Virus Dinga-Dinga muncul di Uganda & picu kekhawatiran global. Kenali gejala, asal-usul, dan upaya pencegahan penyakit misterius ini.
Apakah kamu pernah mendengar tentang Virus Dinga-Dinga? Virus Dinga-Dinga adalah sebutan lokal untuk penyakit misterius yang baru-baru ini muncul di Uganda. Nama "Dinga-Dinga" berasal dari dialek setempat yang berarti "gemetar seperti menari," menggambarkan gejala utama penyakit ini. Hingga saat ini, para ahli masih menyelidiki apakah penyakit ini disebabkan oleh virus, bakteri, atau faktor lain yang belum teridentifikasi. Selain itu, belum ada literatur ilmiah yang membahas penyakit ini secara mendalam, sehingga studi lebih lanjut sangat diperlukan.
Awal Mula Muncul
Kasus pertama dilaporkan di distrik Bundibugyo, Uganda, dengan lebih dari 300 orang terdampak. Penyakit ini terutama menyerang perempuan dan anak-anak, menyebabkan kekhawatiran di kalangan masyarakat dan tenaga medis. Hingga saat ini, belum ada laporan kematian akibat penyakit ini, tetapi penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung.
Para ahli mencatat bahwa penyakit ini memiliki kemiripan dengan beberapa wabah neurologis sebelumnya yang pernah terjadi di Afrika. Misalnya, pada awal tahun 2000-an, wabah Sindrom Kepala Mengangguk (Nodding Syndrome) melanda beberapa wilayah di Afrika Timur dan menyebabkan gangguan neurologis pada anak-anak. Namun, perbedaan utama dengan Sindrom Kepala Mengangguk adalah Dinga-Dinga lebih dominan menyebabkan tremor hebat dibandingkan gangguan kesadaran atau kejang.
Gejala Dinga-Dinga
Menurut laporan awal, penyakit ini lebih sering menyerang wanita dan anak perempuan di daerah yang terdampak. Namun, belum diketahui apakah ini disebabkan oleh faktor biologis, lingkungan, atau sosial. Penderita Dinga-Dinga mengalami gejala yang membuat aktivitas sehari-hari menjadi sulit dan dapat berdampak pada kualitas hidup penderita. Banyak pasien melaporkan bahwa mereka tiba-tiba merasakan tubuh mereka mulai bergetar tanpa kendali, mirip dengan efek kejang ringan. Beberapa pasien juga mengalami sakit kepala dan sensasi seperti kesemutan di anggota tubuhnya. Beberapa gejala utama, yaitu:
Gemetar Tubuh yang Tidak Terkendali
Pasien mengalami tremor atau gemetar hebat yang tidak bisa dikontrol.
Gemetar ini bisa memengaruhi seluruh tubuh atau hanya bagian tertentu, seperti tangan dan kaki.
Kelemahan Otot dan Kesulitan Berjalan
Banyak penderita melaporkan tubuh mereka terasa lemas, bahkan tidak mampu berdiri atau berjalan dengan baik.
Beberapa pasien bahkan harus dibantu untuk berpindah tempat.
Demam
Sebagian pasien mengalami demam tinggi, yang bisa menandakan adanya reaksi tubuh terhadap infeksi atau peradangan.
Pusing dan Sakit Kepala
Beberapa penderita melaporkan pusing berlebihan yang membuat mereka sulit beraktivitas.
Kebingungan dan Disorientasi
Ada laporan bahwa beberapa pasien mengalami gangguan kesadaran atau kebingungan mendadak.
Selain gejala utama, beberapa pasien juga mengeluhkan beberapa gejala tambahan berupa:
Nyeri sendi dan otot
Mual dan muntah
Gangguan koordinasi gerak tubuh
Apa Pemeriksaan yang Dapat Dilakukan?
Untuk memastikan diagnosis, tenaga medis di Uganda telah mengumpulkan sampel darah dan cairan tubuh dari pasien. Sampel ini dikirim ke laboratorium Kementerian Kesehatan Uganda untuk dianalisis. Pemeriksaan lebih lanjut bertujuan untuk mengetahui apakah penyakit ini disebabkan oleh virus, infeksi bakteri, atau gangguan neurologis.
Metode pemeriksaan yang digunakan meliputi:
Pemeriksaan Darah: Untuk mendeteksi adanya infeksi virus atau bakteri tertentu.
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal: Untuk mengevaluasi kemungkinan adanya infeksi di sistem saraf pusat.
Pencitraan Otak (CT Scan atau MRI): Untuk mendeteksi adanya kelainan neurologis yang mungkin berkontribusi terhadap gejala tremor.
Elektromiografi (EMG): Untuk mempelajari aktivitas listrik pada otot yang mengalami tremor.
EEG (Electroencephalography): Mendeteksi pola aktivitas listrik otak jika pasien mengalami gangguan kesadaran atau tremor berat.
Karena penyakit ini masih dalam tahap penelitian, para ahli juga mempertimbangkan beberapa pemeriksaan tambahan berupa:
Tes toksikologi untuk mengevaluasi kemungkinan paparan zat beracun yang dapat menyebabkan tremor.
Analisis genetik jika ada indikasi gangguan neurologis bawaan.
Surveilans epidemiologi untuk memahami pola penyebaran penyakit ini.
Hasil sementara menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda peradangan akut di otak, yang mengindikasikan bahwa penyakit ini bukan akibat infeksi otak langsung seperti meningitis atau ensefalitis. Mengingat belum ada tes spesifik untuk mendiagnosis Dinga-Dinga, pendekatan yang dilakukan dokter adalah pendekatan eksklusif, yaitu mengecualikan penyakit lain dengan gejala serupa.
Perawatan dan Pengobatan Dinga-Dinga
Saat ini, pengobatan yang diberikan bersifat simtomatik dan suportif karena belum ditemukan penyebab pasti untuk diberikan terapi spesifik pada penyakit ini. Berikut pengobatan dan perawatan yang dapat diberikan:
Perawatan di rumah sakit - Pasien dengan gejala berat perlu mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan untuk pemantauan lebih lanjut. Perawatan meliputi:
Rawat inap untuk observasi: Mengingat gejala Dinga-Dinga dapat memburuk dengan cepat, pasien yang mengalami kelemahan otot berat atau gangguan kesadaran perlu diawasi ketat.
Tata laksana cairan dan elektrolit: Tremor hebat dan kelemahan otot dapat dikaitkan dengan ketidakseimbangan elektrolit. Pemberian cairan infus dengan elektrolit yang sesuai sangat penting.
Dukungan pernapasan: Jika kelemahan otot memengaruhi pernapasan, pasien mungkin membutuhkan terapi oksigen atau ventilasi mekanik dalam kasus yang parah.
Terapi simptomatik - Karena penyebab Dinga-Dinga belum diketahui dengan pasti, dokter memberikan pengobatan untuk meredakan gejala yang muncul:
Obat Antikonvulsan (seperti Diazepam atau Lorazepam): Digunakan jika pasien mengalami kejang atau tremor yang tidak terkendali.
Obat Relaksan Otot (seperti Baclofen): Dapat membantu mengurangi tremor dan kekakuan otot yang parah.
Obat Neuroprotektor (seperti Vitamin B kompleks): Membantu menjaga kesehatan saraf dan mempercepat pemulihan neurologis.
Antipiretik dan Analgesik (seperti Paracetamol atau Ibuprofen): Untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri tubuh yang terkait dengan infeksi atau peradangan.
Pemberian antibiotik atau antivirus: Jika dicurigai adanya infeksi sekunder.
Rehidrasi: Untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi.
Terapi neurologis dan rehabilitasi - Jika pasien mengalami kelemahan otot berkepanjangan, terapi rehabilitasi diperlukan untuk mempercepat pemulihan:
Fisioterapi: Membantu meningkatkan kekuatan otot dan mencegah atrofi otot akibat kelemahan yang berkepanjangan.
Terapi Okupasi: Membantu pasien yang mengalami gangguan motorik agar bisa beraktivitas mandiri kembali.
Latihan Relaksasi: Teknik seperti biofeedback atau yoga mungkin bermanfaat dalam mengurangi tremor jika penyebabnya melibatkan gangguan sistem saraf pusat.
Beberapa pasien melaporkan adanya perbaikan setelah perawatan selama beberapa hari hingga satu minggu, meskipun masih ada gejala sisa seperti lemas dan tremor ringan.
Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, Dinga-Dinga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, terutama yang berkaitan dengan sistem saraf dan fungsi otot. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
Gangguan Neurologis Jangka Panjang - Tremor dan kelemahan otot yang berlangsung lama dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menyebabkan kecacatan permanen.
Atrofi Otot dan Disabilitas - Kelemahan otot yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan pengecilan otot (atrofi) dan ketidakmampuan untuk bergerak secara mandiri.
Infeksi Sekunder - Jika pasien mengalami imobilisasi dalam waktu lama, risiko infeksi saluran kemih, pneumonia, atau luka tekan meningkat.
Gangguan Mental dan Psikologis - Tremor kronis dan kelemahan otot yang berkepanjangan dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan kepercayaan diri.
Apakah Dinga-Dinga Menular?
Sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang jelas mengenai bagaimana penyakit Dinga-Dinga menyebar. Namun, berdasarkan pola penyebarannya yang lebih banyak menyerang kelompok tertentu (wanita dan anak perempuan), beberapa hipotesis telah diajukan:
Penularan Melalui Infeksi (Virus atau Bakteri)
Beberapa pasien menunjukkan respons positif terhadap pengobatan antibiotik, yang bisa mengindikasikan adanya komponen infeksi bakteri.
Sampel pasien telah dikirim ke laboratorium Kementerian Kesehatan Uganda untuk mencari kemungkinan adanya infeksi virus atau patogen lainnya.
Faktor Lingkungan atau Toksin
Mengingat kasus Dinga-Dinga terkonsentrasi di daerah tertentu, kemungkinan adanya paparan toksin dalam makanan, air, atau udara juga sedang diteliti.
Racun lingkungan tertentu dapat menyebabkan gangguan neurologis, seperti tremor atau kejang yang menyerupai gejala Dinga-Dinga.
Penyakit Psikogenik Massal (Mass Hysteria)
Beberapa ahli mempertimbangkan kemungkinan gangguan psikogenik massal, di mana stres atau faktor psikologis dapat menyebabkan gejala yang menyebar dalam komunitas.
Fenomena serupa pernah terjadi dalam sejarah, seperti Tarian Wabah (Dancing Plague) di Eropa pada abad ke-16.
Pencegahan
Karena penyebab pasti Dinga-Dinga masih belum diketahui, upaya pencegahan harus mencakup berbagai aspek, mulai dari kebersihan lingkungan hingga penguatan sistem imun tubuh. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
Pengendalian Vektor
Jika penyakit ini terbukti ditularkan oleh nyamuk atau serangga lainnya, penggunaan kelambu, insektisida, dan eliminasi tempat berkembang biak nyamuk menjadi sangat penting.
Hindari Kontak dengan Pasien atau Hewan yang Terinfeksi
Jika ada dugaan penularan dari manusia ke manusia atau melalui hewan, kontak langsung dengan penderita atau hewan yang bergejala harus dibatasi. Menghindari kontak langsung dengan penderita dilakukan terutama bagi orang dengan sistem imun lemah.
Jaga Kebersihan dan Sanitasi
Pastikan air yang dikonsumsi bersih dan makanan dimasak dengan benar untuk mengurangi risiko infeksi yang dapat memperburuk gejala penyakit.
Meningkatkan Imunisasi dan Kesehatan Umum
Jika penelitian lebih lanjut menemukan adanya patogen tertentu yang menyebabkan Dinga-Dinga, maka vaksinasi mungkin dapat dikembangkan sebagai metode pencegahan utama.
Konsumsi Makanan Bergizi
Asupan nutrisi yang cukup, terutama zat besi, vitamin B, dan vitamin D, dapat membantu menjaga kesehatan saraf dan otot untuk mengurangi risiko komplikasi penyakit ini.
Deteksi Dini dan Isolasi Kasus
Pemerintah dan tenaga kesehatan harus melakukan pemantauan kasus secara aktif, serta memberikan isolasi bagi pasien yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Melakukan Pengobatan Sesuai Anjuran Medis
Mengikuti anjuran tenaga kesehatan setempat dan tidak mengandalkan pengobatan alternatif yang belum terbukti efektif.
Selain itu, pemerintah Uganda bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan kepada masyarakat untuk tetap waspada dan melaporkan setiap kasus baru guna mencegah penyebaran lebih lanjut.
Virus Dinga-Dinga masih menjadi misteri bagi dunia medis. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memahami penyebab dan cara penanganannya. Hingga saat ini, tidak ada bukti bahwa penyakit ini memiliki potensi pandemi, tetapi pengawasan epidemiologis harus tetap dilakukan. Masyarakat di daerah terdampak harus tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan agar penyebaran penyakit ini dapat dikendalikan dengan lebih baik. Jika Anda mengalami gejala yang serupa setelah berkunjung ke daerah terdampak, segera lakukan pemeriksaan sesuai indikasi. Pemeriksaan umum dapat dilakukan di Bumame untuk kemudian dikonsultasikan dengan dokter. Harga pemeriksaan tergantung pada panel pemeriksaan apa saja yang dipilih. Melalui pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan, dengan kerja sama antara ilmuwan, tenaga medis, dan masyarakat, diharapkan misteri di balik penyakit ini dapat segera terpecahkan.
Sumber:
Singla R, Verma M, Kumar S, Mehta R, Sah R, Simiyu BW, et al. A new viral frontier: Decoding the mystery of Uganda's Dinga Dinga virus. New Microbes New Infect. 2025;63:101560.
Akafa TA, Iseko KI. Dinga Dinga Disease Uncovered: A Call to Act Fast Against Uganda's Puzzling Health Crisis. Int J Emerg Multidiscip: Biomed Clin Res. 2024;2(1):1-18.
PubMed Central. Decoding the Mystery of Uganda's Dinga Dinga Virus. PMC. Januari 2025. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC11840867/PMC
The Economic Times. What is Dinga Dinga? The Disease Spreading in Uganda. The Economic Times. Desember 2024. https://m.economictimes.com/news/international/global-trends/what-is-dinga-dinga-the-disease-spreading-in-uganda/articleshow/116417550.cms
Business Today. Dinga Dinga Virus Outbreak: Mysterious Illness Affecting Women and Girls in Uganda. Business Today. Desember 2024. Tersedia di: https://www.businesstoday.in/world/story/dinga-dinga-virus-outbreak-mysterious-illness-affecting-women-and-girls-in-uganda-458091-2024-12-20