Kanker usus besar diawali dengan adanya pertumbuhan sel abnormal pada bagian dalam usus besar (kolon),
Kanker usus besar dan rektum atau sering disebut sebagai kanker kolorektal, merupakan jenis kanker yang paling umum. Di Indonesia, angka penderita kanker usus besar terus meningkat setiap tahunnya. Deteksi dan identifikasi sejak dini menjadi kunci untuk meningkatkan peluang kesembuhan dari kanker usus besar.
Salah satu metode paling efektif yang bisa dilakukan untuk mendeteksi kanker usus besar dan rektum pada tahap awal adalah menggunakan kolonoskopi. Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai kanker usus besar dan rektum serta kolonoskopi sebagai cara mendeteksinya.
Kanker Usus Besar dan Rektum: Penyebab dan Gejala
Kanker usus besar diawali dengan adanya pertumbuhan sel abnormal pada bagian dalam usus besar (kolon), sedangkan kanker rektum berkembang pada bagian akhir usus besar (rektum). Kedua jenis kanker ini sering kali digabung menjadi satu kelompok dikarenakan kesamaannya dalam pengobatan dan cara mendeteksinya.
Penyebab utama dari kanker usus besar dan rektum belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor risiko seperti genetika, gaya hidup yang tidak sehat, serta diet yang tinggi lemak dan rendah serat bisa menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi organ usus besar.
Gejala Kanker Usus Besar
Gejala kanker usus besar sering kali muncul secara perlahan dan tidak disadari hingga penyakit sudah berkembang ke tahap lanjut.
Perubahan kebiasaan buang air besar (konstipasi atau diare).
Adanya darah dalam tinja.
Nyeri perut yang persisten.
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Mengenali gejala-gejala ini sejak dini sangat penting untuk mencegah perkembangan kanker usus besar dan meningkatkan peluang pengobatan yang lebih efektif. Jika gejala-gejala ini diabaikan, kanker bisa berkembang tanpa disadari hingga mencapai stadium lanjut. Di sinilah fungsi kolonoskopi menjadi sangat penting.
Kolonoskopi dan Fungsinya untuk Kanker Usus Besar
Kolonoskopi merupakan prosedur medis yang memungkinkan dokter untuk dapat melihat langsung bagian dalam usus besar serta rektum menggunakan alat yang disebut kolonoskop. Alat ini berbentuk tabung panjang yang fleksibel dan dilengkapi dengan kamera kecil di ujungnya.
Kolonoskop digunakan untuk memudahkan dokter dalam mengidentifikasi isi dalam usus besar. Prosedur ini digunakan untuk mendeteksi apabila terdapat perubahan abnormal seperti polip ataupun tumor yang dapat berkembang menjadi kanker.
Fungsi Kolonoskopi
Secara garis besar, kolonoskopi berfungsi untuk melakukan identifikasi perubahan abnormal dalam usus besar. Beberapa fungsi utama yang menjadi alasan dokter menggunakan alat ini adalah:
Deteksi dini kanker usus besar: Kolonoskopi dapat menemukan polip yang bisa saja muncul pada usus besar sebelum berubah menjadi kanker. Pengangkatan polip pada saat prosedur dilakukan dapat mencegah terjadinya perkembangan kanker pada usus.
Memastikan kondisi usus besar: Selain untuk identifikasi polip, kolonoskopi juga dapat mengidentifikasi masalah lain seperti peradangan atau kelainan struktural yang mungkin menyebabkan gejala gastrointestinal pada bagian usus.
Monitoring bagi pasien berisiko tinggi: Seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker kolorektal sangat disarankan untuk menjalani kolonoskopi lebih sering. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya resiko mutasi genetika yang menyebabkan tubuh menjadi lebih rentan terserang penyakit turunan.
Mengapa Kolonoskopi Penting untuk Deteksi Dini Kanker Usus Besar?
Salah satu alasan utama pentingnya melakukan kolonoskopi adalah kemampuannya untuk bisa mendeteksi kanker usus besar pada tahap awal, bahkan sebelum gejala muncul. Fungsi deteksi kanker usus besar ini menjadi sangat penting karena kanker pada tahap awal memiliki tingkat kesembuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kanker yang sudah berkembang atau masuk ke tahap selanjutnya.
Manfaat Kolonoskopi untuk Deteksi Kanker Usus Besar dan Rektum
Beberapa alasan yang menjadikan kolonoskopi penting untuk dilakukan oleh orang-orang yang memiliki gejala kanker usus besar maupun tidak, seperti:
Mengurangi risiko kanker: Apabila memang terdeteksi ada polip atau tumor pada usus besar, kemudian dilakukan pengangkatan selama prosedur kolonoskopi, maka risiko kanker yang diderita dapat dikurangi secara signifikan.
Tingkat akurasi yang tinggi: Kolonoskopi juga memungkinkan dokter untuk dapat memeriksa seluruh bagian usus besar dan rektum dengan akurasi yang tinggi, sehingga tidak ada satupun area yang terlewatkan.
Deteksi polip dan kondisi lain: Selain kanker, kolonoskopi juga dapat mendeteksi adanya polip atau kondisi lainnya yang dapat mempengaruhi fungsi dan kesehatan pada usus besar.
Kapan Kolonoskopi Harus Dilakukan?
Dianjurkan agar seseorang menjalani kolonoskopi ketika mulai memasuki usia 50 tahun. Lebih diutamakan kepada mereka yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti riwayat keluarga dengan kanker usus besar atau rektum. Namun, apabila sebelumnya seseorang sudah pernah mengalami penyakit inflamasi usus (IBD) atau polip, dianjurkan bagi mereka untuk melakukan kolonoskopi lebih awal sesuai dengan arahan dokter.
Apabila masih tidak memiliki gejala maupun faktor risiko tertentu, kolonoskopi dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan yang dilakukan secara rutin setiap 10 tahun sekali. Namun, apabila selama masa pemeriksaan atau belum ditemukan adanya pertumbuhan abnormal ataupun polip, perlu dilakukan kolonoskopi lanjutan diluar jadwal sebelumnya.
Prosedur Kolonoskopi
Sebelum memulai kolonoskopi, pasien harus mempersiapkan diri dengan membersihkan usus besar melalui prosedur khusus yang biasa disebut sebagai persiapan usus. Proses ini melibatkan pengkonsumsian cairan khusus untuk mengosongkan isi usus, sehingga dokter dapat melihat isi usus besar dengan lebih jelas selama pemeriksaan.
Selama proses kolonoskopi berlangsung, pasien akan diberikan obat penenang agar merasa lebih nyaman dan tidak kesakitan. Kolonoskop kemudian akan dimasukan melalui anus dan diarahkan ke sepanjang usus besar. Apabila polip atau jaringan abnormal ditemukan, dokter dapat langsung melakukan prosedur pengangkatan atau mengambil sampel proses biopsi.
Risiko dan Efek Samping Kolonoskopi
Meskipun umumnya prosedur kolonoskopi aman, terdapat beberapa risiko lain yang harus dipertimbangkan. Efek samping yang mungkin terjadi termasuk kembung, gas, atau ketidaknyamanan ringan setelah prosedur selesai. Komplikasi serius seperti perdarahan atau perforasi usus jarang terjadi, namun tetap perlu dipertimbangkan. Itulah sebabnya, penting untuk melakukan kolonoskopi di pusat medis yang berpengalaman.
Apabila Anda merasakan ada gejala atau keluhan seperti pada kasus kanker usus dan rektum, segera lakukan pemeriksaan dengan mengunjungi tenaga medis ahli. Segera lakukan tes kesehatan melalui Medical Check Up di Bumame yang bisa diakses secara Walk-in atau gunakan layanan Gratis Home Care untuk mendapatkan hasil skrining dan diagnosis kesehatan tubuh Anda.
Anda juga bisa melakukan konsultasi Gratis sebelum dan sesudah pemeriksaan. Seluruh tenaga medis di Bumame sudah memiliki pengalaman dan kemampuan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk kesehatan Anda. Tunggu apa lagi, ayo bersama wujudkan masa depan yang sehat bersama Bumame.