Pahami Kanker Payudara dan Peran Tes CA 15-3

Pahami Kanker Payudara dan Peran Tes CA 15-3

11/05/2025Bumame

Tes CA 15-3 membantu memantau kanker payudara dan respons terapi. Pelajari fungsinya dalam deteksi lanjutan dan pengelolaan penyakit ini.

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum dan menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita di seluruh dunia. Deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan angka kelangsungan hidup, dan salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara adalah dengan mengukur kadar Carbohydrate Antigen 15-3 (CA 15-3), yaitu sebuah marker tumor yang dapat membantu dalam memantau perkembangan penyakit, terutama pada pasien yang telah didiagnosis dengan kanker payudara.

Apa Itu Kanker Payudara?

Kanker payudara adalah jenis kanker yang berkembang dari sel-sel dalam jaringan payudara, terutama di saluran susu (duktus) atau di bagian yang menghasilkan susu (lobulus). Sel-sel kanker tumbuh tanpa terkendali dan bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Meskipun lebih sering terjadi pada wanita, pria juga bisa mengalaminya, meskipun kasusnya lebih jarang.

Apa Banyak Kasusnya?

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker paling umum di Indonesia. Berdasarkan data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2020, kanker payudara menduduki peringkat pertama dari jenis kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia, dengan estimasi kasus baru mencapai lebih dari 65.000 per tahun. Selain menjadi kanker yang paling umum, kanker payudara juga merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita di seluruh dunia. Secara global, kanker payudara bertanggung jawab atas 684.996 kematian dengan tingkat kematian yang disesuaikan dengan usia sebesar 13,6 per 100.000. Meskipun tingkat insiden kanker payudara tertinggi terjadi di negara-negara maju, negara-negara di Asia dan Afrika menyumbang 63% dari total kematian pada tahun 2020. Kebanyakan wanita yang mengidap kanker payudara di negara berpenghasilan tinggi akan bertahan hidup, sedangkan di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, tingkat kelangsungan hidupnya lebih rendah. Hal ini karena banyak pasien terdiagnosis pada stadium lanjut. Faktor seperti kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya deteksi dini turut berkontribusi.

Penyebab Kanker Payudara

Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, tetapi beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit ini meliputi:

  1. Faktor Genetik: Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 yang diturunkan dalam keluarga.

  2. Riwayat Keluarga: Jika ada anggota keluarga dengan riwayat kanker payudara, risiko meningkat.

  3. Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 50 tahun.

  4. Faktor Hormonal: Penggunaan terapi hormon jangka panjang, menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun), atau menopause terlambat (setelah usia 55 tahun).

  5. Gaya Hidup: Pola makan tidak sehat, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol.

  6. Paparan Radiasi: Terutama di area dada, misalnya karena terapi radiasi pada penyakit lain.

  7. Pengaruh Lingkungan: Paparan bahan kimia tertentu atau polusi juga dapat menjadi faktor risiko.

Gejala Kanker Payudara

Sebagian besar orang tidak akan merasakan gejala ketika kanker payudara masih berada pada tahap awal, itulah sebabnya deteksi dini sangat penting. Kanker payudara dapat menunjukkan berbagai kombinasi gejala, terutama ketika kanker sudah lebih berkembang. Gejala kanker payudara dapat meliputi:

  1. Benjolan di payudara atau ketiak yang tidak nyeri dan terasa keras.

  2. Perubahan ukuran, bentuk, atau simetri payudara.

  3. Nyeri pada payudara yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.

  4. Kulit payudara menjadi kemerahan, bersisik, atau menyerupai kulit jeruk.

  5. Keluarnya cairan yang tidak normal dari puting, terutama jika bercampur darah.

  6. Puting tertarik ke dalam (retraksi puting) atau perubahan lain pada puting.

  7. Pembengkakan atau benjolan di area ketiak.

Orang yang menemukan benjolan abnormal di payudara sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter, meskipun benjolan tersebut tidak terasa sakit.

Benjolan payudara yang bersifat kanker lebih mungkin berhasil diobati jika masih kecil dan belum menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Kanker payudara dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan menimbulkan gejala baru.

Seringkali, tempat pertama yang terdeteksi sebagai penyebaran adalah kelenjar getah bening di bawah lengan, meskipun ada kemungkinan kelenjar getah bening yang mengandung kanker tidak bisa diraba. Seiring waktu, sel kanker dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, otak, dan tulang. Setelah mencapai organ-organ tersebut, gejala baru yang terkait dengan kanker seperti rasa sakit pada tulang atau sakit kepala dapat muncul.

Pemeriksaan Kanker Payudara

Pemeriksaan fisik dilakukan oleh tenaga medis untuk mendeteksi kelainan pada payudara. Langkah ini melibatkan:

  1. Inspeksi: Mengamati bentuk, ukuran, warna, dan kondisi kulit payudara, termasuk adanya perubahan seperti benjolan atau lesi.

  2. Palpasi: Meraba payudara dan ketiak untuk mendeteksi adanya benjolan, kekakuan, atau perubahan tekstur.

Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulan, idealnya beberapa hari setelah menstruasi selesai. Jika ditemukan perubahan yang mencurigakan, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk memastikan diagnosis kanker payudara, beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan, seperti:

  1. Mammografi: Pemeriksaan menggunakan sinar X untuk mendeteksi kelainan atau massa yang tidak teraba.

  2. Ultrasonografi (USG) Payudara: Menggunakan gelombang suara untuk melihat struktur payudara, terutama berguna pada wanita dengan jaringan payudara padat.

  3. Magnetic resonance imaging (MRI) Payudara: Memberikan gambaran lebih detail tentang jaringan payudara dan membantu menentukan penyebaran kanker.

  4. Biopsi: Mengambil sampel jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis guna memastikan ada atau tidaknya sel kanker.

  5. Tes Genetik: Untuk mengevaluasi mutasi gen BRCA atau gen lainnya yang berhubungan dengan risiko kanker payudara.

  6. CA 15-3: Tes darah untuk mengukur kadar antigen CA 15-3, yang sering meningkat pada pasien kanker payudara.

CA 15-3: Tes Marker Tumor untuk Kanker Payudara

Apa Itu CA 15-3 ?

Carbohydrate Antigen 15-3 (CA 15-3) adalah protein yang dilepaskan ke dalam darah oleh sel-sel kanker, khususnya kanker payudara. Protein ini termasuk dalam kelompok tumor marker (penanda tumor) yang dapat diukur melalui tes darah. Meskipun lebih sering dikaitkan dengan kanker payudara, CA 15-3 juga dapat meningkat pada jenis kanker lain, seperti kanker ovarium, kanker paru-paru, dan kanker hati. Namun, kadar CA 15-3 yang tinggi tidak selalu berarti seseorang memiliki kanker.

Kegunaan CA 15-3

  • Pemantauan Pengobatan Kanker Payudara

Tes CA 15-3 sering digunakan untuk memantau respon terhadap pengobatan kanker payudara, baik itu terapi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi hormon. Peningkatan kadar CA 15-3 selama pengobatan dapat menunjukkan bahwa kanker tidak merespons dengan baik terhadap terapi yang diberikan, sementara penurunan kadar CA 15-3 menunjukkan keberhasilan pengobatan.

  • Deteksi Kambuh

Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan kambuhnya kanker payudara setelah pengobatan selesai. Jika kadar CA 15-3 mulai meningkat kembali setelah pengobatan, ini bisa menjadi tanda bahwa kanker mungkin telah kembali.

  • Evaluasi Tahap Kanker Payudara

Meskipun tidak digunakan untuk deteksi dini, tes CA 15-3 dapat membantu menentukan sejauh mana kanker payudara telah menyebar atau metastasis ke bagian tubuh lainnya, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

Cara Pemeriksaan CA 15-3

Pemeriksaan CA 15-3 dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, yang kemudian dianalisis di laboratorium. Hasilnya dinyatakan dalam satuan Unit/mL (U/mL). Rentang normal biasanya di bawah 30 U/mL, tetapi nilai ini dapat bervariasi tergantung pada laboratorium.

Siapa yang Perlu Diperiksa?

  1. Pasien yang telah terdiagnosis dengan kanker payudara, khususnya stadium lanjut.

  2. Pasien yang menjalani atau telah menyelesaikan pengobatan kanker payudara.

  3. Pasien dengan riwayat kanker payudara yang memerlukan pemantauan untuk tanda-tanda kekambuhan.

Efektivitas CA 15-3

CA 15-3 tidak direkomendasikan sebagai alat skrining untuk mendeteksi kanker payudara pada populasi umum. Hal ini karena kadar CA 15-3 juga dapat meningkat pada kondisi lain, seperti:

  • Kanker lain (kanker ovarium, kanker paru-paru).

  • Penyakit hati (sirosis, hepatitis).

  • Gangguan jinak pada payudara.

Namun, CA 15-3 sangat berguna dalam konteks pemantauan terapi dan deteksi dini kekambuhan pada pasien yang telah didiagnosis kanker payudara.

Apakah CA 15-3 Bisa Digunakan untuk Skrining?

CA 15-3 tidak direkomendasikan untuk skrining kanker payudara karena sensitivitas dan spesifisitasnya yang rendah. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan peningkatan kadar CA 15-3, sehingga tes ini lebih cocok digunakan dalam pemantauan klinis pasien yang telah terdiagnosis. Sebagai alat skrining, mammografi tetap menjadi metode utama untuk mendeteksi kanker payudara pada tahap awal. Pemeriksaan ini direkomendasikan secara rutin bagi wanita berusia 40 tahun ke atas atau yang memiliki faktor risiko tinggi.

Pengobatan Kanker Payudara

Pengobatan kanker payudara bergantung pada stadium, jenis kanker, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa pilihan pengobatan meliputi:

  • Operasi:

  1. Lumpektomi: Mengangkat tumor dan jaringan sekitarnya.

  2. Mastektomi: Mengangkat seluruh payudara, terutama jika kanker sudah menyebar luas.

  3. Diseksi Kelenjar Getah Bening: Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak.

  • Terapi Radiasi: Menggunakan sinar energi tinggi untuk membunuh sel kanker yang tersisa setelah operasi.

  • Kemoterapi: Menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik sebelum maupun setelah operasi.

  • Terapi Hormonal: Untuk kanker yang sensitif terhadap hormon seperti estrogen atau progesteron.

  • Imunoterapi dan Terapi Target: Menggunakan obat yang menargetkan protein tertentu pada sel kanker.

Pencegahan Kanker Payudara

Beberapa langkah dapat diambil untuk mencegah kanker payudara, antara lain:

  1. Gaya Hidup Sehat: Mengadopsi pola makan bergizi, termasuk konsumsi buah dan sayur, rutin berolahraga, dan menjaga berat badan ideal.

  2. Hindari Alkohol dan Merokok: Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol serta berhenti merokok dapat menurunkan risiko kanker.

  3. Pemeriksaan Rutin: Melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) setiap bulan dan pemeriksaan klinis setiap tahun, terutama bagi wanita di atas 40 tahun atau yang memiliki faktor risiko.

  4. Vaksinasi HPV: Meskipun lebih dikenal untuk mencegah kanker serviks, vaksin ini juga dapat melindungi terhadap jenis kanker tertentu.

  5. Menghindari Paparan Radiasi yang Tidak Diperlukan: Misalnya, menghindari penggunaan imaging medis tanpa indikasi yang jelas.

  6. Mengontrol Stres: Melakukan meditasi, yoga, atau aktivitas yang mendukung kesehatan mental juga penting.

Komplikasi Kanker Payudara

Jika tidak ditangani, kanker payudara dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:

  1. Metastasis: Penyebaran kanker ke organ lain seperti paru-paru, hati, tulang, atau otak, yang dapat menyebabkan kegagalan organ.

  2. Limfedema: Pembengkakan pada lengan atau dada akibat gangguan aliran getah bening.

  3. Gangguan Psikologis: Depresi, kecemasan, atau stres pasca trauma akibat diagnosis dan pengobatan.

  4. Penurunan Kualitas Hidup: Kelelahan kronis, nyeri, atau gangguan fisik lainnya.

  5. Infeksi: Setelah operasi atau terapi lain, risiko infeksi pada area bekas luka atau jaringan meningkat.

Kesimpulan

Kanker payudara adalah ancaman serius yang dapat memengaruhi siapa saja, tetapi deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan. Penting bagi masyarakat untuk menyadari gejala awal, menjalani pemeriksaan rutin, dan mengadopsi gaya hidup sehat. Dengan demikian, kita dapat mengurangi risiko kanker payudara dan membantu menyebarkan kesadaran kepada masyarakat luas. Mari bersama-sama mendukung upaya pencegahan dan penanganan kanker payudara demi kesehatan kita dan orang-orang tercinta.

Sumber:

Bhushan, A., Gonsalves, A., & Menon, J. U. (2021). Current state of breast cancer diagnosis, treatment, and theranostics. Pharmaceutics, 13(5), 723.

Duffy, M. J., Shering, S., Sherry, F., McDermott, E., & O'higgins, N. (2000). CA 15–3: A prognostic marker in breast cancer. The International journal of biological markers, 15(4), 330-333.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Kanker payudara. Ayo Sehat. https://ayosehat.kemkes.go.id/penyakit/kanker-payudara

Łukasiewicz, S., Czeczelewski, M., Forma, A., Baj, J., Sitarz, R., & Stanisławek, A. (2021). Breast cancer—epidemiology, risk factors, classification, prognostic markers, and current treatment strategies—an updated review. Cancers, 13(17), 4287.

Menon G, Alkabban FM, Ferguson T. Breast Cancer. [Updated 2024 Feb 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482286/

World Health Organization. (2023, October 18). Breast cancer. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/breast-cancer