Waspadai 6 Infeksi Menular Seksual Paling Sering Terjadi, Kenali Gejala dan Cara Pengobatannya!

Waspadai 6 Infeksi Menular Seksual Paling Sering Terjadi, Kenali Gejala dan Cara Pengobatannya!

10/06/2025Bumame

Kenali 6 IMS yang paling umum, dari gejala hingga pengobatannya. Deteksi dini dan pencegahan penting untuk menjaga kesehatan reproduksi.

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui aktivitas seksual, baik vaginal, anal, maupun oral. Infeksi yang terjadi dapat berupa infeksi bakteri, virus, atau parasit. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja yang aktif secara seksual, sering kali tanpa disadari karena beberapa IMS tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Jika tidak segera diobati, IMS dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan kesuburan, penyakit radang panggul, bahkan peningkatan risiko infeksi HIV. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai jenis IMS yang paling sering terjadi, mengenali ciri-ciri IMS pada pria dan wanita, memahami obat yang digunakan untuk pengobatan, serta mengetahui penyebab utama penyakit ini. Simak selengkapnya agar Anda dapat melindungi diri dan orang terdekat dari bahaya Infeksi Menular Seksual!

Klamidia

Klamidia adalah salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling umum terjadi dan disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini dapat menyerang pria maupun wanita, terutama mereka yang aktif secara seksual dan berhubungan dengan banyak pasangan tanpa menggunakan alat pelindung seperti kondom. Klamidia sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga banyak penderita tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi. Jika tidak segera diobati, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan kesuburan.

Bakteri Chlamydia trachomatis dapat menginfeksi saluran reproduksi, rektum, serta mata. Bakteri ini ditularkan melalui hubungan seksual tanpa pelindung, baik secara vaginal, anal, maupun oral. Selain itu, ibu yang terinfeksi juga dapat menularkan klamidia kepada bayinya saat proses persalinan, yang berisiko menyebabkan infeksi mata konjungtivitis atau pneumonia pada bayi.

Ciri-ciri pada pria

Pada pria, gejala klamidia sering kali ringan atau bahkan tidak terlihat, tetapi jika muncul, beberapa tanda yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil

  • Keluarnya cairan tidak normal dari penis (berwarna putih, kuning, atau bening)

  • Nyeri atau bengkak pada testis (jarang terjadi)

  • Rasa tidak nyaman pada area rektal jika terjadi infeksi akibat hubungan seks anal

Ciri-ciri pada wanita

Wanita lebih sering mengalami infeksi tanpa gejala dibandingkan pria, tetapi jika muncul, gejalanya dapat meliputi:

  • Keputihan abnormal yang berbau tidak sedap

  • Nyeri saat buang air kecil

  • Pendarahan di luar siklus menstruasi

  • Nyeri saat berhubungan seksual

  • Nyeri panggul atau perut bagian bawah, terutama jika infeksi sudah menyebar ke rahim dan saluran tuba

Jika tidak ditangani dengan baik, klamidia pada wanita dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang meningkatkan risiko kehamilan ektopik dan infertilitas.

Pengobatan

Klamidia dapat diobati dengan antibiotik. Beberapa antibiotik yang umum digunakan antara lain:

  • Azitromisin: diberikan dalam dosis tunggal

  • Doksisiklin: diminum dua kali sehari selama tujuh hari

  • Eritromisin: diminum empat kali sehari selama tujuh hari

(Peringatan: penggunaan antibiotik harus menggunakan resep dokter!)

Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan oleh dokter meskipun gejala sudah hilang. Penderita klamidia disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual hingga infeksi benar-benar sembuh guna mencegah penularan ulang.

Pencegahan

Pencegahan klamidia dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

  1. Gunakan Kondom: Menggunakan kondom secara konsisten dan benar dapat mengurangi risiko tertular klamidia.

  2. Lakukan Tes Rutin: Pemeriksaan IMS secara berkala sangat dianjurkan bagi individu yang aktif secara seksual, terutama mereka yang memiliki lebih dari satu pasangan.

  3. Hindari Berganti-ganti Pasangan: Memiliki pasangan tetap yang bebas dari IMS dapat mengurangi risiko infeksi.

  4. Komunikasi dengan Pasangan: Diskusi terbuka dengan pasangan mengenai kesehatan seksual dan riwayat IMS sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi.

  5. Menghindari Hubungan Seksual Berisiko: Praktik seks yang aman, termasuk menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan, dapat menurunkan risiko infeksi.

Gonore

Gonore, yang juga dikenal sebagai kencing nanah, adalah salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Infeksi ini dapat menyerang pria dan wanita yang aktif secara seksual serta dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh, termasuk saluran kemih, rektum, tenggorokan, dan mata. Jika tidak segera ditangani, gonore dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk infertilitas.

Bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang menyebar melalui kontak seksual, baik vaginal, anal, maupun oral. Ibu yang terinfeksi dapat menularkan bakteri ini kepada bayinya selama proses persalinan, yang dapat menyebabkan infeksi mata serius berupa konjungtivitis gonokokal pada bayi baru lahir.

Ciri-ciri pada pria

Pada pria, gejala gonore biasanya muncul dalam waktu 2 hingga 14 hari setelah terinfeksi. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil

  • Keluarnya cairan kental berwarna putih, kuning, atau hijau dari penis

  • Nyeri atau pembengkakan pada testis (terjadi pada kasus yang lebih parah)

  • Iritasi atau keluarnya cairan dari rektum jika terjadi infeksi akibat seks anal

Ciri-ciri pada wanita

Pada wanita, gonore sering kali tidak menunjukkan gejala atau hanya menimbulkan keluhan ringan yang sulit dibedakan dari infeksi lain. Jika muncul, gejala yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Keputihan abnormal yang berwarna kekuningan atau kehijauan

  • Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil

  • Pendarahan di luar siklus menstruasi

  • Nyeri saat berhubungan seksual

  • Nyeri panggul akibat penyebaran infeksi ke rahim dan saluran tuba

Jika tidak segera diobati, gonore pada wanita dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang meningkatkan risiko infertilitas dan kehamilan ektopik.

Pengobatan

Gonore dapat diobati dengan antibiotik. Karena meningkatnya resistensi antibiotik, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan kombinasi pengobatan sebagai standar utama. Beberapa antibiotik utama yang dapat dijadikan pilihan adalah:

  • Seftriakson: diberikan melalui suntikan

  • Cefixime: diberikan dalam dosis tunggal

  • Kanamisin: diberikan melalui suntikan

Antibiotik yang dipilih kemudian dikombinasikan dengan salah satu antibiotik yang digunakan untuk pengobatan klamidia seperti azitromisin, doksisiklin, atau eritromisin diminum sebagai pendamping untuk mengurangi risiko resistensi.

Penderita gonore harus menyelesaikan pengobatan sesuai anjuran dokter dan menghindari aktivitas seksual hingga infeksi benar-benar sembuh untuk mencegah penyebaran kembali.

Pencegahan

Mencegah gonore dapat dilakukan dengan cara yang kurang lebih mirip dengan pencegahan klamidia, yaitu sebagai berikut:

  1. Gunakan Kondom: Menggunakan kondom secara konsisten dapat mengurangi risiko penularan.

  2. Lakukan Tes Rutin: Orang yang aktif secara seksual sebaiknya melakukan pemeriksaan IMS secara berkala.

  3. Hindari Berganti-ganti Pasangan: Risiko gonore meningkat pada individu dengan banyak pasangan seksual.

  4. Komunikasi dengan Pasangan: Membahas riwayat kesehatan seksual dengan pasangan dapat membantu mencegah penyebaran infeksi.

  5. Hindari Hubungan Seksual Berisiko: Praktik seks yang aman, seperti menghindari kontak seksual tanpa perlindungan, dapat menurunkan risiko tertular gonore.

Sifilis

Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini dapat menyerang berbagai organ tubuh dan berkembang melalui beberapa tahap jika tidak segera diobati. Sifilis dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk kerusakan pada otak, jantung, dan organ lainnya.

Bakteri Treponema pallidum menyebar melalui kontak langsung dengan luka sifilis selama aktivitas seksual vaginal, anal, atau oral. Sifilis dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya selama kehamilan atau persalinan, yang dikenal sebagai sifilis kongenital.

Ciri-ciri pada pria dan wanita berdasarkan tahap perkembangan penyakit

Sifilis berkembang dalam beberapa tahap dengan gejala yang berbeda-beda:

  • Sifilis Primer

  1. Muncul luka (chancre) tunggal yang tidak nyeri di area genital, anus, atau mulut.

  2. Luka ini biasanya sembuh sendiri dalam 3–6 minggu meskipun tanpa pengobatan.

  • Sifilis Sekunder

  1. Ruam kulit, terutama di telapak tangan dan kaki.

  2. Demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening.

  3. Kelelahan, nyeri otot, dan rambut rontok.

  4. Gejala ini dapat hilang dan muncul kembali dalam beberapa minggu.

  • Sifilis Laten

  1. Tidak ada gejala, tetapi bakteri tetap ada di dalam tubuh.

  2. Dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum berkembang ke tahap akhir.

Sifilis Tersier

  1. Dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, otak, saraf, dan organ lainnya. Pada beberapa kasus terjadi kebutaan, gangguan saraf, atau bahkan kematian.

Pengobatan

Sifilis dapat diobati dengan antibiotik, terutama penisilin, yang sangat efektif jika diberikan pada tahap awal:

  • Satu dosis suntikan penisilin untuk sifilis primer dan sekunder.

  • Beberapa dosis penisilin untuk sifilis laten atau tersier.

  • Jika alergi terhadap penisilin, dokter dapat memberikan alternatif antibiotik seperti doksisiklin.

Penting untuk menyelesaikan pengobatan dan menghindari kontak seksual hingga infeksi benar-benar sembuh untuk mencegah penyebaran kembali.

Pencegahan

Pencegahan sifilis hampir serupa dengan pencegahan IMS lainnya. Pencegahan sifilis kongenital pada bayi dapat dilakukan dengan melakukan skrining sifilis pada ibu hamil.

Human Papillomavirus (HPV)

Human Papillomavirus (HPV) adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual (IMS) paling umum di dunia. HPV memiliki lebih dari 100 jenis, dengan beberapa di antaranya berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks, anus, orofaring, dan kelamin. Sebagian besar infeksi HPV tidak menunjukkan gejala dan dapat sembuh sendiri, tetapi beberapa dapat bertahan lama dan menimbulkan komplikasi serius.

Human Papillomavirus dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit saat berhubungan seksual, baik vaginal, anal, maupun oral. HPV juga dapat menular melalui kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus. Virus ini dapat tetap tidak aktif dalam tubuh selama bertahun-tahun sebelum menunjukkan gejala.

Ciri-ciri pada pria dan wanita berdasarkan tingkat risiko

Infeksi HPV sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, tetapi beberapa jenis virus dapat menyebabkan masalah kesehatan tertentu:

  • HPV Risiko Rendah

  1. Menyebabkan kutil kelamin di area genital, anus, atau mulut.

  2. Kutil berbentuk seperti benjolan kecil atau berkelompok menyerupai kembang kol.

  3. Tidak menyebabkan kanker, tetapi bisa mengganggu kenyamanan.

  • HPV Risiko Tinggi

  1. Dapat menyebabkan perubahan sel yang meningkatkan risiko kanker serviks, anus, penis, vulva, vagina, dan orofaring.

  2. Biasanya tidak menunjukkan gejala hingga muncul lesi prakanker atau kanker. Lesi prakanker akibat HPV terjadi ketika virus menyebabkan perubahan abnormal pada sel-sel tubuh, terutama di serviks, anus, dan organ genital lainnya. Lesi prakanker dapat dideteksi melalui pemeriksaan Pap smear atau tes HPV DNA.

  3. Pada tahap lanjut, kanker serviks dapat menyebabkan perdarahan abnormal, nyeri panggul, atau kesulitan buang air kecil.

Pengobatan

Pengobatan spesifik infeksi HPV bergantung pada manifestasi gejala yang terjadi. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk menangani gejala adalah sebagai berikut:

  • Kutil Kelamin: Dapat diobati dengan obat topikal, prosedur kauterisasi, atau pembedahan.

  • Lesi Prakanker: Dapat diatasi dengan terapi krioterapi, operasi kecil, atau metode ablasi.

  • Kanker Akibat HPV: Ditangani dengan terapi bedah, kemoterapi, atau radioterapi sesuai stadium penyakit.

Pencegahan

Mencegah infeksi HPV lebih mudah dibandingkan mengobatinya. Berikut beberapa cara untuk melindungi diri dari virus ini:

  • Vaksinasi HPV: Vaksin HPV sangat efektif dalam mencegah infeksi jenis HPV yang paling berisiko menyebabkan kanker dan kutil kelamin. Direkomendasikan untuk diberikan pada anak-anak dan remaja sebelum aktif secara seksual.

  • Gunakan Kondom: Meskipun tidak 100% melindungi dari HPV, penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan.

  • Lakukan Tes Pap Smear dan HPV: Wanita dianjurkan menjalani tes Pap smear secara rutin untuk mendeteksi perubahan sel prakanker.

  • Hindari Kontak Seksual Berisiko: Mengurangi jumlah pasangan seksual dan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi dapat menurunkan risiko tertular HPV. Tidak melakukan hubungan seksual di bawah usia 18 tahun juga dapat mengurangi risiko terkena infeksi HPV yang dapat menjadi kanker serviks.

  • Edukasi dan Kesadaran: Memahami risiko HPV dan gejalanya membantu dalam pencegahan dan deteksi dini.

Herpes Genital

Herpes genital adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex Virus (HSV). Infeksi ini dapat menyebabkan luka atau lepuh di sekitar area genital, anus, dan mulut. Herpes genital merupakan infeksi yang bersifat kronis, karena virus dapat tetap berada dalam tubuh dan menyebabkan kekambuhan.

Herpes genital disebabkan oleh dua tipe virus herpes simplex:

  1. HSV-1: Biasanya menyebabkan herpes oral (sariawan di mulut dan bibir) tetapi juga bisa menyebar ke area genital melalui seks oral.

  2. HSV-2: Tipe yang lebih umum menyebabkan herpes genital dan menyebar melalui kontak seksual langsung.

Virus ini menyebar melalui kontak kulit ke kulit dengan individu yang terinfeksi, termasuk saat tidak ada luka yang terlihat. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus menetap di sistem saraf dan dapat aktif kembali sewaktu-waktu.

Ciri-ciri pada pria dan wanita:

Gejala herpes genital dapat bervariasi, dari ringan hingga parah. Beberapa individu mungkin tidak mengalami gejala sama sekali.

  • Gejala Awal Herpes Genital

  1. Sensasi terbakar, gatal, atau kesemutan di area genital sebelum muncul luka.

  2. Demam, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

  3. Kesulitan atau nyeri saat buang air kecil (disuria).

  • Gejala Lanjutan

  1. Munculnya lepuh berisi cairan di sekitar area genital, anus, atau paha.

  2. Lepuh pecah dan menjadi luka terbuka yang bisa terasa nyeri.

  3. Luka mengering dan sembuh dalam waktu beberapa minggu, tetapi virus tetap berada dalam tubuh.

Kekambuhan herpes genital bisa terjadi kapan saja, biasanya dengan gejala yang lebih ringan dibandingkan infeksi pertama kali.

Pengobatan

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan herpes genital sepenuhnya, tetapi pengobatan dapat membantu mengurangi frekuensi dan keparahan gejala:

  • Obat Antivirus: Seperti asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir dapat membantu mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi risiko penularan.

  • Pengobatan Simptomatik: Menggunakan analgesik untuk mengurangi nyeri dan menjaga kebersihan area yang terinfeksi.

  • Terapi Supresif: Bagi individu dengan kekambuhan sering, dokter mungkin meresepkan obat antivirus jangka panjang untuk mengurangi episode kekambuhan.

Pencegahan

Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mencegah penularan herpes genital adalah sebagai berikut:

  1. Gunakan Kondom: Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan, tetapi tidak sepenuhnya melindungi karena virus dapat menyebar melalui area kulit yang tidak tertutup.

  2. Hindari Kontak dengan Luka Herpes: Menghindari aktivitas seksual saat ada luka atau gejala herpes aktif.

  3. Minum Obat Supresif: Bagi individu dengan herpes genital, terapi antivirus jangka panjang dapat mengurangi risiko menularkan ke pasangan.

  4. Edukasi Pasangan: Komunikasi terbuka dengan pasangan mengenai status infeksi dapat membantu dalam pencegahan.

  5. Menghindari Hubungan Seksual Berisiko Tinggi: Memiliki pasangan seksual tetap dapat mengurangi risiko tertular IMS, termasuk herpes genital.

HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama sel CD4 yang berperan dalam melawan infeksi. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yaitu tahap akhir dari infeksi HIV yang menyebabkan tubuh menjadi sangat rentan terhadap infeksi dan penyakit lainnya.

HIV ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti:

  • Darah: Melalui transfusi darah yang tidak disaring, berbagi jarum suntik, atau penggunaan alat medis yang tidak steril.

  • Cairan Seksual: Termasuk sperma, cairan vagina, dan cairan anus yang masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seksual tanpa kondom.

  • Ibu ke Bayi: HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau melalui ASI.

HIV tidak menular melalui sentuhan, air liur, keringat, atau udara.

Ciri-ciri dan gejala HIV/AIDS

Infeksi HIV berkembang dalam beberapa tahap dengan gejala yang berbeda-beda:

  • Tahap Infeksi Akut (2-4 minggu setelah terinfeksi)

  1. Demam berkepanjangan

  2. Sakit tenggorokan

  3. Nyeri otot dan sendi

  4. Pembengkakan kelenjar getah bening

  5. Ruam kulit

  6. Kelelahan ekstrem

  7. Gejala ini sering mirip flu sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi HIV.

  • Tahap Laten Klinis (Tahap tanpa gejala): Setelah fase akut, virus tetap aktif tetapi berkembang perlahan dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala yang jelas. Tahap ini dapat berlangsung bertahun-tahun.

  • Tahap AIDS: Jika HIV tidak diobati, sistem imun akan melemah drastis, menyebabkan gejala seperti:

  1. Infeksi oportunistik (misalnya tuberkulosis, pneumonia, atau sariawan berat)

  2. Penurunan berat badan drastis

  3. Demam berkepanjangan

  4. Diare kronis

Pengobatan

Meskipun HIV belum bisa disembuhkan, pengobatan dengan terapi antiretroviral (ARV) sangat efektif dalam mengendalikan virus dan mencegah perkembangan menjadi AIDS.

  • Terapi Antiretroviral (ARV)

  1. ARV membantu menekan jumlah virus dalam darah sehingga tidak merusak sistem imun.

  2. Dengan pengobatan yang konsisten, penderita HIV dapat hidup sehat dan memiliki harapan hidup yang panjang.

  • Perawatan Tambahan

  1. Mengonsumsi makanan bergizi untuk menjaga sistem imun tetap kuat.

  2. Vaksinasi untuk mencegah infeksi lain seperti hepatitis B dan pneumonia.

  3. Pengelolaan stres dan dukungan psikososial.

Pencegahan

Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan beberapa cara:

  1. Gunakan Kondom: Menggunakan kondom dengan benar dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan seksual.

  2. Pemeriksaan Rutin: Melakukan tes HIV secara berkala, terutama bagi individu dengan risiko tinggi.

  3. Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP): Obat pencegahan bagi individu yang berisiko tinggi tertular HIV.

  4. Tidak Berbagi Jarum Suntik: Menggunakan jarum suntik steril untuk menghindari penularan melalui darah.

  5. Pencegahan Ibu ke Anak: Ibu hamil dengan HIV dapat menjalani terapi ARV untuk mencegah penularan ke bayi.

Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan global yang dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi sejak dini. Mengenali ciri-ciri IMS pada pria dan wanita sangat penting untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika mengalami gejala atau berisiko tinggi, segera lakukan deteksi dini dan periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan obat IMS yang sesuai. Dengan langkah pencegahan yang tepat, kita dapat mengurangi penyebaran penyakit IMS secara signifikan.

Deteksi dini yang menjadi langkah penting dalam pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan di Bumame. Laboratorium Bumame menyediakan layanan pemeriksaan IMS yang akurat dan cepat, memungkinkan Anda untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang optimal. Dengan pemeriksaan dini, Anda dapat mengetahui status kesehatannya lebih awal, mencegah komplikasi serius, serta melindungi pasangan dari risiko penularan. Jangan ragu untuk melakukan skrining IMS di Bumame sebagai langkah proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi Anda dan pasangan.

Sumber:

Centers for Disease Control and Prevention. HIV/AIDS. 2023. Available from: https://www.cdc.gov/hiv/

World Health Organization. Global Health Sector Strategy on HIV, 2022-2030. Geneva: WHO; 2022.

Stamm WE. Chlamydia trachomatis infections: progress and problems. J Infect Dis. 1999;179(S2):S380-3.

Unemo M, Shafer WM. Antimicrobial resistance in Neisseria gonorrhoeae in the 21st century: past, evolution, and future. Clin Microbiol Rev. 2014;27(3):587-613.

Hook EW, Peeling RW. Syphilis control—a continuing challenge. N Engl J Med. 2004;351(2):122-4.

Schiffman M, Castle PE. Human papillomavirus: epidemiology and public health. Arch Pathol Lab Med. 2003;127(8):930-4.

Corey L, Spear PG. Infections with herpes simplex viruses. N Engl J Med. 1986;314(11):686-91.