Osteomalasia menyebabkan tulang melemah dan nyeri. Kenali penyebab, gejala, dan pentingnya asupan vitamin D untuk cegah kondisi ini.
Bayangkan jika fondasi yang seharusnya kokoh tiba-tiba menjadi lunak dan rapuh, mengancam keseharian dengan nyeri dan risiko patah yang tidak terduga. Inilah realitas dari osteomalasia, sebuah kondisi yang sering terabaikan namun memiliki dampak besar pada kualitas hidup. Artikel ini mengajak Anda untuk menelusuri lebih jauh seluk-beluk osteomalasia, mulai dari penyebabnya hingga strategi pencegahan yang efektif, agar kita bersama-sama lebih menyadari pentingnya merawat kesehatan tulang.
Apa itu Osteomalasia?
Osteomalasia merupakan kondisi medis yang ditandai dengan proses mineralisasi tulang yang terganggu pada orang dewasa. Mineralisasi yang tidak sempurna membuat tulang menjadi lunak, rapuh, dan mudah mengalami deformitas atau patah. Kondisi ini paling sering diakibatkan oleh kekurangan vitamin D, meskipun ada faktor lain yang turut berperan. Pada anak-anak, kelainan serupa dikenal sebagai rakhitis, proses penyakitnya sama yaitu gangguan pada proses pengerasan tulang.
Penyebaran Osteomalasia di Indonesia
Di Indonesia, kasus osteomalasia cenderung kurang terdokumentasi secara spesifik karena seringkali gejalanya mirip dengan penyakit tulang lainnya, seperti osteoporosis. Namun, beberapa penelitian lokal dan laporan dari fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D cukup umum, terutama di daerah dengan paparan sinar matahari yang tidak optimal karena faktor geografis dan budaya (misalnya, penggunaan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh). Selain itu, populasi rentan seperti lansia dan individu dengan gangguan penyerapan usus memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteomalasia. Data epidemiologi terbaru dari Kementerian Kesehatan dan studi internasional mengindikasikan bahwa prevalensi gangguan mineralisasi tulang ini mungkin lebih tinggi daripada yang diperkirakan, mengingat seringnya diagnosis terlewat atau tertunda.
Penyebab Osteomalasia
Penyebab utama osteomalasia adalah kekurangan vitamin D, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
Paparan Matahari yang Tidak Memadai: Vitamin D dihasilkan ketika kulit terpapar sinar ultraviolet B (UVB) dari matahari. Pola hidup modern, urbanisasi, dan kebiasaan menggunakan tabir surya berlebihan mengurangi produksi vitamin D.
Kekurangan Asupan Nutrisi: Diet yang tidak seimbang, rendah kandungan vitamin D dan kalsium, dapat memicu gangguan mineralisasi tulang.
Gangguan Penyerapan: Penyakit seperti penyakit celiac, penyakit Crohn, dan kondisi lain yang mengganggu penyerapan nutrisi di usus dapat mengakibatkan defisiensi vitamin D.
Gangguan Metabolisme: Beberapa kondisi ginjal dan hati dapat mengganggu konversi vitamin D ke bentuk aktifnya, sehingga mengurangi ketersediaannya bagi tubuh.
Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu seperti anticonvulsan juga diketahui dapat mempengaruhi metabolisme vitamin D dan meningkatkan risiko osteomalasia.
Gejala yang Dapat Ditimbulkan oleh Osteomalasia
Gejala osteomalasia dapat bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada tingkat keparahan defisiensi dan lamanya penyakit. Beberapa gejala yang umum ditemui antara lain:
Nyeri Tulang dan Otot: Nyeri kronis, terutama di daerah punggung bawah, panggul, dan kaki.
Kelemahan Otot: Terjadi penurunan kekuatan otot yang dapat menyebabkan kesulitan dalam berjalan atau berdiri lama.
Deformitas Tulang: Tulang menjadi lunak sehingga mudah melengkung atau berubah bentuk, terutama pada tulang belakang dan kaki.
Patah Tulang: Peningkatan risiko fraktur bahkan akibat trauma ringan atau aktivitas sehari-hari.
Kelelahan dan Penurunan Kualitas Hidup: Gejala nyeri dan kelemahan otot seringkali berdampak pada aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.
Pemeriksaan oleh Dokter
Jika seseorang diduga menderita osteomalasia, dokter biasanya akan melakukan evaluasi klinis menyeluruh yang meliputi:
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan menggali riwayat kesehatan, kebiasaan hidup, dan pola asupan nutrisi pasien. Pemeriksaan fisik meliputi palpasi tulang dan evaluasi kekuatan otot.
Pemeriksaan Laboratorium: Pengukuran kadar serum vitamin D, kalsium, fosfat, dan enzim alkali fosfatase (ALP) sangat penting. Peningkatan ALP seringkali menjadi indikator adanya gangguan pada proses mineralisasi tulang.
Pencitraan: X-ray tulang dapat menunjukkan tanda-tanda demineralisasi, kelengkungan tulang, atau fraktur yang tidak disebabkan oleh trauma berat. Dalam beberapa kasus, penggunaan dual-energy X-ray absorptiometry (DXA) juga dapat dilakukan untuk menilai kepadatan tulang.
Perbedaan Osteomalasia, Osteoporosis, dan Rakhitis
Banyak orang sering menyamakan osteomalasia, osteoporosis, dan rakhitis karena ketiganya sama-sama berhubungan dengan kelemahan tulang. Namun, meskipun memiliki gejala yang mirip, seperti nyeri tulang dan peningkatan risiko patah tulang, ketiga penyakit ini memiliki perbedaan mendasar dalam penyebab, mekanisme, serta cara pengobatannya. Memahami perbedaan ini penting agar diagnosis dan penanganan dapat dilakukan dengan tepat.
Perbedaan dalam Penyebab dan Mekanisme Terjadinya
Osteomalasia terjadi akibat gangguan mineralisasi tulang, yaitu kegagalan dalam proses pembentukan dan penguatan matriks tulang karena kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfat. Hal ini menyebabkan tulang menjadi lunak dan mudah mengalami deformitas atau fraktur.
Osteoporosis, di sisi lain, tidak terkait dengan masalah mineralisasi melainkan dengan kepadatan tulang yang menurun. Penyebab utamanya adalah ketidakseimbangan antara pembentukan dan resorpsi tulang, yang sering terjadi akibat penuaan, perubahan hormon (terutama pada wanita pascamenopause), kurangnya asupan kalsium, atau gaya hidup yang tidak sehat.
Rakhitis adalah gangguan mineralisasi tulang yang terjadi pada anak-anak. Sama seperti osteomalasia, rakhitis disebabkan oleh kekurangan vitamin D, tetapi perbedaannya adalah kondisi ini memengaruhi tulang yang masih dalam fase pertumbuhan. Akibatnya, terjadi gangguan pembentukan tulang yang dapat menyebabkan deformitas seperti kaki bengkok.
Perbedaan dalam Gejala Klinis
Osteomalasia ditandai dengan nyeri tulang kronis, terutama di punggung bawah, panggul, dan tungkai. Penderita juga sering mengalami kelemahan otot, yang membuat mereka sulit berjalan atau berdiri dalam waktu lama. Karena tulang lunak, risiko fraktur meningkat meskipun tanpa cedera berat.
Osteoporosis sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas hingga terjadi patah tulang, yang paling sering terjadi pada tulang belakang, pinggul, dan pergelangan tangan. Penderita juga bisa mengalami penurunan tinggi badan akibat fraktur kompresi di tulang belakang.
Rakhitis memiliki gejala yang lebih mencolok dibandingkan osteomalasia atau osteoporosis. Selain nyeri tulang, anak-anak dengan rakhitis menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang terganggu, seperti kaki berbentuk O atau X, dada berbentuk seperti dada burung (pectus carinatum), serta kelainan bentuk tulang tengkorak.
Pengobatan yang Dapat Diberikan
Pengobatan osteomalasia berfokus pada perbaikan kekurangan vitamin D dan kalsium, serta penanganan kondisi yang mendasarinya. Pendekatan pengobatan meliputi:
Suplementasi Vitamin D: Pemberian dosis vitamin D yang tepat adalah terapi utama. Dosis yang direkomendasikan dapat bervariasi tergantung pada tingkat kekurangan dan faktor risiko individu. Beberapa studi internasional menyarankan penggunaan vitamin D3 (kolekalsiferol) karena efektivitasnya yang lebih baik dalam meningkatkan kadar serum vitamin D.
Asupan Kalsium: Suplemen kalsium juga sering diberikan untuk mendukung proses mineralisasi tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, dan sayuran hijau juga dianjurkan.
Penyesuaian Gaya Hidup: Meningkatkan paparan sinar matahari secara aman (misalnya, 15–30 menit setiap hari pada siang hari) dan melakukan olahraga beban untuk meningkatkan kekuatan otot dan tulang.
Penanganan Penyakit Dasar: Jika osteomalasia disebabkan oleh penyakit ginjal, usus, atau penggunaan obat tertentu, penanganan kondisi tersebut sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Pengobatan penyakit penyerta: Jika osteomalasia disebabkan oleh penyakit ginjal atau gangguan pencernaan, kondisi tersebut harus ditangani terlebih dahulu.
Fisioterapi: Dalam kasus kelemahan otot yang signifikan, terapi fisik dapat membantu meningkatkan mobilitas dan kekuatan.
Dalam beberapa kasus, terapi tambahan seperti fisioterapi juga dapat membantu mengatasi kelemahan otot dan meningkatkan mobilitas.
Apakah Osteomalasia Bisa di-Screening?
Screening untuk osteomalasia secara rutin tidak umum dilakukan pada populasi umum, terutama karena gejalanya yang tidak spesifik. Namun, pada kelompok berisiko tinggi seperti pasien dengan penyakit ginjal kronis, gangguan penyerapan, atau lansia yang mengalami fraktur akibat trauma ringan, pemeriksaan kadar vitamin D dan evaluasi densitas tulang dapat menjadi bagian dari strategi screening.
Komplikasi yang Dapat Timbul
Jika tidak ditangani dengan tepat, osteomalasia dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius, antara lain:
Patah Tulang dan Fraktur: Tulang yang lunak dan rapuh meningkatkan risiko fraktur, bahkan akibat trauma ringan atau aktivitas sehari-hari.
Deformitas Tulang: Deformitas seperti kelengkungan tulang belakang (kyphosis) atau kaki bengkok (genu varum atau genu valgum) dapat berkembang, yang selanjutnya mempengaruhi mobilitas dan fungsi tubuh.
Nyeri Kronis: Nyeri yang terus-menerus dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, gangguan tidur, dan bahkan depresi.
Gangguan Fungsi Otot: Kelemahan otot yang progresif dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, menurunkan kemampuan bekerja, dan meningkatkan risiko jatuh.
Penurunan Fungsi Organ: Pada kasus yang melibatkan gangguan ginjal atau hati, komplikasi sistemik yang lebih luas juga dapat terjadi.
Pencegahan yang Dapat Dilakukan
Pencegahan osteomalasia terutama berfokus pada pemenuhan kebutuhan vitamin D dan kalsium melalui beberapa strategi berikut:
Peningkatan Paparan Sinar Matahari: Mengajak masyarakat untuk mendapatkan paparan sinar matahari secara cukup, misalnya dengan beraktivitas di luar ruangan selama 15–30 menit setiap hari, terutama pada waktu-waktu tertentu.
Pola Makan Sehat: Mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D dan kalsium. Sumber vitamin D dapat ditemukan pada ikan berlemak (salmon, tuna), telur, dan produk yang difortifikasi vitamin D.
Suplemen Nutrisi: Pada kelompok risiko tinggi atau mereka yang tinggal di daerah dengan sinar matahari terbatas, penggunaan suplemen vitamin D dan kalsium bisa menjadi langkah pencegahan yang efektif.
Kesimpulan
Osteomalasia adalah kondisi yang mempengaruhi kualitas hidup banyak individu, terutama mereka yang mengalami kekurangan vitamin D. Dengan gejala yang meliputi nyeri tulang, kelemahan otot, dan risiko fraktur, penting bagi masyarakat untuk memahami faktor risiko dan strategi pencegahan yang efektif. Melalui pendekatan yang holistik mulai dari pemeriksaan dini, suplementasi yang tepat, hingga edukasi tentang gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi beban penyakit ini.
Pemeriksaan laboratorium seperti pengukuran kadar vitamin D, kalsium, fosfat, serta pemeriksaan pencitraan tulang merupakan langkah penting dalam diagnosis. Pengobatan yang tepat, terutama suplementasi vitamin D dan kalsium, beserta penyesuaian gaya hidup, dapat membantu mengembalikan kesehatan tulang dan mencegah komplikasi jangka panjang.
Sumber:
Ahmadieh, H., & Arabi, A. (2011). Vitamins and bone health: beyond calcium and vitamin D. Nutrition Reviews, 69(10), 584-598.
Zimmerman L, Anastasopoulou C, McKeon B. Osteomalacia. [Updated 2024 Sep 2]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551616/
Arboleya L, Braña I, Pardo E, Loredo M, Queiro R. Osteomalacia in Adults: A Practical Insight for Clinicians. J Clin Med. 2023 Apr 5;12(7):2714. doi: 10.3390/jcm12072714. PMID: 37048797; PMCID: PMC10094844.
Minisola S, Colangelo L, Pepe J, Diacinti D, Cipriani C, Rao SD. Osteomalacia and Vitamin D Status: A Clinical Update 2020. JBMR Plus. 2020 Dec 21;5(1):e10447. doi: 10.1002/jbm4.10447. PMID: 33553992; PMCID: PMC7839817.
Uday S, Högler W. Nutritional rickets & osteomalacia: A practical approach to management. Indian J Med Res. 2020 Oct;152(4):356-367. doi: 10.4103/ijmr.IJMR_1961_19. PMID: 33380700; PMCID: PMC8061584.