Hepatitis E menyebar lewat air & sanitasi buruk. Kenali gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan untuk hindari infeksi berbahaya ini.
Hepatitis E adalah salah satu jenis infeksi virus yang menyerang hati dan umumnya menyebar melalui konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.
Meskipun sering kali tidak bergejala atau hanya menimbulkan penyakit ringan, hepatitis E bisa menjadi berbahaya, terutama bagi ibu hamil dan individu dengan sistem imun lemah.
Memahami penyebab, gejala, serta cara pencegahan dan pengobatan hepatitis E sangat penting untuk mengurangi risiko penularan dan komplikasi penyakit ini!
Apa Itu Hepatitis E?
Hepatitis E adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Penyakit ini termasuk dalam kelompok hepatitis virus dan terutama ditularkan melalui jalur fekal-oral, biasanya melalui konsumsi air yang terkontaminasi.
HEV memiliki setidaknya empat genotipe utama yang mempengaruhi manusia:
Genotipe 1 dan 2:
Genotipe ini ditemukan hanya pada manusia dan sering dikaitkan dengan wabah di negara-negara berkembang dengan sanitasi yang buruk.
Genotipe 3 dan 4:
Genotipe ini ditemukan pada beberapa hewan seperti babi, babi hutan, dan rusa, serta dapat menginfeksi manusia melalui konsumsi daging yang kurang matang atau kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
Tingkat Keparahan Penyakit:
Infeksi Akut: Sebagian besar individu yang terinfeksi HEV mengalami penyakit akut yang ringan dan sembuh sendiri tanpa komplikasi jangka panjang.
Risiko pada Wanita Hamil: Pada wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, infeksi HEV dapat menjadi sangat parah, dengan risiko tinggi mengalami gagal hati fulminan dan tingkat kematian mencapai sekitar 20%.
Infeksi Kronis: Meskipun jarang, individu dengan sistem imun yang lemah, seperti penerima transplantasi organ yang menerima terapi imunosupresif, dapat mengalami infeksi HEV kronis yang berpotensi berkembang menjadi sirosis hati.
Ada Berapa Macam Jenis Hepatitis dan Apa Perbedaannya?
Secara umum, hepatitis dikategorikan menjadi dua kelompok utama: hepatitis virus dan hepatitis non-virus. Terdapat lima jenis utama hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.
Hepatitis A (HAV)
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A dan biasanya ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi (penularan fecal-oral). Penyakit ini umumnya bersifat akut dan tidak berkembang menjadi kondisi kronis.
Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, seperti melalui hubungan seksual tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke bayi saat persalinan.
Infeksi HBV dapat bersifat akut atau kronis. Infeksi kronis meningkatkan risiko sirosis dan kanker hati.
Hepatitis C (HCV)
Hepatitis C terutama ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, misalnya melalui penggunaan jarum suntik bersama atau transfusi darah yang tidak aman. Sebagian besar infeksi HCV berkembang menjadi kondisi kronis, yang dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati.
Hepatitis D (HDV)
Hepatitis D, atau delta hepatitis, hanya terjadi pada individu yang sudah terinfeksi hepatitis B, karena virus HDV memerlukan HBV untuk bereplikasi.
Penularannya mirip dengan HBV, melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi. Infeksi ganda HBV dan HDV dapat menyebabkan penyakit hati yang lebih parah.
Hepatitis E (HEV)
Virus hepatitis E ditularkan terutama melalui konsumsi air yang terkontaminasi. Hepatitis E umumnya bersifat akut dan tidak berkembang menjadi kronis. Namun, pada wanita hamil, infeksi HEV dapat lebih serius dan berpotensi fatal.
Apa Penyebab Hepatitis E?
Hepatitis E adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV), yang menyerang hati dan dapat menyebabkan peradangan.
Berikut adalah beberapa penyebab utama penularan hepatitis E:
Konsumsi Air yang Terkontaminasi:
Di banyak negara berkembang, HEV sering menyebar melalui jalur fecal-oral, terutama melalui konsumsi air minum yang terkontaminasi tinja yang mengandung virus ini.
Konsumsi Makanan yang Terkontaminasi:
Selain air, makanan yang terkontaminasi, terutama produk hewani yang kurang matang seperti daging babi, rusa, atau babi hutan, dapat menjadi sumber infeksi HEV.
Kondisi Sanitasi yang Buruk:
Lingkungan dengan sanitasi yang tidak memadai meningkatkan risiko penyebaran HEV, karena meningkatkan kemungkinan kontaminasi sumber air dan makanan oleh tinja yang mengandung virus.
Transmisi dari Hewan ke Manusia (Zoonosis):
Beberapa genotipe HEV, seperti genotipe 3 dan 4, ditemukan pada hewan seperti babi, babi hutan, dan rusa. Manusia dapat terinfeksi melalui konsumsi daging hewan tersebut yang tidak dimasak dengan sempurna atau melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
Transfusi Darah yang Terkontaminasi:
Meskipun jarang, penularan HEV dapat terjadi melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi, terutama di daerah dengan prevalensi tinggi infeksi HEV.
Penularan Vertikal dari Ibu ke Janin:
Pada beberapa kasus, ibu hamil yang terinfeksi HEV dapat menularkan virus ini kepada janinnya, yang dapat menyebabkan komplikasi serius.
Apa Gejala Hepatitis E?
Gejala penyakit ini bervariasi, mulai dari tidak bergejala hingga menyebabkan penyakit hati yang serius. Berikut adalah penjelasan gejala hepatitis E berdasarkan tingkat keparahannya:
Infeksi Tanpa Gejala (Asimtomatik):
Sebagian besar individu yang terinfeksi HEV tidak menunjukkan gejala apa pun. Hal ini terutama terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Meskipun tanpa gejala, individu tetap dapat menularkan virus kepada orang lain.
Gejala Ringan hingga Sedang:
Demam Ringan: Peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi.
Nafsu Makan Menurun (Anoreksia): Kehilangan keinginan untuk makan.
Mual dan Muntah: Perasaan ingin muntah yang kadang disertai muntah.
Nyeri Perut: Ketidaknyamanan atau rasa sakit di area perut.
Gatal-gatal, Ruam Kulit, atau Nyeri Sendi: Gejala tambahan yang mungkin muncul pada beberapa individu.
Penyakit Kuning (Jaundice): Kulit dan mata menguning, urin berwarna gelap, dan tinja berwarna pucat.
Hepatomegali: Pembesaran hati yang dapat dirasakan sebagai ketidaknyamanan di perut kanan atas.
Kelelahan: Perasaan lelah yang berlebihan.
Malaise: Perasaan tidak enak badan secara umum. Gejala-gejala ini biasanya berlangsung antara 1 hingga 6 minggu dan seringkali sulit dibedakan dari jenis hepatitis virus lainnya.
Gejala Berat:
Meskipun jarang, hepatitis E dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti:
Hepatitis Fulminan (Gagal Hati Akut): Kondisi di mana fungsi hati menurun secara drastis dalam waktu singkat, yang dapat mengancam jiwa.
Risiko Tinggi pada Wanita Hamil: Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, memiliki risiko lebih tinggi mengalami hepatitis fulminan dengan tingkat kematian mencapai 20-25%.
Individu dengan Penyakit Hati yang Sudah Ada: Mereka yang memiliki penyakit hati sebelumnya berisiko mengalami dekompensasi hati lebih lanjut jika terinfeksi HEV.
Pasien Imunokompromais: Individu dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti penerima transplantasi organ atau mereka yang menjalani kemoterapi, mungkin mengalami infeksi HEV kronis yang dapat menyebabkan kerusakan hati progresif.
Apa Tes Diagnosis Hepatitis E?
Untuk mendiagnosis infeksi ini, berbagai tes laboratorium digunakan guna mendeteksi keberadaan virus atau respons imun tubuh terhadapnya.
Berikut adalah metode diagnostik utama untuk hepatitis E:
Deteksi Antibodi anti-HEV:
Antibodi IgM anti-HEV: Terdeteksinya IgM anti-HEV dalam serum menunjukkan infeksi HEV akut atau baru-baru ini terjadi. Antibodi ini biasanya dapat dideteksi dalam beberapa hari setelah timbulnya gejala dan bertahan selama beberapa bulan.
Meskipun tes ini umum digunakan, hasil positif palsu dapat terjadi karena reaktivitas silang dengan infeksi lain seperti virus Epstein-Barr atau cytomegalovirus. Oleh karena itu, hasil positif IgM sebaiknya dikonfirmasi dengan metode tambahan.
Antibodi IgG anti-HEV: IgG anti-HEV muncul setelah IgM dan menunjukkan paparan terhadap HEV, baik baru-baru ini maupun di masa lalu.
Antibodi ini dapat bertahan dalam tubuh untuk waktu yang lama, namun tidak selalu memberikan perlindungan seumur hidup terhadap infeksi ulang.
Tingkat IgG yang rendah mungkin tidak cukup untuk mencegah infeksi berikutnya, sehingga interpretasi hasil harus dilakukan dengan hati-hati.
Deteksi RNA HEV:
Metode ini menggunakan teknik reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mendeteksi materi genetik HEV dalam darah atau tinja.
Kehadiran RNA HEV menandakan infeksi aktif dan sangat berguna dalam kasus di mana hasil serologi tidak meyakinkan, seperti pada individu dengan sistem imun yang lemah.
Tes ini memerlukan fasilitas laboratorium khusus dan tidak selalu tersedia secara luas.
Deteksi Antigen HEV:
Tes ini mendeteksi antigen kapsid HEV dalam serum atau urin, yang menunjukkan infeksi aktif. Metode ini dapat menjadi alternatif yang lebih sederhana dibandingkan deteksi RNA, terutama di lingkungan dengan sumber daya terbatas.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa deteksi antigen HEV dalam urin mungkin lebih unggul dibandingkan pengukuran antibodi atau RNA virus untuk mendiagnosis infeksi HEV yang dicurigai dan memantau infeksi yang sedang berlangsung.
Tes Fungsi Hati:
Meskipun bukan spesifik untuk hepatitis E, tes ini mengukur enzim hati seperti alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) untuk menilai tingkat peradangan atau kerusakan hati.
Peningkatan kadar enzim ini dapat mendukung diagnosis hepatitis, namun tidak dapat menentukan penyebab spesifiknya tanpa tes tambahan.
Berapa Harga Tes Diagnosis Hepatitis E?
Klinik laboratorium Bumame menyediakan rangkaian tes pemeriksaan fungsi hati dengan rincian pemeriksaan yaitu SGOT, SGPT, GAMMA GT dengan harga Rp288.000.
Paket pemeriksaan ini dapat mengecek kondisi fungsi hati dan peradangan sel hati yang dapat membantu dokter mengidentifikasi infeksi hepatitis E.
Bagaimana Menyembuhkan Hepatitis E?
Untuk mengobati hepatitis E, pendekatan yang digunakan bergantung pada tingkat keparahan infeksi. Berikut beberapa metode pengobatan utama:
Perawatan Simptomatik (Tanpa Obat Khusus)
Sebagian besar kasus hepatitis E ringan dan sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus dalam beberapa minggu.
Pasien disarankan istirahat yang cukup, hidrasi yang baik, dan menghindari alkohol untuk mengurangi beban kerja hati.
Makanan sehat dan bergizi dianjurkan untuk mendukung pemulihan hati.
Obat Antivirus (Dalam Kasus Berat)
Pada pasien dengan hepatitis E kronis (biasanya terjadi pada individu dengan sistem imun lemah, seperti penerima transplantasi organ), Ribavirin dapat digunakan untuk membantu membersihkan virus dari tubuh.
Penggunaan Ribavirin harus dalam pengawasan dokter karena dapat memiliki efek samping.
Manajemen Komplikasi (Pada Kasus Parah)
Jika terjadi gagal hati akut, pasien mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Dalam beberapa kasus yang jarang, transplantasi hati bisa menjadi pilihan terakhir jika fungsi hati tidak bisa pulih.
Meskipun hepatitis E umumnya sembuh dengan sendirinya, tetap penting untuk memantau kondisi pasien, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit hati kronis atau sistem imun yang lemah.
Apakah Ada Vaksin Hepatitis E?
Di Indonesia, vaksin hepatitis E belum umum tersedia, sehingga harga dapat bervariasi tergantung pada ketersediaan dan fasilitas yang menawarkannya. Vaksin harus diimpor sehingga harganya pun menjadi lebih tinggi.
Saat ini, vaksin hepatitis E yang tersedia secara internasional adalah Hecolin, yang dikembangkan di China. Namun, di Indonesia, vaksin ini belum menjadi bagian dari program imunisasi rutin.
Meskipun hepatitis E sering sembuh dengan sendirinya, pencegahan tetap menjadi langkah terbaik dalam menghindari infeksi.
Menjaga kebersihan makanan dan air, serta meningkatkan sanitasi, dapat membantu menekan penyebaran virus ini. Edukasi masyarakat dan upaya pengembangan vaksin juga berperan penting dalam mengendalikan hepatitis E di masa depan.
Sumber:
World Health Organization (WHO). Hepatitis E [Internet]. Geneva: WHO; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-e
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hepatitis E: About [Internet]. Atlanta: CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-e/about/index.html
UpToDate. Hepatitis E virus infection [Internet]. [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.uptodate.com/contents/hepatitis-e-virus-infection/print
European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC). Hepatitis E: Facts [Internet]. Stockholm: ECDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.ecdc.europa.eu/en/hepatitis-e/facts
Florida Health. Hepatitis E: General Surveillance Information [Internet]. Florida: Florida Health; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.floridahealth.gov/diseases-and-conditions/disease-reporting-and-management/disease-reporting-and-surveillance/_documents/gsi-hepatitis-e.pdf
Goel A, Aggarwal R. Hepatitis E: Epidemiology, Clinical Course, Prevention, and Treatment [Internet]. Open Forum Infect Dis. 2020;7(4):ofaa124. [cited 2025 Mar 14]. Available from: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7168254/