GERD Anxiety: Memahami Keterkaitan antara Refluks Asam Lambung dan Kecemasan

GERD Anxiety: Memahami Keterkaitan antara Refluks Asam Lambung dan Kecemasan

09/06/2025Bumame

GERD dan kecemasan sering saling memengaruhi. Pelajari gejalanya, hubungan keduanya, dan cara mengelola kondisi secara menyeluruh.

Pernahkah kamu mengalami sensasi terbakar di dada, rasa tidak nyaman di perut, atau bahkan sesak napas yang datang bersamaan dengan perasaan cemas yang luar biasa? Jika iya, bisa jadi kamu mengalami GERD anxiety, yaitu kondisi di mana asam lambung naik (gastroesophageal reflux disease atau GERD) yang berhubungan erat dengan gangguan kecemasan.

GERD dan kecemasan sering kali terjadi secara bersamaan dan dapat memperburuk satu sama lain. Asam lambung yang naik ke kerongkongan bisa menyebabkan gejala yang menyerupai serangan panik, seperti jantung berdebar dan sesak napas, yang pada akhirnya meningkatkan kecemasan seseorang. Sebaliknya, stres dan kecemasan yang tinggi juga dapat memicu produksi asam lambung berlebih, memperburuk gejala GERD.

Apa Itu GERD Anxiety?

GERD anxiety adalah istilah yang menggambarkan hubungan antara penyakit asam lambung naik (GERD) dengan gangguan kecemasan. GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke kerongkongan akibat kelemahan katup esofagus bawah (lower esophageal sphincter). Kondisi ini menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn), nyeri ulu hati, dan berbagai gejala lainnya.

Sementara itu, kecemasan adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan khawatir berlebihan dan reaksi stres yang tinggi. Orang dengan kecemasan sering kali mengalami gejala fisik yang mirip dengan GERD, seperti sesak napas dan jantung berdebar, yang pada akhirnya dapat memperburuk gejala asam lambung naik.

Penyebab GERD Anxiety

GERD terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah (LES), otot yang memisahkan kerongkongan dan lambung, melemah atau tidak menutup dengan sempurna, sehingga asam lambung naik ke kerongkongan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memperparah GERD meliputi:

  • Obesitas: Tekanan berlebih pada perut dapat menyebabkan LES melemah.​

  • Kehamilan: Perubahan hormon dan peningkatan tekanan intra-abdominal dapat mempengaruhi fungsi LES.​

  • Makanan dan minuman tertentu: Seperti makanan berlemak, pedas, cokelat, kafein, dan alkohol yang dapat memicu refluks asam.​

  • Merokok: Nikotin dapat melemahkan LES.​

  • Obat-obatan tertentu: Seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), obat antidepresan trisiklik, dan obat tekanan darah tinggi.

Sedangkan GERD Anxiety dapat terjadi akibat beberapa faktor yang saling berkaitan, di antaranya:

  • Refluks Asam yang Memicu Sensasi Tidak Nyaman

Asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menyebabkan gejala seperti nyeri dada, sesak napas, dan sensasi terbakar (heartburn). Gejala ini dapat menimbulkan kecemasan karena mirip dengan serangan jantung atau kondisi serius lainnya.

  • Disfungsi Saraf Vagus

Saraf vagus menghubungkan otak dengan saluran pencernaan dan memainkan peran penting dalam mengatur fungsi lambung serta detak jantung. Iritasi akibat refluks asam dapat memicu aktivitas saraf vagus yang berlebihan, menyebabkan gejala seperti palpitasi (jantung berdebar), pusing, dan kecemasan.

  • Stres dan Kecemasan yang Memengaruhi Saluran Pencernaan

Saat seseorang mengalami kecemasan atau stres, tubuh memproduksi lebih banyak hormon kortisol dan adrenalin. Hormon ini dapat meningkatkan produksi asam lambung, memperlambat pencernaan, dan memperburuk gejala GERD.

  • Hiperventilasi Akibat Kecemasan

Orang yang mengalami kecemasan cenderung bernapas lebih cepat (hiperventilasi), yang dapat menyebabkan perut kembung dan peningkatan tekanan di dalam perut. Tekanan ini dapat memperburuk refluks asam dan memperparah gejala GERD.

  • Gangguan Tidur dan Kelelahan Kronis

GERD sering kali memburuk saat tidur, menyebabkan gangguan tidur dan kelelahan. Kurang tidur dapat memperburuk kecemasan dan membuat tubuh lebih sensitif terhadap nyeri dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh GERD.

  • Efek Psikosomatik

Seseorang dengan kecemasan cenderung lebih peka terhadap sensasi tubuhnya, sehingga gejala ringan GERD bisa terasa lebih parah dan memicu serangan panik.

Bagaimana GERD Bisa Menyebabkan atau Terasa Seperti Anxiety?

Banyak gejala GERD yang menyerupai gejala kecemasan atau panic attack, sehingga seseorang bisa merasa bahwa ia mengalami serangan kecemasan padahal sebenarnya gejala tersebut berasal dari refluks asam. Berikut adalah beberapa gejala yang sering tumpang tindih:

  • Nyeri Dada dan Sesak Napas

GERD dapat menyebabkan nyeri dada akibat iritasi pada kerongkongan. Nyeri ini sering disalah artikan sebagai gejala serangan jantung atau kecemasan, yang kemudian memperburuk rasa panik dan stres.

  • Palpitasi atau Jantung Berdebar

Aktivasi saraf vagus akibat iritasi asam lambung bisa menyebabkan palpitasi, yang membuat seseorang merasa lebih cemas.

  • Sensasi Tercekik atau Benjolan di Tenggorokan (Globus Sensation)

GERD dapat menyebabkan peradangan di tenggorokan, memunculkan sensasi seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan. Sensasi ini sering dikaitkan dengan gejala kecemasan.

  • Pusing dan Kepala Terasa Ringan

Refluks asam dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit dan menyebabkan pusing. Selain itu, hiperventilasi akibat kecemasan juga bisa menyebabkan kepala terasa ringan.

  • Mual dan Gangguan Pencernaan

Orang dengan kecemasan cenderung mengalami gangguan pencernaan seperti mual dan sakit perut, yang juga merupakan gejala khas GERD.

Gejala GERD Anxiety

Gejala GERD anxiety dapat bervariasi pada setiap individu, namun secara umum meliputi:

  • Sensasi Terbakar di Dada (Heartburn) dan Nyeri Dada

Heartburn adalah gejala utama GERD, yang ditandai dengan rasa panas atau terbakar di dada akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan. Gejala ini sering kali mirip dengan nyeri dada akibat kecemasan atau bahkan serangan jantung, sehingga bisa memicu rasa panik dan ketakutan.

  • Jantung Berdebar (Palpitasi)

GERD dapat mengiritasi saraf vagus, yang berperan dalam mengatur detak jantung. Hal ini bisa menyebabkan palpitasi atau jantung berdebar, yang sering kali disalah artikan sebagai tanda serangan panik.

  • Sesak Napas dan Sensasi Tercekik

Asam lambung yang naik dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, menyebabkan sesak napas atau perasaan tidak bisa mengambil napas dalam. Selain itu, beberapa penderita GERD Anxiety juga mengalami sensasi benjolan di tenggorokan (globus sensation), yang bisa menambah rasa cemas.

  • Pusing dan Kepala Terasa Melayang

Hiperventilasi akibat kecemasan atau peningkatan asam lambung dapat menyebabkan pusing dan kepala terasa melayang. Sensasi ini bisa semakin memperburuk kecemasan karena menyerupai gejala tekanan darah rendah atau gangguan saraf.

  • Mual dan Gangguan Pencernaan

Kombinasi GERD dan kecemasan sering kali menyebabkan mual, perut kembung, dan gangguan pencernaan lainnya. Kecemasan dapat memperlambat proses pencernaan, sementara refluks asam bisa memperburuk ketidaknyamanan perut.

  • Gangguan Tidur (Insomnia) dan Kelelahan

GERD yang memburuk di malam hari dapat menyebabkan kesulitan tidur, sementara kecemasan juga dapat membuat pikiran terus aktif, menghambat kualitas tidur. Akibatnya, penderita GERD Anxiety sering merasa lelah di siang hari.

  • Rasa Cemas Berlebihan dan Serangan Panik

Gejala GERD yang terasa tidak nyaman bisa memicu kecemasan berlebihan, terutama bagi mereka yang khawatir mengalami kondisi medis serius. Sensasi seperti nyeri dada, sesak nafas, atau pusing sering kali memicu serangan panik, yang semakin memperburuk kondisi.

Karena banyak gejala yang tumpang tindih antara GERD dan kecemasan, sering kali penderita mengalami kesulitan dalam menentukan apakah yang dirasakan berasal dari masalah pencernaan, gangguan psikologis, atau keduanya.

Diagnosis dan Pemeriksaan GERD Anxiety

Berikut adalah langkah-langkah diagnosis dan pemeriksaan GERD Anxiety yang biasanya dilakukan oleh tenaga medis:

Anamnesis dan Riwayat Medis

Langkah pertama dalam diagnosis adalah wawancara medis untuk memahami riwayat kesehatan pasien. Dokter akan menanyakan:

  • Seberapa sering gejala muncul?

  • Apakah ada faktor pemicu seperti makanan tertentu atau stres?

  • Apakah gejala memburuk saat berbaring?

  • Apakah pasien memiliki riwayat kecemasan atau gangguan pencernaan lainnya?

Jika pasien mengalami heartburn, sesak nafas, palpitasi, atau serangan panik, dokter akan mempertimbangkan apakah gejala tersebut lebih condong ke GERD atau anxiety. Digunakan kuesioner GERDQ untuk membantu dokter mendiagnosis apakah seseorang terkena GERD atau bukan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya tanda-tanda lain yang dapat membantu diagnosis, seperti:

  • Nyeri tekan di area perut atau dada

  • Tanda-tanda refluks asam lambung (misalnya, bau mulut, suara serak, atau iritasi tenggorokan)

  • Perubahan tekanan darah atau denyut jantung yang dapat mengindikasikan kecemasan

Tes Diagnostik untuk GERD

Jika dokter mencurigai adanya GERD, beberapa pemeriksaan berikut bisa dilakukan:

  • Endoskopi Gastrointestinal (EGD)

  • Endoskopi memungkinkan dokter melihat kondisi kerongkongan, lambung, dan usus bagian atas. Tes ini bertujuan untuk:

  1. Menilai adanya peradangan atau luka pada esofagus akibat asam lambung

  2. Mendeteksi komplikasi GERD seperti esofagitis atau Barrett’s esophagus

  • Tes pH Metrik 24 Jam

Tes ini mengukur kadar asam di kerongkongan selama 24 jam dengan memasukkan sensor kecil melalui hidung atau menelan kapsul khusus. Tes ini berguna untuk:

  1. Menilai frekuensi dan tingkat keasaman refluks

  2. Menentukan apakah gejala benar-benar disebabkan oleh GERD

  • Manometri Esofagus

Tes ini mengukur tekanan dan pergerakan otot kerongkongan untuk memastikan apakah ada gangguan motilitas yang berkontribusi terhadap GERD.

  • Tes H. pylori

Infeksi Helicobacter pylori dapat memperburuk gejala GERD dan menyebabkan gangguan pencernaan lainnya. Tes ini dilakukan melalui uji napas, darah, atau feses.

  • Uji Penghambat Pompa Proton (PPI Test)

Dilakukan dengan memberi pasien PPI dosis ganda selama 2 minggu pada pasien tanpa tanda bahaya. Jika selama pengobatan gejala membaik dan ketika pengobatan dihentikan gejala kembali, kemungkinan pasien menderita GERD.

Pemeriksaan untuk Anxiety dan Gangguan Psikologis

Jika kecemasan diduga sebagai faktor utama atau memperburuk GERD, pemeriksaan berikut dapat dilakukan:

  • Skala Kecemasan (GAD-7, HADS, atau BAI)

Kuesioner ini membantu dokter menilai tingkat kecemasan pasien berdasarkan frekuensi dan tingkat keparahan gejala seperti:

  1. Jantung berdebar

  2. Sesak nafas

  3. Ketakutan berlebihan

  4. Gangguan tidur

  • Elektrokardiogram (EKG) dan Tes Jantung Lainnya

Jika pasien mengalami palpitasi atau nyeri dada, dokter mungkin akan melakukan EKG, ekokardiografi, atau tes stres untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit jantung.

  • Tes Fungsi Tiroid (TSH dan Free T4)

Hipertiroidisme dapat menyebabkan gejala yang menyerupai kecemasan dan palpitasi, sehingga pemeriksaan tiroid bisa dilakukan untuk memastikan penyebabnya.

Pengobatan GERD Anxiety

Pengobatan GERD anxiety harus dilakukan secara komprehensif dengan menangani kedua kondisi secara bersamaan. Berikut beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan:

Perubahan Gaya Hidup dan Pola Makan

Langkah pertama dalam mengatasi GERD adalah menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari faktor pemicu. Beberapa tips yang disarankan:

  • Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk mencegah produksi asam berlebihan.

  • Hindari makanan pemicu seperti makanan berlemak, pedas, asam, cokelat, dan kafein.

  • Tidak langsung berbaring setelah makan, tunggu minimal 2-3 jam sebelum berbaring.

  • Mengunyah makanan dengan baik dan makan perlahan untuk mencegah udara tertelan berlebihan.

  • Menjaga berat badan ideal, obesitas dapat meningkatkan tekanan di dalam perut, memperburuk refluks asam.

  • Menghindari alkohol dan rokok, nikotin dan alkohol dapat melemahkan sfingter esofagus bawah.

  • Gunakan bantal tambahan untuk meninggikan kepala sekitar 15-20 cm saat tidur guna mencegah asam lambung naik.

Terapi Psikologis

  1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Terapi ini membantu mengelola kecemasan dan pola pikir negatif yang berkontribusi terhadap GERD anxiety.

  2. Relaksasi dan Mindfulness: Teknik pernapasan dalam, meditasi, dan yoga dapat membantu mengurangi stres.

Terapi Medis

  • Proton Pump Inhibitors (PPI) - PPI adalah obat GERD yang paling efektif karena dapat menghambat produksi asam lambung hingga 90%. Contohnya:

  1. Omeprazole

  2. Lansoprazole

  3. Pantoprazole

  4. Esomeprazole

PPI biasanya digunakan dalam jangka waktu tertentu, tergantung tingkat keparahan GERD. Namun, penggunaan jangka panjang harus diawasi dokter karena dapat meningkatkan risiko osteoporosis, infeksi, dan defisiensi nutrisi.

  • Prokinetik - Obat ini membantu mempercepat pengosongan lambung dan memperkuat sfingter esofagus bawah. Contohnya:

  1. Domperidone

  2. Metoclopramide

Prokinetik sering diresepkan bagi pasien dengan GERD yang juga mengalami gangguan motilitas lambung.

  • Alginat - Obat ini bekerja dengan membentuk lapisan pelindung di atas isi lambung untuk mencegah asam naik ke kerongkongan.

Terapi Bedah

Jika terapi medis tidak berhasil atau GERD menyebabkan komplikasi serius, prosedur bedah dapat menjadi pilihan.

  • Fundoplication (Nissen Fundoplication): Operasi untuk mengencangkan sfingter esofagus bawah dengan membungkus bagian atas lambung di sekitar esofagus.

  • LINX Device: Pemasangan cincin magnet kecil di sekitar esofagus.

  • Endoscopic Therapy: Menggunakan teknik endoskopi untuk meningkatkan fungsi sfingter esofagus.

Pencegahan GERD Anxiety

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah GERD anxiety adalah:

  • Mengatur pola makan dengan gizi seimbang

  • Menghindari makanan yang dapat memicu asam lambung

  • Mengelola stres dengan baik melalui aktivitas relaksasi

  • Menjaga berat badan ideal

  • Menghindari konsumsi alkohol dan merokok

  • Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi adanya gangguan asam lambung sejak dini

GERD dan kecemasan memiliki hubungan yang kompleks dan saling mempengaruhi. Penanganan efektif memerlukan pendekatan holistik yang mencakup perubahan gaya hidup, pengelolaan stres, dan pengobatan medis yang tepat. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat penting untuk mendapatkan diagnosis dan rencana perawatan yang sesuai.​ Jika kamu mengalami gejala yang mengarah ke GERD, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang sesuai. Pemeriksaan penunjang dan pengobatan suportif GERD juga dapat dilakukan di Bumame. Salah satunya, tersedia produk Happy Stomach yang merupakan infus vitamin yang memiliki kandungan efektif dalam mencegah dan mengatasi masalah pencernaann hingga nyeri lambung. Salah satu kombinasinya adalah gabungan elektrolit, pelindung lambung, dan antimual. Masing-masing komponen memiliki fungsi spesifik untuk membantu tubuh mengatasi dehidrasi, mual, atau gangguan lambung. Yuk, perhatikanlah tanda-tanda GERD dan jadilah lebih peduli dengan diri juga sistem pencernaan Anda!

Sumber:

Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan GERD di Indonesia: Revisi 2022 [Internet]. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia; 2022

On YK, Kim JH, Choi MG, Lee KM, Kim JI, Kim BW, et al. The association between symptoms of gastroesophageal reflux disease and anxiety, depression, and quality of life in the Korean population. J Neurogastroenterol Motil. 2017;23(4):593-602.

Yadlapati R, Pandolfino JE. Gastroesophageal Reflux Disease. JAMA. 2020;324(24):2536–47.

Vakil N, van Zanten SV, Kahrilas P, Dent J, Jones R; Global Consensus Group. The Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease (GERD): a global evidence-based consensus. Am J Gastroenterol. 2006;101(8):1900–20.

Taraszewska A. Risk factors for gastroesophageal reflux disease symptoms related to lifestyle and diet. Rocz Panstw Zakl Hig. 2021.