Pelajari definisi GERD, perbedaannya dengan maag, serta gejala dan penyebab gangguan pencernaan kronis ini. Temukan langkah penanganan dan pencegahan yang tepat.
Gaya hidup yang semakin sibuk, kebiasaan makan tidak teratur, dan tingkat stress yang tinggi, menjadikan GERD sebagai salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami masyarakat modern.
Kondisi ini sangat bisa memengaruhi kualitas hidup penderitanya, terutama dapat mengganggu produktivitas sehari-hari.
Tak hanya kelompok orang dewasa atau generasi produktif yang berisiko terkena penyakit ini karena mobilitasnya yang tinggi, ada banyak faktor risiko lain yang membuat orang-orang dari segala usia, manula bahkan bayi sekali pun, mungkin untuk mengalami kondisi ini.
Pahamilah bagaimana penyakit ini bisa terjadi, seperti apa gejalanya, apa pengobatannya, sehingga langkah pencegahan dan penanganan bisa segera dilakukan.
Apa Itu GERD?
GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease merupakan salah satu gangguan saluran cerna atas yang bersifat kronis (durasi penyakit panjang).
Gangguan ini terjadi ketika asam lambung atau isi lambung lainnya secara berulang naik ke esofagus (saluran makanan) yang disebabkan oleh melemahnya otot cincin esofagus bagian bawah (lower esophageal sphincter).
GERD dapat menyebabkan iritasi pada esofagus yang tidak dirancang untuk menahan asam lambung.
Apa Bedanya dengan Maag?
GERD dan maag sering kali disalahartikan, keduanya sama-sama gangguan pencernaan. Namun, dua penyakit tersebut sebenarnya memiliki perbedaaan:
GERD: Naiknya asam lambung ke esofagus yang membuat penderitanya merasakan rasa terbakar di dada (heartburn) dan regurgitasi (isi lambung kembali ke kerongkongan hingga mulut).
Maag (gastritis): Radang pada dinding lambung yang membuat penderitanya merasa mual, muntah, dan nyeri ulu hati.
Sesuai penjelasan di atas, baik penyebab maupun gejala dua gangguan pencernaan tersebut sangatlah berbeda.
Namun, keduanya sama-sama terjadi di lambung yang membuat banyak orang sering kali keliru membedakannya.
Ini Tanda Kamu Menderita GERD!
Pertama-tama, waspadailah gejala-gejala yang menandakan kamu menderita GERD. Penanganan dini sangat penting dilakukan agar tidak terus menerus mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Gejala GERD dapat bervariasi antar individu, berikut ini gejala umum penderita yang sering dilaporkan:
Heartburn (rasa terbakar di dada), sensasi panas atau terbakar terutama setelah makan atau ketika berbaring terutama ke sisi kanan.
Regurgitasi, kembalinya asam lambung beserta isi makanan ke kerongkongan atau mulut yang terasa asam atau pahit.
Disfagia, kesulitan atau rasa tersangkut saat menelan makanan atau minuman.
Nyeri dada, terasa seperti serangan jantung, sebenarnya terkait dengan refluks asam.
Batuk kronis, tanpa sebab yang jelas dan sering terjadi di malam hari.
Suara serak/radang tenggorokan atau laryngopharyngeal reflux (LPR), iritasi akibat asam lambung mencapai pita suara.
Sensasi asam di mulut, terasa seperti cairan asam yang naik ke mulut disertai bau mulut.
Karang gigi atau karies, GERD sering kali dikaitkan dengan adanya karies dentin.
Gejala tambahan, seperti mual, muntah, kembung, dan perasaan tidak nyaman di perut bagian atas.
Apa Penyebab GERD?
Penyebab utama kondisi ini adalah melemahnya lower esophageal sphincter (LES), yaitu otot cincin di ujung bawah esofagus yang seharusnya menutup setelah makanan masuk ke lambung.
Kondisi ini terjadi karena beberapa hal berikut ini:
Faktor Fisiologis
Gangguan fungsi LES, melemah atau rusak hingga tidak mampu mencegah asam lambung naik.
Hiatal hernia, bagian atas lambung menonjol ke diafragma dan melemahkan fungsi LES.
Kelambatan pengosongan lambung, lambung tidak segera kosong dapat meningkatkan tekanan pada LES.
Pola Hidup dan Kebiasaan Makan
Makan berlebihan, memberi tekanan pada LES.
Makan sebelum tidur, berbaring setelah makan dapat memicu refluks asam.
Konsumsi makanan tertentu, yaitu makanan berlemak, pedas, cokelat, bawang putih, tomat, dan minuman seperti kopi, teh, soda, atau alkohol.
Merokok, dapat merusak otot LES dan meningkatkan produksi asam lambung.
Kondisi Medis dan Fisik
Obesitas, memberi tekanan berlebih di perut akibat lemak visceral (lemak yang berada di dalam rongga perut).
Kehamilan, perubahan hormonal dan peningkatan tekanan intra-abdomen.
Gangguan jaringan ikat, penyakit seperti skleroderma dapat melemahkan otot LES.
Penggunaan Obat-obatan Tertentu
Beberapa obat, seperti aspirin, ibuprofen, penghambat saluran kalsium, dan obat-obatan untuk hipertensi, dapat memperburuk GERD.
GERD disebabkan oleh kombinasi faktor fisiologis, gaya hidup, dan kondisi medis tertentu. Pahami penyebabnya untuk menentukan langkah pencegahan dan pengobatan.
Ini Orang yang Berisiko Tinggi Terkena GERD!
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dapat terjadi pada siapa saja, tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki risiko lebih tinggi.
Berikut adalah kelompok yang lebih rentan terkena GERD:
Perokok aktif.
Peminum alkohol.
Gemar konsumsi makanan tidak sehat.
Obesitas.
Kehamilan.
Diabetes.
Lansia.
Pengguna obat asma, aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS), antidepresan tertentu.
Faktor genetik, riwayat GERD keluarga.
Kelompok orang dengan gaya hidup tidak sehat, kondisi medis tertentu, atau kebiasaan buruk seperti makan sebelum tidur memiliki risiko lebih tinggi terkena GERD.
Apa Saja Pemeriksaan GERD?
Jika merasa mengalami gejala, lakukanlah pemeriksaan untuk memastikan gangguan yang diderita apakah GERD atau gangguan pencernaan lain. Tujuan lainnya pemeriksaan GERD yaitu:
Mendiagnosis GERD dengan pasti dan membedakannya dari gangguan pencernaan lain seperti maag atau gangguan jantung.
Menilai tingkat keparahan kerusakan pada esofagus akibat refluks asam.
Mengevaluasi efektivitas pengobatan atau menentukan apakah intervensi lebih lanjut diperlukan, seperti operasi.
Diagnosis GERD dapat dilakukan melalui pemeriksaan berikut ini:
Anamnesis (Riwayat Medis), dokter akan bertanya tentang:
Gejala yang dialami (frekuensi, durasi, pemicu).
Kebiasaan makan dan pola hidup.
Riwayat medis dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Endoskopi Saluran Pencernaan Atas (Gastroskopi)
Tujuan: Melihat secara langsung kondisi kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), dan usus dua belas jari usus dua belas jari duodenum untuk mendeteksi peradangan, ulkus, atau komplikasi.
Prosedur: Diwali dengan pembiusan total kemudian tabung fleksibel dengan kamera kecil dimasukkan melalui mulut untuk mengambil gambar detail saluran pencernaan.
Hasil: Dapat menunjukkan kerusakan akibat refluks asam atau masalah struktural seperti hiatal hernia.
Tes pH Esofagus (24 jam)
Tujuan: Mengukur frekuensi dan tingkat keasaman refluks.
Prosedur: Sebuah probe kecil dimasukkan ke esofagus melalui hidung dan terhubung ke alat monitor. Pasien diminta menjalani aktivitas normal selama 24 jam.
Hasil: Menunjukkan hubungan antara refluks asam dengan gejala yang dialami.
Manometri Esofagus
Tujuan: Mengevaluasi kekuatan dan koordinasi otot esofagus serta fungsi LES.
Prosedur: Tabung tipis dengan sensor tekanan dimasukkan melalui hidung ke esofagus untuk mengukur tekanan otot saat menelan.
Hasil: Menentukan adanya disfungsi otot yang memengaruhi GERD.
Pemeriksaan Radiologi (Rontgen Barium)
Tujuan: Memvisualisasikan struktur saluran pencernaan untuk mendeteksi hiatal hernia atau penyempitan esofagus.
Prosedur: Pasien diminta menelan cairan kontras barium sebelum dilakukan rontgen.
Hasil: Memberikan gambaran detail saluran pencernaan bagian atas.
Biopsi (Jika Diperlukan)
Tujuan: Memastikan adanya komplikasi seperti esofagus Barret atau mendeteksi kemungkinan keganasan.
Prosedur: Pengambilan sampel jaringan dilakukan selama endoskopi untuk diperiksa di laboratorium.
Pemeriksaan GERD dilakukan untuk memahami penyebab, tingkat keparahan, dan dampaknya pada saluran pencernaan.
Metode seperti endoskopi dan tes pH esofagus adalah standar diagnosis yang sering digunakan, sementara pemeriksaan lainnya dilakukan sesuai indikasi.
Apa Obat untuk Sakit GERD?
Antasida
Fungsinya untuk menetralkan asam lambung dengan cepat, memberikan kelegaan sementara dari heartburn.
H2-Receptor Blockers: Ranitidine, famotidine, dan cimetidine.
Fungsinya untuk mengurangi produksi asam lambung dengan menghambat reseptor histamin di lambung. Dapat memberi kelegaan jangka menengah, lebih lambat dari antasida.
Proton Pump Inhibitors (PPI): Omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, dan esomeprazole.
Fungsinya untuk menghambat enzim yang memproduksi asam lambung untuk waktu lebih lama. Efektif menyembuhkan esofagus yang rusak akibat asam lambung.
Prokinetik: Metoclopramide dan domperidone.
Fungsinya untuk membantu mempercepat pengosongan lambung dan memperbaiki fungsi LES. Dapat menimbulkan efek samping yaitu kelelahan atau gangguan neurologis.
Obat kombinasi
Gabungan beberapa obat untuk lindungi esofagus dan cegah refluks.
Selain Obat, Bagaimana Menyembuhkan GERD?
GERD juga bisa diatasi dengan pengobatan non-obat, diantaranya adalah sebagai berikut:
Memperbaiki Gaya Hidup:
Tidur dengan posisi kepala tinggi.
Turunkan berat badan jika kelebihan berat badan.
Berhenti merokok.
Kurangi konsumsi alkohol.
Terapi Diet:
Makan dalam porsi kecil.
Hindari makanan pedas, asam, dan lemak.
Konsumsi makanan ramah lambung, seperti oatmeal, pisang, sayuran hijau, dan susu rendah lemak.
Hindari minuman berkarbonasi, kopi, dan teh berkafein.
Medis atau Bedah:
Dilakukan jika obat tidak memberi efektif menangani GERD.
Fundoplikasi Laparoskopi
Prosedur membungkus bagian atas lambung di sekitar esofagus.
Efektif untuk pasien dengan GERD kronis yang tidak merespons obat.
LINX Device
Cincin magnet kecil ditempatkan di sekitar LES untuk memperbaiki fungsinya.
Endoskopi
Teknik non-invasif seperti radiofrekuensi atau prosedur lainnya untuk memperkuat otot LES.
Berapa Biaya Pemeriksaan GERD?
Biaya pemeriksaan GERD di Indonesia dapat bervariasi tergantung pada jenis pemeriksaan serta fasilitas kesehatan yang dipilih.
Pemeriksaan yang biasa direkomendasikan dokter untuk mendiagnosis GERD adalah endoskopi saluran pencernaan atas dengan biaya mulai dari satu juta rupiah hingga sekitar 22 juta rupiah, tergantung fasilitas dan kompleksitas prosedur.
Tes pH 24 jam juga umum dilakukan untuk diagnosis, dengan biaya bervariasi, umumnya berada di kisaran Rp2.000.000 hingga Rp5.000.000. Pemeriksaan lainnya yaitu manometri esofagus umumnya berada di kisaran Rp1.500.000 hingga Rp4.000.000.
Pilihlah jenis pemeriksaan yang sesuai dengan ketersediaan biaya. Pasien juga dapat menggunakan asuransi kesehatan pemerintah maupun swasta untuk meringankan biaya.
Berapa Harga Obat GERD?
Pengobatan GERD biasanya menggunakan obat yang dapat dibeli di apotek dengan atau tanpa resep dokter.
Berikut beberapa jenis obat yang umum digunakan beserta perkiraan harganya:
Antasida: Harga antasida bervariasi tergantung pada merek dan kemasan, namun umumnya terjangkau.
H2-Receptor Blockers: Harga ranitidine berkisar antara Rp2.000 hingga Rp5.000 per tablet, tergantung pada merek dan dosis.
Proton Pump Inhibitors (PPI): Obat seperti omeprazole, lansoprazole, dan rabeprazole. Harga rabeprazole 20 mg per tablet sekitar Rp50.000, namun harga dapat berbeda tergantung pada apotek dan merek.
Prokinetik: Harga metoclopramide 10 mg per tablet sekitar Rp1.000 hingga Rp2.000.
Perlu dicatat bahwa harga obat dapat berbeda-beda tergantung pada merek, dosis, dan apotek tempat membeli.
Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan agar mendapatkan dosis dan jenis obat yang sesuai dengan kondisi.
GERD merupakan kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hidup jika tidak dikelola dengan baik. Mengadopsi pola makan sehat, menghindari makanan pemicu, dan minum obat sesuai resep dapat membantu mengontrol gejala. Jika gejala berlanjut, segera konsultasikan dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
Sumber:
Johns Hopkins Medicine. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) [Internet]. Baltimore: Johns Hopkins Medicine; [cited 2024 Nov 19]. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/gastroesophageal-reflux-disease-gerd
Yale Medicine. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) [Internet]. New Haven: Yale Medicine; [cited 2024 Nov 19]. Available from: https://www.yalemedicine.org/conditions/gerd-gastroesophageal-reflux-disease
American Gastroenterological Association. Management of Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) [Internet]. Bethesda: American Gastroenterological Association; [cited 2024 Nov 19]. Available from: https://gastro.org/clinical-guidance/management-of-gastroesophageal-reflux-disease-gerd/