis, sehingga peran orang tua sangat penting untuk membatasi anak-anak dalam mengonsumsi makanan tidak sehat.
2. Jarang bergerak
Selain itu, kurangnya aktivitas atau jarang bergerak juga memicu anak terkena obesitas. Kalori dari makanan yang dikonsumsi memiliki jumlah yang lebih banyak daripada jumlah kalori yang dibakar. Hasilnya, kalori tersebut berubah menjadi jaringan lemak yang menumpuk dalam tubuh.
3. Keluarga dengan riwayat obesitas
Faktor genetik dapat memengaruhi obesitas pada anak. Seorang anak yang lahir dari keluarga dengan riwayat obesitas memiliki potensi lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan. Fakta ini juga kemungkinan besar didukung dengan kebiasaan mengonsumsi makanan tidak sehat dan kurang berolahraga.
4. Psikologis anak
Anak-anak memiliki emosi yang mungkin tidak stabil. Dengan tiba-tiba, mereka bisa saja merasa bosan, sedih, atau menampilkan berbagai emosi negatif lainnya. Sebagai pelampiasan, mereka akan memilih makanan cepat saji, minuman manis, dan berbagai asupan tidak sehat lainnya.
5. Faktor sosial ekonomi
Bagi anak-anak yang terlahir dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah akan cenderung mengonsumsi makanan tidak sehat. Hal ini dikarenakan orang tua yang sibuk bekerja dari hari ke hari yang mengakibatkan tidak punya waktu cukup untuk memerhatikan makanan dengan gizi seimbang.
Penanganan obesitas pada anak
1. Pengaturan asupan makan anak obesitas
Sebagai orang tua, kamu bisa mengajak buah hati untuk melakukan konsultasi ke dokter gizi untuk menentukan pilihan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dokter akan memberikan saran terbaik dalam pembatasan asupan kalori. Cara ini merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi obesitas yang terjadi. Selain itu, kamu juga perlu lebih disiplin terhadap buah hati dalam menerapkan saran yang telah diberikan oleh dokter.
2. Pengaturan aktivitas fisik pada anak dengan obesitas
Selain mengatur dan mengontrol asupan harian, anak dengan obesitas sebaiknya meningkatkan aktivitas fisik seperti berolahraga. Sebagai orang tua kamu dapat mengajaknya berjalan dan berspeda berkeliling rumah. Kamu juga bisa mendukungnya untuk melakukan olahraga hobi seperti sepak bola, basket, renang, ataupun juga bela diri.
Beberapa cara mencegah obesitas
Untuk mencegah dan menghindari obesitas sedini mungkin, kamu bisa menerapkan beberapa kebiasaan baik berikut kepada anak:
- Hindari makan sambil berbaring dan menonton TV
- Membatasi penggunaan gadget
- Perbanyak aktivitas di luar ruangan
- Membisakan diri untuk makan bersama anak di meja makan
- Membiasakan anak untuk konsumsi sarapan sehat
- Membawakan anak bekal makanan yang sehat dan bergizi
- Membiasakan anak untuk minum air putih yang cukup
- Membatasi makanan siap saji dan olahan, jajanan atau camilan manis, asin, dan berlemak
- Perbanyak makan sayur dan buah
- Menghindari minuman ringan dan bersoda
Melakukan pemeriksaan obesitas pada anak secara berkala
Sangat direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan obesitas pada anak secara berkala. Pemeriksaan obesitas pada anak bisa dilakukan melalui layanan Medical Check Up di Bumame yang bisa diakses secara Walk-in maupun Home Care. Tersedia juga layanan konsultasi gratis dengan dokter Bumame, sebelum dan sesudah pemeriksaan.