Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD): Infeksi Virus yang Rentan Menyerang Anak

Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD): Infeksi Virus yang Rentan Menyerang Anak

04/06/2025Bumame

HFMD mudah menyerang anak-anak dan menular cepat. Kenali gejala, penyebab, dan cara pencegahannya untuk lindungi si kecil dari infeksi virus ini.

Pernahkah Anda melihat anak mengalami demam disertai ruam atau lepuh di tangan, kaki, dan mulut? Kondisi ini bisa jadi merupakan Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki, dan mulut yang biasa dikenal dengan Flu Singapura. Lalu, apa sebenarnya penyebab HFMD, bagaimana gejalanya, serta bagaimana cara mencegah dan mengatasinya? Mari kita bahas lebih dalam.

Apa Itu HFMD?

Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) adalah penyakit infeksi virus yang umum terjadi pada anak-anak, terutama di bawah usia 5 tahun, tetapi juga dapat menyerang orang dewasa. HFMD sering kali menyebar dengan cepat di lingkungan seperti sekolah atau tempat penitipan anak. HFMD ditandai dengan demam, bercak putih di mulut, serta ruam atau lepuhan pada tangan dan kaki. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari kelompok Enterovirus, terutama Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71 (EV71). HFMD sangat menular dan biasanya menyebar melalui kontak langsung dengan cairan dari saluran pernapasan, feses, atau cairan dari lepuhan penderita. Meskipun sebagian besar kasus HFMD ringan dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 7-10 hari, beberapa varian virus, seperti EV71, dapat menyebabkan komplikasi serius seperti meningitis aseptik dan ensefalitis. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk mengenali gejala HFMD sejak dini dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari penyebarannya.

Kode ICD-10 untuk HFMD

Dalam sistem klasifikasi penyakit internasional (ICD-10), HFMD dikategorikan dalam kode B08.4 yang mencakup infeksi enterovirus dengan manifestasi spesifik berupa lesi vesikular pada tangan, kaki, dan mulut.

Awal Mula Muncul dan Epidemiologi

HFMD pertama kali dideskripsikan pada tahun 1957 di Kanada dan sejak itu menjadi penyakit yang umum ditemukan di berbagai negara, terutama di kawasan Asia-Pasifik. HFMD disebut "Flu Singapura" karena penyakit ini sempat mewabah di Singapura dan menjadi perhatian besar di negara tersebut. Istilah ini lebih populer di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara. “Flu” hanyalah sebutan karena HFMD sebenarnya bukanlah influenza. Di Indonesia, HFMD sering muncul dalam pola musiman dengan peningkatan kasus pada musim hujan. Anak-anak di bawah usia lima tahun paling rentan terhadap infeksi ini karena sistem kekebalan mereka masih dalam tahap perkembangan.

Kasus HFMD pada Anak di Indonesia

Di Indonesia, kasus HFMD pada anak semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa HFMD lebih sering menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tingkat penyebaran yang lebih tinggi di tempat penitipan anak dan sekolah dasar.

Meskipun sebagian besar kasus bersifat ringan, laporan tentang komplikasi neurologis akibat infeksi Enterovirus 71 membuat pemerintah lebih aktif dalam kampanye pencegahan dan edukasi masyarakat mengenai HFMD.

Gejala HFMD

Gejala HFMD biasanya muncul dalam 3–6 hari setelah terpapar virus. Manifestasi klinis meliputi:

  • Demam ringan hingga sedang (38–39°C)

  • Luka atau lepuh pada mulut, lidah, dan gusi yang dapat menyebabkan nyeri saat makan atau menelan

  • Ruam merah dengan lepuh kecil pada telapak tangan dan kaki, kadang menyebar ke bokong dan lutut

  • Nafsu makan menurun

  • Rewel dan lesu, terutama pada anak-anak

  • Sakit tenggorokan dan hipersalivasi akibat lesi pada rongga mulut

Sebagian besar kasus HFMD ringan dan sembuh dalam 7–10 hari tanpa komplikasi. Namun, pada infeksi yang disebabkan oleh Enterovirus 71, dapat terjadi komplikasi neurologis seperti ensefalitis atau miokarditis.

Cara Penularan HFMD

Virus penyebab HFMD sangat mudah menular dan dapat menyebar melalui beberapa cara, di antaranya:

  • Kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, seperti air liur, cairan lepuh, dan tinja

  • Droplet pernapasan saat penderita batuk atau bersin

  • Permukaan atau benda yang terkontaminasi, seperti mainan, meja, dan gagang pintu

Virus HFMD dapat bertahan lama di lingkungan, terutama di permukaan yang lembab. Oleh karena itu, kebersihan tangan dan lingkungan menjadi faktor penting dalam pencegahan penyakit ini. Penularan HFMD sering terjadi di tempat dengan populasi anak-anak yang padat, seperti sekolah dan tempat penitipan anak.

Diagnosis dan Pemeriksaan HFMD

Diagnosis HFMD biasanya bersifat klinis berdasarkan gejala khas yang muncul. Namun, pada kasus yang tidak jelas atau dicurigai memiliki komplikasi, pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan diagnosis atau menyingkirkan kemungkinan infeksi lain.

Diagnosis Klinis HFMD

Sebagian besar kasus HFMD dapat didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik oleh dokter, terutama jika terdapat gejala khas, seperti:

  • Ruam atau lepuhan pada tangan, kaki, dan mulut

  • Demam ringan hingga sedang

  • Sariawan atau luka pada lidah, gusi, dan bagian dalam pipi

  • Lesi kulit berbentuk bintik merah yang bisa berubah menjadi lepuhan

  • Penurunan nafsu makan akibat nyeri di mulut

Dokter akan menanyakan riwayat perjalanan pasien, kontak dengan orang yang terinfeksi, serta faktor risiko lainnya.

Pemeriksaan Laboratorium untuk HFMD

Dalam kasus yang tidak khas atau jika diperlukan konfirmasi lebih lanjut, beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan:

  • Tes Swab Tenggorokan dan Vesikel Kulit

  1. Sampel dari tenggorokan atau cairan lepuhan kulit diambil untuk mendeteksi keberadaan virus menggunakan metode Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) atau kultur virus.

  2. RT-PCR adalah metode paling sensitif dan spesifik untuk mengidentifikasi jenis Enterovirus penyebab HFMD.

  • Pemeriksaan Darah

  1. Hitung darah lengkap: Biasanya tidak spesifik tetapi dapat menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih jika ada infeksi sekunder.

  2. Serologi: Mendeteksi antibiotik Enterovirus.

  3. C-Reactive Protein (CRP): Bisa meningkat jika terjadi peradangan berat, tetapi tidak spesifik untuk HFMD.

  • Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (Jika Dicurigai Komplikasi Serius)

  1. Pada kasus yang lebih berat, terutama jika ada dugaan meningitis aseptik atau ensefalitis, dokter mungkin akan melakukan pungsi lumbal untuk mengambil sampel cairan serebrospinal dan memastikan tidak ada infeksi lain yang lebih serius.

Pengecekan Diferensial untuk Membedakan HFMD dengan Penyakit Lain

Beberapa penyakit memiliki gejala mirip HFMD, sehingga dokter perlu membedakannya melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium, seperti:

  • Herpangina: Disebabkan oleh Coxsackievirus A dengan gejala demam tinggi dan luka di belakang mulut tanpa ruam pada tangan dan kaki.

  • Varicella (Cacar Air): Ruam menyebar ke seluruh tubuh dan bukan hanya di tangan, kaki, dan mulut.

  • Eksantema virus lainnya, seperti Kawasaki disease atau eksantema akibat alergi.

Kapan Harus Segera Memeriksakan Diri ke Dokter?

Sebagian besar kasus HFMD ringan dan bisa sembuh sendiri dalam 7-10 hari. Namun, segera periksakan anak ke dokter jika mengalami gejala berikut:

  • Demam tinggi lebih dari 39°C yang tidak turun setelah 3 hari

  • Kesulitan menelan atau minum yang menyebabkan dehidrasi

  • Lemas, mengantuk berlebihan, atau kehilangan kesadaran

  • Kesulitan bernapas atau mengalami kejang

  • Nyeri kepala hebat, kaku leher, atau tanda-tanda meningitis

Pengobatan HFMD

Tidak ada pengobatan khusus untuk HFMD, karena penyakit ini bersifat self-limiting dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7–10 hari. Namun, terapi suportif dapat diberikan untuk mengurangi gejala:

  • Antipiretik (Paracetamol atau Ibuprofen) untuk menurunkan demam dan mengurangi nyeri

  • Cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi akibat sulit menelan

  • Makanan lembut dan dingin untuk mengurangi iritasi pada lesi mulut

  • Obat kumur antiseptik untuk mempercepat penyembuhan luka di mulut

Antibiotik tidak diperlukan karena HFMD disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Jika terjadi infeksi sekunder pada lesi kulit, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik topikal.

Faktor Risiko Terkena HFMD

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena HFMD antara lain:

  • Usia anak-anak, terutama di bawah 5 tahun, karena sistem imun mereka belum sepenuhnya berkembang.

  • Lingkungan yang padat, seperti sekolah, tempat penitipan anak, atau taman bermain.

  • Kebersihan yang kurang terjaga, seperti tidak mencuci tangan dengan benar setelah ke toilet atau sebelum makan.

Mengapa HFMD Bisa Berbahaya?

Meskipun HFMD biasanya ringan dan sembuh sendiri dalam waktu 7-10 hari, virus Enterovirus 71 (EV71) dapat menyebabkan komplikasi serius seperti radang otak (ensefalitis) atau meningitis aseptik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali gejala HFMD sejak dini dan mengambil langkah pencegahan agar anak tidak tertular.

Menjaga kebersihan dan meningkatkan kesadaran tentang cara penularan virus HFMD adalah langkah penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini.

Pencegahan HFMD

Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko HFMD meliputi:

  • Cuci tangan secara rutin dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan

  • Membersihkan dan mendisinfeksi benda yang sering disentuh, seperti mainan dan peralatan makan anak

  • Menjaga anak-anak yang sakit tetap di rumah sampai sembuh untuk mencegah penularan di sekolah atau tempat penitipan anak

  • Menghindari kontak dekat dengan penderita, seperti mencium atau berbagi alat makan

Vaksin HFMD

Saat ini, vaksin HFMD telah tersedia di beberapa negara, terutama di China, yang mengembangkan vaksin terhadap Enterovirus 71 (EV71), salah satu penyebab utama HFMD yang berpotensi menyebabkan komplikasi serius. Vaksin ini telah terbukti efektif dalam mengurangi angka kejadian HFMD berat yang disebabkan oleh EV71.

Namun, belum ada vaksin universal yang melindungi dari semua jenis virus penyebab HFMD. Oleh karena itu, pencegahan utama tetap berfokus pada kebersihan dan pengendalian penyebaran virus.

Mengingat sebagian besar kasus HFMD dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari, orang tua tidak perlu khawatir dan cukup melakukan langkah-langkah perawatan yang telah disebutkan. Namun, penting bagi orang tua untuk mewaspadai gejala-gejalanya, terutama jika anak mengalami dehidrasi, demam tinggi yang berkepanjangan, atau perubahan kesadaran. Jika gejala memburuk atau tidak membaik dalam beberapa hari, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rekomendasi perawatan yang sesuai.

Selain itu, untuk memastikan kondisi kesehatan anak, lakukan pemeriksaan laboratorium penunjang di laboratorium terpercaya seperti Bumame guna mengetahui adanya infeksi atau komplikasi yang mungkin terjadi. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, HFMD dapat dikelola dengan baik sehingga anak dapat segera pulih dan kembali beraktivitas dengan sehat.

Sumber:

World Health Organization. Hand, foot and mouth disease. WHO. 2023. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hand-foot-and-mouth-disease

Ooi MH, Wong SC, Lewthwaite P, Cardosa MJ, Solomon T. Clinical features, diagnosis, and management of enterovirus 71 infections. Lancet Neurol. 2010;9(11):1097-105.

Xing W, Liao Q, Viboud C, Zhang J, Sun J, Wu JT, et al. Hand, foot, and mouth disease in China: modeling epidemic dynamics of enterovirus 71 and coxsackievirus A16. PLoS Med. 2014;11(11):e1001958.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian HFMD di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2023.

Yi L, Lu J, Kung HF, He ML. The virology and developments toward control of human enterovirus 71. Crit Rev Microbiol. 2011;37(4):313-27.