Tes AFP dapat membantu mendeteksi risiko kanker hati lebih awal. Pelajari fungsi AFP, cara kerjanya, dan siapa yang perlu menjalani tes ini.
Kanker hati merupakan salah satu penyakit serius yang sering kali sulit terdeteksi pada tahap awal. Sebagai organ vital yang berperan dalam metabolisme dan detoksifikasi, gangguan pada hati dapat berdampak besar pada kesehatan secara keseluruhan. Di sinilah peran tes Alpha-Fetoprotein (AFP) menjadi penting. Tes ini tidak hanya menjadi alat untuk mendeteksi risiko kanker hati, tetapi juga membantu dalam memantau perkembangan penyakit dan respons terhadap pengobatan. Dengan memahami hubungan antara kadar AFP dan kanker hati, kita dapat mengambil langkah lebih awal untuk melindungi kesehatan hati dan meningkatkan peluang kesembuhan.
Apa Itu Kanker Hati?
Kanker hati adalah jenis kanker yang dimulai di sel-sel hati. Secara global, kanker hati merupakan salah satu dari lima penyebab utama kematian akibat kanker, dengan angka kejadian yang tinggi terutama di wilayah Asia dan Afrika. Hati adalah organ besar di sisi kanan atas perut yang berfungsi penting dalam metabolisme, seperti detoksifikasi racun, produksi empedu, dan penyimpanan energi. Jenis kanker hati yang paling umum adalah karsinoma hepatoseluler atau hepatocellular carcinoma (HCC), yang berasal dari sel-sel utama hati (hepatosit). Jenis lainnya termasuk kolangiokarsinoma dan hepatoblastoma, meskipun lebih jarang ditemukan.
Berapa Kasus Kanker Hati?
Kanker hati adalah salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia. Berdasarkan data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2020, terdapat sekitar 36.000 kasus baru kanker hati di Indonesia setiap tahunnya, dengan tingkat kematian yang hampir setara. Faktor risiko utama di Indonesia meliputi infeksi kronis virus hepatitis B dan C, konsumsi alkohol berlebihan, dan paparan aflatoksin dari makanan yang terkontaminasi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi hepatitis B di Indonesia mencapai sekitar 7,1%, sementara hepatitis C sekitar 1% dari populasi, menjadikannya salah satu negara dengan beban hepatitis tertinggi di Asia Tenggara.
Apa yang Menjadi Penyebab?
Penyebab kanker hati sering kali terkait dengan kerusakan hati jangka panjang yang memicu perubahan genetik pada sel-sel hati. Beberapa faktor utama meliputi:
Infeksi virus hepatitis B dan C: Kedua virus ini dapat menyebabkan peradangan hati kronis yang berlanjut menjadi sirosis dan kanker hati.
Konsumsi alkohol berlebihan: Alkohol dapat merusak hati secara bertahap hingga terjadi sirosis.
Paparan aflatoksin: Racun ini dihasilkan oleh jamur pada makanan seperti kacang tanah dan jagung yang tidak disimpan dengan baik.
Penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD): Kondisi ini sering dikaitkan dengan obesitas dan diabetes.
Faktor genetik: Riwayat keluarga dengan kanker hati meningkatkan risiko seseorang.
Apa Gejala yang Perlu Dicurigai?
Kanker hati sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal karena penyakit ini berkembang secara perlahan tanpa merusak fungsi hati secara signifikan. Gejala baru muncul ketika tumor sudah cukup besar atau hati mulai mengalami gangguan fungsi yang serius. Pada tahap lanjut, gejala yang umum meliputi:
Nyeri atau pembengkakan di perut bagian kanan atas
Penurunan berat badan tanpa sebab
Kehilangan nafsu makan
Kelelahan
Kulit dan mata menjadi kuning (jaundice)
Mual dan muntah
Pembengkakan di kaki atau pergelangan kaki
Jika ada gejala? Apa Pemeriksaan yang Dilakukan?
Diagnosis kanker hati dimulai dengan wawancara medis dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Dokter akan mencari tanda-tanda fisik seperti pembesaran hati atau jaundice. Jika dicurigai adanya kanker hati, beberapa tes awal yang dilakukan meliputi:
Tes darah: Untuk mengukur fungsi hati dan mendeteksi penanda tumor seperti alfa-fetoprotein (AFP).
Pemeriksaan ultrasonografi (USG): Untuk mendeteksi keberadaan massa atau kelainan di hati.
Apa Pemeriksaan Alfa-Fetoprotein (AFP)?
AFP adalah protein yang secara alami diproduksi oleh hati dan kantung kuning (yolk sac) pada janin selama perkembangan di dalam rahim. Pada orang dewasa, kadar AFP dalam darah biasanya sangat rendah. Namun, peningkatan kadar AFP dapat menjadi indikator adanya kondisi medis tertentu, termasuk kanker hati, sirosis, dan hepatitis kronis. Dalam kasus HCC, produksi AFP oleh sel-sel hati yang rusak atau bermutasi sering meningkat secara signifikan.
Kegunaan Pemeriksaan AFP
Pemeriksaan AFP memiliki berbagai fungsi penting dalam deteksi dan manajemen kanker hati, antara lain:
Deteksi dini kanker hati: Membantu mengidentifikasi kanker hati pada individu berisiko tinggi sebelum gejala muncul.
Pemantauan pengobatan: Mengukur efektivitas terapi kanker hati, seperti operasi atau kemoterapi.
Deteksi kekambuhan: Memantau apakah kanker kembali setelah pengobatan selesai.
Meskipun pemeriksaan AFP merupakan alat yang berguna, tes ini tidak cukup sensitif atau spesifik untuk mendiagnosis kanker hati secara pasti. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa tidak semua pasien kanker hati memiliki kadar AFP yang tinggi, sementara beberapa kondisi non-kanker seperti hepatitis aktif atau sirosis juga dapat menyebabkan peningkatan kadar AFP. Sensitivitasnya yang terbatas berarti bahwa hasil negatif belum tentu mengesampingkan keberadaan kanker, sementara spesifisitasnya yang rendah dapat menghasilkan hasil positif palsu pada kondisi lain. Oleh karena itu, hasil AFP harus dikombinasikan dengan tes pencitraan dan evaluasi klinis lainnya.
Bagaimana Cara Pemeriksaan AFP
Pemeriksaan AFP dilakukan dengan cara mengukur kadar protein ini dalam darah. Langkah-langkahnya meliputi:
Pengambilan sampel darah: Sampel darah diambil dari vena di lengan pasien menggunakan jarum suntik steril.
Analisis di laboratorium: Sampel dikirim ke laboratorium untuk dianalisis dengan metode khusus yang mendeteksi kadar AFP dalam darah.
Pelaporan hasil: Hasil pemeriksaan biasanya dilaporkan dalam satuan nanogram per mililiter (ng/mL).
Apa Hasil yang di dapatkan
Hasil pemeriksaan AFP dapat memberikan petunjuk tentang kondisi kesehatan seseorang:
Normal: Kadar AFP di bawah 10 ng/mL dianggap normal.
Meningkat karena kondisi non-kanker: Kadar AFP dapat meningkat pada penyakit hati tertentu, seperti sirosis atau hepatitis aktif, meskipun bukan disebabkan oleh kanker. Hal ini terjadi karena peradangan atau regenerasi sel-sel hati dapat merangsang produksi AFP.
Meningkat sedang: Kadar antara 10-500 ng/mL dapat menunjukkan adanya sirosis, hepatitis kronis, atau kondisi non-kanker lainnya.
Tinggi: Kadar di atas 500 ng/mL sering dikaitkan dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) atau tumor germinal.
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua pasien kanker hati memiliki kadar AFP yang tinggi. Sebagian kasus HCC tidak menghasilkan AFP dalam jumlah yang signifikan, sehingga memerlukan pemeriksaan tambahan.
Siapa yang Perlu Melakukan Pemeriksaan AFP?
Pemeriksaan AFP biasanya disarankan untuk individu dengan risiko tinggi terkena kanker hati, seperti:
Penderita hepatitis B atau C kronis
Pasien dengan sirosis hati akibat konsumsi alkohol atau penyebab lain
Individu dengan riwayat keluarga kanker hati
Pasien yang telah menjalani terapi untuk kanker hati, guna memantau efektivitas pengobatan
Keterbatasan Pemeriksaan AFP
Meskipun berguna, pemeriksaan AFP memiliki beberapa keterbatasan:
Tidak semua kasus kanker hati menunjukkan peningkatan kadar AFP.
AFP juga dapat meningkat pada kondisi non-kanker seperti hepatitis aktif atau kehamilan.
Tes ini tidak dapat menggantikan metode pencitraan atau biopsi untuk diagnosis definitif.
Pengobatan yang Dapat Diberikan
Pengobatan kanker hati tergantung pada stadium penyakit, kondisi hati secara keseluruhan, dan kesehatan pasien. Beberapa opsi pengobatan meliputi:
Bedah reseksi: Mengangkat bagian hati yang terkena kanker, cocok untuk pasien dengan fungsi hati yang baik.
Transplantasi hati: Pilihan untuk pasien dengan sirosis berat atau kanker yang tidak dapat dioperasi.
Ablasi termal: Menggunakan panas untuk menghancurkan sel kanker, biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat menjalani operasi.
Terapi target: Obat seperti sorafenib atau lenvatinib digunakan untuk menghambat pertumbuhan kanker.
Kemoterapi intra-arterial (TACE): Menghantarkan obat langsung ke tumor melalui pembuluh darah di hati.
Imunoterapi: Memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Apakah Kanker Hati Bisa Di-Skrining?
Ya, skrining kanker hati dianjurkan untuk individu yang memiliki risiko tinggi, seperti penderita hepatitis B/C atau sirosis. Proses skrining melibatkan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar alfa-fetoprotein (AFP) dan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mendeteksi keberadaan massa atau kelainan di hati. Di Indonesia, layanan skrining ini tersedia di rumah sakit besar, klinik spesialis gastroenterologi, dan fasilitas kesehatan lain yang memiliki peralatan diagnostik yang memadai. Skrining dilakukan dengan tes AFP dan USG hati setiap 6 bulan. Deteksi dini dapat meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
Pencegahan yang Dapat Dilakukan
Beberapa langkah pencegahan kanker hati meliputi:
Vaksinasi hepatitis B: Cara efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B.
Pengelolaan hepatitis C: Menggunakan obat antivirus untuk mengobati hepatitis C.
Hindari konsumsi alkohol berlebihan: Membatasi konsumsi alkohol dapat melindungi hati.
Pola makan sehat: Menghindari makanan yang terkontaminasi aflatoksin.
Olahraga dan menjaga berat badan: Mencegah obesitas yang dapat memicu NAFLD.
Hindari penggunaan jarum suntik tidak steril: Mengurangi risiko penularan virus hepatitis.
Komplikasi
Jika tidak diobati, kanker hati dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:
Gagal hati: Hilangnya fungsi hati yang dapat mengancam nyawa.
Perdarahan gastrointestinal: Karena tekanan darah tinggi pada pembuluh darah di sekitar hati (hipertensi portal).
Metastasis: Penyebaran kanker ke organ lain, seperti paru-paru atau tulang.
Kesimpulan
Kanker hati adalah penyakit yang serius namun dapat dicegah dengan langkah-langkah sederhana seperti vaksinasi, pola hidup sehat, dan skrining rutin bagi individu berisiko tinggi. Pemeriksaan AFP adalah alat penting dalam mendeteksi dan memantau kanker hati, khususnya pada individu berisiko tinggi. Meskipun memiliki keterbatasan, penggunaannya yang dikombinasikan dengan metode diagnostik lain dapat memberikan hasil yang lebih akurat. Deteksi dini melalui skrining rutin sangat penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan dan memperpanjang harapan hidup pasien kanker hati. Tetap waspada dan konsultasikan ke dokter jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang mencurigakan.
Sumber:
Global Cancer Observatory. (2020). Cancer today. Diakses dari https://gco.iarc.fr/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Laporan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Bruix, J., & Sherman, M. (2011). Management of hepatocellular carcinoma: An update. Hepatology, 53(3), 1020-1022. https://doi.org/10.1002/hep.24199
European Association for the Study of the Liver (EASL). (2018). EASL Clinical Practice Guidelines: Management of hepatocellular carcinoma. Journal of Hepatology, 69(1), 182-236. https://doi.org/10.1016/j.jhep.2018.03.019
World Health Organization. (2017). Global hepatitis report 2017. Geneva: WHO Press. Diakses dari https://www.who.int/publications/i/item/global-hepatitis-report-2017