Darah tersembunyi di feses bisa jadi tanda masalah serius. Kenali fungsi tes FOBT, prosesnya, dan pentingnya deteksi dini gangguan pencernaan.
Darah dalam feses yang tidak terlihat secara kasat mata bisa menjadi tanda awal masalah serius pada sistem pencernaan, seperti kanker kolorektal, tukak lambung, atau peradangan usus. Salah satu metode sederhana namun efektif untuk mendeteksinya adalah Fecal Occult Blood Test (FOBT) atau tes darah samar pada feses. Metode ini menjadi bagian penting dari skrining kesehatan, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi mengalami gangguan pencernaan.
Apa Itu FOBT?
Tes Fecal Occult Blood Test (FOBT) berfungsi untuk mendeteksi keberadaan darah dalam feses, yang bisa menjadi tanda adanya gangguan pada sistem pencernaan. Dalam beberapa kasus, jumlah darah yang keluar sangat kecil sehingga hanya dapat terdeteksi melalui uji laboratorium khusus yang menggunakan zat kimia.
Darah yang tersembunyi ini, dalam istilah medis disebut sebagai "occult", tidak dapat terlihat secara kasat mata. Meski FOBT dapat mengidentifikasi keberadaan darah, tes ini tidak dapat menentukan asal perdarahan. Jika hasil tes menunjukkan positif, kondisi ini bisa mengindikasikan adanya polip di usus besar atau rektum, serta kemungkinan kanker kolorektal. Namun, perdarahan juga dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan lain yang tidak selalu serius.
Pemeriksaan rutin menggunakan FOBT dapat menjadi langkah preventif untuk mendeteksi gangguan pencernaan sejak dini, sehingga memungkinkan penanganan lebih cepat dan tepat. Ada dua jenis utama FOBT:
Guaiac-based FOBT (gFOBT) menggunakan zat kimia yang berubah warna saat bereaksi dengan darah. Tes ini mengharuskan pengambilan tiga sampel feses dalam tiga hari berbeda dan dikirim ke laboratorium untuk analisis. Agar hasil lebih akurat, pasien perlu menghindari makanan atau obat tertentu sebelum tes.
Immunochemical FOBT (iFOBT atau Fecal Immunochemical Test (FIT)) sebagai metode yang lebih baru, menggunakan antibodi untuk mendeteksi darah dalam feses. FIT kini lebih banyak digunakan dibandingkan gFOBT karena memiliki sensitivitas lebih tinggi dalam mendeteksi kanker. Keunggulan lainnya, FIT tidak memerlukan pantangan makanan atau obat sebelum tes dan dapat dilakukan kapan saja. Jumlah sampel yang dikumpulkan biasanya satu hingga tiga, sesuai arahan tenaga medis.
Metode lain yang pernah digunakan adalah tes Benzidine, yang dapat mengidentifikasi keberadaan darah dengan reaksi warna kimia. Namun, metode ini semakin jarang digunakan karena sensitivitasnya terhadap bahan makanan tertentu yang bisa memberikan hasil positif palsu.
Penyebab Darah dalam Feses
Darah dalam feses bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, baik yang bersifat ringan maupun serius. Beberapa penyebab utama meliputi:
Pertumbuhan abnormal di usus besar: Polip atau tumor, baik yang jinak (nonkanker) maupun ganas (kanker), dapat menyebabkan perdarahan.
Wasir (hemoroid): Pembuluh darah yang membengkak di sekitar anus atau rektum bagian bawah bisa pecah dan mengeluarkan darah.
Fisura ani: Luka atau robekan di sekitar anus akibat konstipasi atau buang air besar yang keras.
Infeksi usus: Infeksi yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan juga bisa memicu perdarahan.
Ulkus dan penyakit radang usus: Termasuk kolitis ulseratif dan penyakit Crohn, yang dapat menyebabkan peradangan dan luka di saluran pencernaan.
Divertikulosis atau Kantung kecil (divertikula): yang terbentuk di dinding usus besar dapat meradang dan berdarah.
Kelainan pembuluh darah di usus besar: Gangguan vaskular dapat menyebabkan perdarahan gastrointestinal.
Perdarahan pada saluran pencernaan bisa terjadi dalam jumlah kecil dan hanya terdeteksi melalui tes laboratorium (perdarahan mikroskopis), atau bisa terlihat jelas sebagai darah merah segar atau feses berwarna hitam pekat (melena). Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui penyebab pasti dan menentukan langkah penanganan yang tepat.
Mengapa Tes Ini Penting?
Tes Fecal Occult Blood Test (FOBT) digunakan terutama untuk mendeteksi kanker kolon pada individu yang belum menunjukkan gejala. Kanker kolon termasuk jenis kanker yang umum dan sering kali menyebabkan perdarahan mikroskopis dalam feses jauh sebelum gejala lain muncul, seperti:
Nyeri perut
Perdarahan rektal
Perubahan pola buang air besar
Selain itu, beberapa jenis polip usus besar—yang dapat berkembang menjadi kanker—juga berpotensi menyebabkan perdarahan samar.
Deteksi dini melalui FOBT memungkinkan kanker kolon ditemukan dalam tahap awal, saat ukurannya masih kecil dan belum menyebar ke organ lain. Jika terdeteksi lebih awal, kanker ini dapat diatasi melalui prosedur pembedahan. Bahkan, dengan mengangkat polip sebelum berkembang menjadi kanker, risiko terkena kanker kolon dapat dicegah sepenuhnya.
Faktor Risiko Kanker Kolorektal: Siapa yang Perlu Waspada?
Kanker kolorektal dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bersifat genetik maupun gaya hidup. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama:
Usia lanjut – Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
Riwayat keluarga – Memiliki anggota keluarga dengan kanker kolorektal meningkatkan kemungkinan terkena penyakit ini.
Riwayat pribadi kanker atau terapi radiasi – Pernah mengalami kanker atau menjalani terapi radiasi di area perut/panggul.
Penyakit radang usus (IBD) – Seperti kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
Sindikrom genetik herediter – Termasuk Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Lynch syndrome.
Pola makan tidak sehat – Diet rendah serat tetapi tinggi lemak dan daging olahan dapat meningkatkan risiko.
Gaya hidup kurang aktif – Kurangnya aktivitas fisik berkontribusi pada risiko kanker.
Diabetes dan obesitas – Keduanya berhubungan erat dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol – Faktor ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.
Deteksi Dini untuk Pencegahan
Orang dengan risiko tinggi disarankan untuk memulai skrining sebelum usia 45 tahun dan menjalani pemeriksaan lebih sering, setiap 1–3 tahun sekali, guna mendeteksi kemungkinan kanker sejak dini.
Persiapan Sebelum Tes FOBT: Penting untuk Hasil Akurat
Keakuratan Fecal Occult Blood Test (FOBT) sangat bergantung pada persiapan sebelum pemeriksaan. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti petunjuk medis dengan cermat.
Pantangan Makanan Sebelum Tes
Beberapa jenis makanan dapat memengaruhi hasil tes, sehingga dokter biasanya menyarankan pola makan khusus 48–72 jam sebelumnya. Selama periode ini, hindari: Buah dan sayuran mentah
Daging merah
Makanan dan minuman tinggi vitamin C (batasi <250 mg per hari)
Penghentian Obat Tertentu
Dokter juga akan meninjau obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Beberapa obat mungkin perlu dihentikan 72 jam sebelum tes agar tidak memengaruhi hasil.
Dengan persiapan yang tepat, hasil tes FOBT menjadi lebih akurat dalam mendeteksi kemungkinan perdarahan tersembunyi di saluran pencernaan.
Bagaimana Prosedur Pemeriksaannya?
Tes FOBT dapat dilakukan dengan cara sederhana di rumah atau di fasilitas kesehatan. Langkah-langkahnya adalah:
Mengambil sampel kecil feses menggunakan alat khusus.
Meletakkan sampel pada kartu uji atau wadah yang disediakan.
Mengirimkan sampel ke laboratorium untuk analisis.
Sebelum melakukan tes, pasien disarankan untuk menghindari makanan tertentu, seperti daging merah dan obat-obatan tertentu yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan, terutama jika menggunakan metode guaiac-based FOBT.
Hasil dan Tindak Lanjut
Hasil negatif: Tidak ditemukan darah dalam feses, tetapi bukan berarti bebas dari risiko. Jika memiliki faktor risiko, pemeriksaan rutin tetap disarankan.
Hasil positif: Ada indikasi perdarahan dalam saluran cerna. Dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan lanjutan, seperti kolonoskopi, untuk menentukan sumber perdarahan.
Prosedur Setelah Hasil FOBT Positif
Jika hasil FOBT menunjukkan positif, beberapa langkah yang biasanya dilakukan adalah:
Konsultasi dengan Dokter
Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, pola makan, dan gejala lain yang mungkin muncul, seperti nyeri perut, perubahan pola buang air besar, atau penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
Pemeriksaan Tambahan
Berdasarkan evaluasi awal, dokter mungkin menyarankan beberapa pemeriksaan lanjutan:
Kolonoskopi: Memeriksa kondisi usus besar secara langsung dengan kamera kecil yang dimasukkan melalui rektum. Jika ditemukan polip atau jaringan abnormal, dokter dapat mengambil sampel untuk biopsi.
Sigmoidoskopi: Mirip dengan kolonoskopi tetapi hanya memeriksa bagian bawah usus besar (rektum dan kolon sigmoid).
Tes darah: Untuk memeriksa kadar hemoglobin dan tanda-tanda peradangan atau infeksi.
CT Colonography (Kolonoskopi Virtual): Menggunakan pencitraan CT scan untuk mendeteksi kelainan di usus besar.
Diagnosis dan Pengobatan
Jika penyebab perdarahan ditemukan, dokter akan merancang rencana pengobatan yang sesuai, misalnya:
Jika penyebabnya adalah polip, dokter bisa mengangkatnya selama kolonoskopi untuk mencegah berkembangnya kanker.
Jika ada tukak lambung, pengobatan bisa melibatkan antibiotik (jika infeksi H. pylori) atau penghambat asam lambung.
Jika ditemukan kanker kolorektal, pasien akan menjalani evaluasi lebih lanjut untuk menentukan stadium dan pilihan terapi (operasi, kemoterapi, atau radiasi).
Tes Darah Samar Positif pada Bayi: Apa yang Harus Dilakukan?
Pada bayi, darah samar dalam feses bisa menjadi tanda kondisi medis yang perlu perhatian, seperti:
Alergi protein susu sapi (pada bayi yang mengonsumsi susu formula atau ASI dari ibu yang mengonsumsi produk susu)
Infeksi usus, seperti enterokolitis nekrotikan pada bayi prematur
Luka kecil akibat sembelit atau gesekan saat buang air besar
Penyakit Hirschsprung, yaitu gangguan pada sistem saraf usus yang menyebabkan sembelit parah
Jika bayi Anda memiliki hasil FOBT positif, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk evaluasi lebih lanjut.
Keakuratan dan Keterbatasan FOBT
Meskipun FOBT memiliki manfaat besar dalam mendeteksi perdarahan tersembunyi, tes ini juga memiliki keterbatasan tertentu, seperti:
Hasil positif palsu: Bisa terjadi akibat konsumsi makanan tertentu (misalnya daging merah) atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Hasil negatif palsu: Jika perdarahan terjadi secara tidak teratur, FOBT mungkin tidak mendeteksinya pada saat pengambilan sampel.
Tidak dapat menentukan penyebab pasti perdarahan: FOBT hanya mendeteksi keberadaan darah, tetapi tidak dapat mengidentifikasi apakah itu disebabkan oleh polip, kanker, atau kondisi lain seperti wasir atau peradangan usus.
Karena keterbatasan ini, dokter biasanya menyarankan pemeriksaan ulang secara berkala atau tes tambahan jika ditemukan hasil yang mencurigakan.
Kesimpulan
Tes darah samar feses (FOBT) merupakan metode yang efektif, murah, dan tidak invasif untuk mendeteksi perdarahan tersembunyi dalam sistem pencernaan. Meski memiliki keterbatasan, FOBT tetap menjadi salah satu metode skrining utama untuk kanker kolorektal.
Dengan deteksi dini, banyak kasus kanker dapat dicegah atau ditangani sebelum mencapai tahap lanjut. Oleh karena itu, bagi Anda yang berusia 45 tahun ke atas atau memiliki faktor risiko, jangan ragu untuk melakukan skrining secara berkala.
Jika Anda belum pernah menjalani tes ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi skrining yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
Sumber:
American Cancer Society. (2023). Colorectal cancer screening guidelines. Retrieved from https://www.cancer.org
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2023). Fecal Occult Blood Test (FOBT). Retrieved from https://www.niddk.nih.gov
Shaukat, A., Kahi, C. J., Burke, C. A., Rabeneck, L., Sauer, B. G., & Rex, D. K. (2021). ACG clinical guidelines: Colorectal cancer screening 2021. The American Journal of Gastroenterology, 116(3), 458–479. https://doi.org/10.14309/ajg.0000000000001122
The Lancet Oncology. (2023). Colorectal cancer screening and mortality reduction: recent studies. The Lancet.
National Library of Medicine. (2020). Fecal Occult Blood Test (FOBT). In StatPearls. StatPearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537138/
JAMA. (2023). Effectiveness of FOBT screening in colorectal cancer prevention. JAMA Network
Widayati, L. (2024). Pemberdayaan Posyandu Lansia untuk Deteksi Dini Kanker Kolorektal melalui Tes Darah Samar Feses. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(5). Diakses dari https://journalng.uwks.ac.id/kusuma/article/view/305