Mengenal Hepatitis C: Menular Lewat Darah, Ini Panduan Lengkapnya!

Mengenal Hepatitis C: Menular Lewat Darah, Ini Panduan Lengkapnya!

12/06/2025Bumame

Hepatitis C menular lewat darah & sering tanpa gejala awal. Pelajari cara penularan, gejala, dan pengobatan untuk cegah kerusakan hati serius.

Hepatitis C adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat berkembang menjadi penyakit kronis jika tidak ditangani dengan baik.

Penyakit ini sering kali tidak menimbulkan gejala pada tahap awal, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi.

Oleh karena itu, memahami penyebab, gejala, serta metode diagnosis dan pengobatan hepatitis C sangat penting untuk mencegah komplikasi serius di kemudian hari.

Apa Itu Hepatitis C?

Hepatitis C adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yang menyerang hati dan dapat menyebabkan peradangan. Hepatitis C pertama kali diidentifikasi pada tahun 1989 sebagai penyebab utama hepatitis non-A non-B.

Infeksi ini sering berkembang menjadi kondisi kronis yang dapat berujung pada penyakit hati serius seperti sirosis dan kanker hati. Sekitar 15–27% dari pengidap yang terinfeksi kronis diperkirakan akan mengembangkan sirosis hati.

Selain itu, infeksi HCV kronis juga meningkatkan risiko berkembangnya karsinoma hepatoseluler (kanker hati).

Ada Berapa Macam Jenis Hepatitis dan Apa Perbedaannya?

Secara umum, hepatitis dikategorikan menjadi dua kelompok utama: hepatitis virus dan hepatitis non-virus.​ Terdapat lima jenis utama hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.

  • Hepatitis A (HAV)

Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A dan biasanya ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi (penularan fecal-oral). Penyakit ini umumnya bersifat akut dan tidak berkembang menjadi kondisi kronis.

  • Hepatitis B (HBV)

Virus hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, seperti melalui hubungan seksual tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke bayi saat persalinan.

Infeksi HBV dapat bersifat akut atau kronis. Infeksi kronis meningkatkan risiko sirosis dan kanker hati.

  • Hepatitis C (HCV)

Hepatitis C terutama ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, misalnya melalui penggunaan jarum suntik bersama atau transfusi darah yang tidak aman. Sebagian besar infeksi HCV berkembang menjadi kondisi kronis, yang dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati.

  • Hepatitis D (HDV)

Hepatitis D, atau delta hepatitis, hanya terjadi pada individu yang sudah terinfeksi hepatitis B, karena virus HDV memerlukan HBV untuk bereplikasi.

Penularannya mirip dengan HBV, melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi. Infeksi ganda HBV dan HDV dapat menyebabkan penyakit hati yang lebih parah.

  • Hepatitis E (HEV)

Virus hepatitis E ditularkan terutama melalui konsumsi air yang terkontaminasi. Hepatitis E umumnya bersifat akut dan tidak berkembang menjadi kronis. Namun, pada wanita hamil, infeksi HEV dapat lebih serius dan berpotensi fatal.

Apa Penyebab Hepatitis C?

Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui darah.

Berikut beberapa penyebab utama penularan hepatitis C:​

  1. Penggunaan Jarum Suntik Bersama: Terutama di kalangan pengguna narkoba suntik, merupakan penyebab utama penularan HCV. Praktik ini memungkinkan darah yang terkontaminasi HCV masuk ke aliran darah orang lain.

  2. Transfusi Darah dan Produk Darah yang Tidak Disaring: Sebelum adanya penyaringan darah yang ketat, transfusi darah atau produk darah yang terkontaminasi HCV menjadi sumber penularan utama. Saat ini, risiko ini telah berkurang secara signifikan di negara-negara yang menerapkan penyaringan darah secara rutin.

  3. Praktik Medis yang Tidak Aman: Penggunaan peralatan medis yang tidak steril, seperti jarum atau alat bedah. Hal ini sering terjadi di fasilitas kesehatan dengan standar sterilisasi yang rendah.

  4. Penggunaan Alat Pribadi Bersama yang Terpapar Darah: Berbagi barang-barang pribadi seperti pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi yang mungkin terkontaminasi darah. Penting untuk menghindari berbagi barang-barang pribadi yang dapat melukai kulit, meskipun risikonya lebih rendah daripada berbagi jarum suntik.

  5. Penularan dari Ibu ke Anak: Seorang ibu yang terinfeksi HCV dapat menularkan virus kepada bayinya selama proses persalinan. Risiko penularan ini diperkirakan sekitar 5-6%. Saat ini, tidak ada tindakan khusus yang terbukti efektif dalam mencegah penularan ini.

  6. Kontak Seksual: Meskipun jarang, HCV dapat ditularkan melalui hubungan seksual yang melibatkan kontak dengan darah, seperti saat terjadi luka atau menstruasi.

  7. Paparan di Tempat Kerja: Petugas kesehatan berisiko tertular HCV melalui cedera tusukan jarum atau kontak dengan darah yang terinfeksi. Risiko penularan melalui cedera tusukan jarum diperkirakan sekitar 1,8%.

Penting untuk dicatat bahwa HCV tidak ditularkan melalui kontak sehari-hari seperti berpelukan, berbagi makanan atau minuman, atau melalui air dan makanan.

Apa Gejala Hepatitis C?

Gejala penyakit ini bervariasi berdasarkan tingkat keparahan dan tahap infeksi. Simak penjelasannya!​

Infeksi Akut Hepatitis C

Infeksi akut terjadi dalam enam bulan pertama setelah terpapar virus hepatitis C (HCV). Sebagian besar individu tidak menunjukkan gejala selama fase ini. Namun, jika gejala muncul, biasanya terjadi antara 2 hingga 12 minggu setelah paparan.

  • Kelelahan: Perasaan lelah yang berlebihan tanpa sebab yang jelas.​

  • Demam: Peningkatan suhu tubuh yang mungkin disertai kedinginan.​

  • Nafsu makan menurun: Kehilangan selera makan yang dapat menyebabkan penurunan berat badan.​

  • Mual dan muntah: Sensasi ingin muntah atau muntah yang dapat terjadi secara berulang.​

  • Nyeri perut: Terutama di bagian kanan atas, di area hati.​

  • Urine berwarna gelap: Warna urine menjadi lebih pekat seperti teh.​

  • Feses berwarna pucat: Kotoran menjadi lebih terang dari biasanya.​

  • Nyeri sendi: Rasa sakit atau ketidaknyamanan pada persendian.​

  • Jaundice (penyakit kuning): Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning.​

Infeksi Kronis Hepatitis C

Jika infeksi HCV tidak sembuh secara spontan dalam enam bulan, maka berkembang menjadi infeksi kronis. Sebagian besar individu dengan hepatitis C kronis tetap tanpa gejala selama bertahun-tahun atau bahkan dekade.

Namun, seiring waktu, kerusakan hati dapat terjadi dan menimbulkan gejala seperti:​

  • Kelelahan kronis: Perasaan lelah yang terus-menerus dan mengganggu aktivitas sehari-hari.​

  • Nyeri perut: Terutama di area hati, yang mungkin menjadi lebih sering atau intens.​

  • Gangguan kognitif ringan: Kesulitan berkonsentrasi atau mengingat, sering disebut sebagai "kabut otak" / “Brainfog”.​​

Tahap Lanjut: Sirosis dan Komplikasi Lainnya

Tanpa pengobatan, hepatitis C kronis dapat menyebabkan sirosis (pengerasan hati) dalam waktu 20 hingga 30 tahun. Gejala sirosis dan komplikasinya meliputi:​

  • Jaundice: Kulit dan mata menguning akibat penumpukan bilirubin.​

  • Ascites: Penumpukan cairan di perut yang menyebabkan pembengkakan.​

  • Edema: Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki akibat retensi cairan.​

  • Ensefalopati hepatik: Kebingungan, perubahan perilaku, dan gangguan kesadaran akibat penumpukan racun di otak.​

  • Varises esofagus: Pembuluh darah yang membesar di esofagus yang dapat pecah dan menyebabkan perdarahan serius.​

Individu dengan sirosis juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kanker hati (karsinoma hepatoseluler). ​

Apa Tes Diagnosis Hepatitis C?

Proses diagnosis hepatitis C melibatkan beberapa langkah penting untuk memastikan keberadaan infeksi dan menilai kondisi hati pasien.

Tes Antibodi Hepatitis C (Anti-HCV): Tes ini merupakan langkah awal. Tes ini mencari antibodi terhadap virus hepatitis C dalam darah, yang menunjukkan apakah seseorang pernah terpapar virus tersebut. Hasil tes dapat berupa:​

  • Non-reaktif (Negatif): Tidak ada antibodi terhadap HCV yang terdeteksi, menandakan bahwa individu tersebut kemungkinan tidak pernah terinfeksi.

  • Namun, jika paparan terjadi dalam 6 bulan terakhir, tes ulang mungkin diperlukan karena antibodi mungkin belum terbentuk.​

  • Reaktif (Positif): Antibodi terhadap HCV terdeteksi, menandakan paparan sebelumnya terhadap virus.

  • Namun, tes ini tidak membedakan antara infeksi yang sedang berlangsung dan infeksi yang telah sembuh. Oleh karena itu, tes tambahan diperlukan untuk memastikan status infeksi saat ini.​

Tes Asam Nukleat untuk RNA HCV (NAT HCV RNA): Jika tes antibodi menunjukkan hasil reaktif, langkah berikutnya adalah melakukan tes NAT untuk mendeteksi keberadaan RNA virus hepatitis C dalam darah. Tes ini menentukan apakah infeksi HCV masih aktif. Hasil tes ini dapat berupa:​

  • Terdeteksi (Positif): RNA HCV ada dalam darah, menandakan infeksi aktif. Individu dengan hasil ini memerlukan evaluasi lebih lanjut dan pertimbangan untuk memulai pengobatan.​

  • Tidak Terdeteksi (Negatif): Tidak adanya RNA HCV dalam darah, yang dapat berarti bahwa individu tersebut telah sembuh dari infeksi sebelumnya atau hasil tes antibodi adalah positif palsu.​

Tes Kuantitatif RNA HCV: Tes ini mengukur jumlah virus (viral load) dalam darah. Meskipun tidak digunakan untuk mendiagnosis infeksi, tes ini membantu dalam:​

  • Menilai tingkat infeksi: Mengetahui jumlah virus dapat membantu dalam memantau respons terhadap pengobatan.​

  • Memandu pilihan pengobatan: Beberapa rejimen pengobatan mungkin dipilih berdasarkan viral load awal.​

Genotip HCV: Menentukan genotipe atau strain spesifik dari virus hepatitis C penting karena:​

  • Membantu dalam pemilihan pengobatan: Beberapa genotipe merespons lebih baik terhadap jenis pengobatan tertentu.​

  • Memprediksi respons terhadap terapi: Mengetahui genotipe dapat memberikan informasi tentang kemungkinan keberhasilan pengobatan.​

Penilaian Kerusakan Hati: Setelah diagnosis infeksi HCV dikonfirmasi, penting untuk menilai tingkat kerusakan hati yang telah terjadi. Ini dapat dilakukan melalui:​

  • Biopsi Hati: Prosedur invasif di mana sampel jaringan hati diambil untuk menilai tingkat fibrosis atau sirosis.​

  • Tes Non-invasif: Seperti elastografi atau tes darah khusus yang dapat memperkirakan tingkat fibrosis tanpa perlu biopsi.​

Berapa Harga Tes Diagnosis Hepatitis C?

Harga tes diagnosis infeksi hepatitis C di Indonesia bervariasi tergantung bervariasi tergantung pada fasilitas kesehatan, jenis vaksin, dan lokasi.

Klinik laboratorium Bumame menyediakan rangkaian tes pemeriksaan fungsi hati dengan rincian pemeriksaan yaitu SGOT, SGPT, GAMMA GT dengan harga Rp288.000.

Paket pemeriksaan ini dapat mengecek kondisi fungsi hati dan peradangan sel hati yang dapat membantu dokter mengidentifikasi infeksi hepatitis C.

Bagaimana Menyembuhkan Hepatitis C?

Berikut adalah langkah-langkah utama dalam menyembuhkan hepatitis C:​

Penggunaan Obat Antivirus Langsung (Direct-Acting Antivirals/DAA):

Terapi utama untuk hepatitis C saat ini adalah penggunaan DAA, yaitu obat yang secara langsung menargetkan siklus hidup virus hepatitis C untuk mengeliminasi infeksi.

Regimen DAA biasanya berlangsung selama 8 hingga 12 minggu dan memiliki tingkat keberhasilan lebih dari 95% dalam menyembuhkan infeksi. Beberapa kombinasi DAA yang umum digunakan meliputi:

  • Glecaprevir/Pibrentasvir: Kombinasi ini diberikan selama 8 minggu untuk pasien tanpa sirosis dan selama 12 minggu untuk pasien dengan sirosis kompensasi.​

  • Sofosbuvir/Velpatasvir: Regimen ini diberikan selama 12 minggu, efektif untuk semua genotipe virus hepatitis C

Evaluasi dan Pemantauan Sebelum Pengobatan:

Sebelum memulai terapi DAA, penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh yang meliputi:

  • Penilaian Tingkat Fibrosis Hati: Menentukan sejauh mana kerusakan hati yang telah terjadi, biasanya melalui elastografi atau tes darah khusus.​

  • Tes Fungsi Hati dan Ginjal: Memastikan bahwa organ-organ vital berfungsi dengan baik sebelum memulai pengobatan.​

  • Identifikasi Koinfeksi: Menguji keberadaan infeksi lain seperti HIV atau hepatitis B yang dapat mempengaruhi strategi pengobatan.​

Disiplin Terhadap Regimen Pengobatan:

Disiplin pasien dalam mengikuti jadwal dan dosis pengobatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan. DAA umumnya diminum sekali sehari dan memiliki efek samping minimal, sehingga memudahkan pasien untuk mematuhi regimen pengobatan.

Gaya Hidup Sehat Selama dan Setelah Pengobatan:

Untuk mendukung proses penyembuhan dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut, disarankan untuk:

  • Menghindari Konsumsi Alkohol: Alkohol dapat mempercepat kerusakan hati dan mengurangi efektivitas pengobatan.

  • Mengadopsi Pola Makan Seimbang: Nutrisi yang baik mendukung fungsi hati dan kesehatan secara keseluruhan.​

  • Berolahraga Secara Teratur: Aktivitas fisik membantu meningkatkan energi dan kesejahteraan.​

  • Menghindari Obat-obatan Hepatotoksik: Berkonsultasilah dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau suplemen yang dapat mempengaruhi fungsi hati.​

Pemantauan Pasca Pengobatan:

Setelah menyelesaikan terapi DAA, tes darah akan dilakukan untuk memastikan bahwa virus telah dieliminasi sepenuhnya dari tubuh.

Meskipun telah sembuh, penting untuk tetap menjalani pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau fungsi hati, terutama bagi mereka yang telah mengalami sirosis atau kerusakan hati signifikan sebelumnya.

Apakah Ada Vaksin Hepatitis C?

Meskipun tidak ada vaksin untuk hepatitis C, penting untuk mendapatkan vaksinasi terhadap hepatitis A dan B untuk melindungi hati dari infeksi tambahan.

Selain itu, menghindari perilaku berisiko seperti penggunaan jarum suntik bersama dan praktik seks tidak aman dapat mencegah reinfeksi atau penularan virus kepada orang lain.

Dengan kemajuan pengobatan, hepatitis C kini dapat disembuhkan melalui terapi antivirus yang efektif.

Perlu diingat bahwa deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi seperti sirosis dan kanker hati.

Oleh karena itu, kesadaran akan faktor risiko, pencegahan, serta kepatuhan terhadap pengobatan menjadi kunci utama dalam mengatasi hepatitis C dan menjaga kesehatan hati.

Sumber:

Lee MH, Yang HI, Lu SN, Jen CL, You SL, Wang LY, et al. Chronic hepatitis C virus infection increases mortality from hepatic and extrahepatic diseases: a community-based long-term prospective study [Internet]. PLoS Med. 2012;9(6):e1001232. Available from: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5838439/ [cited 2025 Mar 14].

Ghany MG, Morgan TR. Hepatitis C guidance 2019 update: AASLD-IDSA recommendations for testing, managing, and treating hepatitis C virus infection [Internet]. NCBI Bookshelf. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK304345/ [cited 2025 Mar 14].

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). What is Hepatitis C? [Internet]. CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-c/about/index.html.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Clinical overview of Hepatitis C [Internet]. CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-c/hcp/clinical-overview/index.html.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hepatitis C prevention strategies [Internet]. CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-c/prevention/index.html.

Smith BD, Morgan RL, Beckett GA, Falck-Ytter Y, Holtzman D, Ward JW, et al. Recommendations for the identification of chronic hepatitis C virus infection among persons born during 1945–1965 [Internet]. MMWR Recomm Rep. 2012;61(RR-4):1–32. Available from: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10856511/ [cited 2025 Mar 14].

Fauci AS. The new era of hepatitis C treatment—addressing the global burden [Internet]. N Engl J Med. 2024;390(14):1342–1345. Available from: https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp2409842 [cited 2025 Mar 14].

The Lancet. Advances in Hepatitis C treatment: where do we stand? [Internet]. EClinicalMedicine. 2022;47:101403. Available from: https://www.thelancet.com/journals/eclinm/article/PIIS2589-5370%2822%2900539-9/fulltext [cited 2025 Mar 14].