Cyfra 21-1 adalah penanda tumor untuk kanker paru. Ketahui perannya dalam deteksi dini, pemantauan pengobatan, dan evaluasi respons terapi.
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang menyerang jaringan paru-paru, organ penting yang berperan dalam sistem pernapasan. Penyakit kanker paru dapat terjadi ketika sel-sel di paru-paru mengalami mutasi genetik (tumbuh secara tidak terkendali) dan membentuk tumor. Kanker paru termasuk salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di dunia, termasuk di Indonesia.
Penyebaran Kanker Paru di Indonesia
Kanker paru adalah salah satu jenis kanker paling umum di Indonesia. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, terdapat lebih dari 38.000 kasus baru kanker paru di Indonesia setiap tahunnya. Angka ini menjadikan kanker paru sebagai salah satu dari tiga jenis kanker paling banyak di negara ini, bersama dengan kanker payudara dan kanker serviks. Prevalensi kanker paru lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita, sebagian besar karena kebiasaan merokok yang lebih banyak dilakukan pria. Selain itu, peningkatan polusi udara di perkotaan juga menjadi salah satu faktor risiko yang signifikan. Menurut data WHO, kanker paru adalah jenis kanker yang paling sering terjadi pada pria di Indonesia dan menempati peringkat kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan. Selain itu, kanker paru menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria dan penyebab kedua pada perempuan.
Penyebab Kanker Paru
Faktor utama yang menyebabkan kanker paru adalah kebiasaan merokok. Rokok mengandung lebih dari 60 zat karsinogenik yang dapat merusak sel paru-paru. Selain itu, paparan asap rokok pasif juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru. Faktor risiko lainnya meliputi:
Paparan polusi udara: Terutama partikel halus seperti PM2.5, yang dapat menembus jauh ke dalam jaringan paru.
Paparan bahan kimia berbahaya: Seperti asbes, radon, arsenik, dan bahan kimia industri lainnya yang dikenal sebagai zat karsinogenik.
Riwayat keluarga: Adanya anggota keluarga dengan kanker paru meningkatkan risiko Anda.
Riwayat penyakit paru-paru: Seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau tuberkulosis yang dapat merusak jaringan paru.
Usia dan jenis kelamin: Individu berusia di atas 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi.
Gejala Kanker Paru
Kanker paru sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga sulit terdeteksi. Namun, gejala yang muncul pada tahap lanjut dapat meliputi:
Batuk yang tidak kunjung sembuh atau semakin parah.
Batuk berdarah atau berdahak berwarna cokelat gelap.
Sesak napas atau napas terasa pendek.
Nyeri dada yang konstan, terutama saat bernapas dalam atau batuk.
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Kehilangan nafsu makan.
Kelelahan yang berlebihan atau kelemahan tubuh.
Suara serak atau perubahan suara.
Beberapa gejala tambahan, seperti pembengkakan wajah dan leher, juga dapat terjadi jika kanker menekan pembuluh darah besar di dada. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter.
Pemeriksaan oleh Dokter
Dokter akan memulai evaluasi dengan wawancara medis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan faktor risiko Anda, termasuk riwayat merokok, paparan polusi, atau riwayat keluarga dengan kanker paru. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti memeriksa suara napas dan adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher atau ketiak. Jika dicurigai adanya kanker paru, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan. Beberapa pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan meliputi:
Rontgen Dada: Digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi adanya massa atau bayangan abnormal di paru-paru.
Computed Tomography (CT Scan): Memberikan gambaran lebih detail tentang ukuran, lokasi, dan kemungkinan penyebaran tumor.
Bronkoskopi: Prosedur yang menggunakan kamera kecil untuk melihat langsung saluran pernapasan dan mengambil sampel jaringan jika diperlukan.
Biopsi: Pengambilan sampel jaringan paru untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.
Positron Emission Tomography (PET Scan): Digunakan untuk mendeteksi apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Pemeriksaan molekuler: Untuk menentukan keberadaan mutasi genetik tertentu yang dapat memengaruhi pilihan pengobatan.
Tes Cyfra 21-1: Tes darah yang dapat membantu mendeteksi dan memantau kanker paru.
Apa Itu Tes Cyfra 21-1?
Cyfra 21-1 adalah tes darah yang digunakan untuk mengukur kadar fragmen protein sitokeratin 19 yang dilepaskan oleh sel kanker, terutama pada kanker paru non-sel kecil atau non-small cell lung cancer (NSCLC). Tes ini sering digunakan sebagai penanda tumor untuk membantu diagnosis dan pemantauan kanker paru.
Cara Kerja Tes Cyfra 21-1
Tes ini bekerja dengan mengukur konsentrasi protein Cyfra 21-1 dalam sampel darah pasien. Protein ini dilepaskan oleh sel kanker yang sedang berkembang, dan tingkatannya cenderung lebih tinggi pada pasien dengan kanker paru, terutama pada stadium lanjut. Prosesnya melibatkan:
Pengambilan sampel darah.
Analisis di laboratorium menggunakan teknik immunoassay untuk mendeteksi fragmen sitokeratin 19.
Hasilnya dilaporkan dalam bentuk angka konsentrasi yang dibandingkan dengan nilai referensi normal.
Manfaat Tes Cyfra 21-1
Tes Cyfra 21-1 memiliki beberapa manfaat penting dalam penanganan kanker paru:
Membantu Diagnosis: Tes ini dapat memberikan indikasi keberadaan kanker, terutama jika dikombinasikan dengan metode lain seperti CT scan atau biopsi.
Pemantauan Efektivitas Pengobatan: Kadar Cyfra 21-1 dapat menurun jika pengobatan berhasil. Sebaliknya, peningkatan kadar dapat menandakan respons pengobatan yang kurang efektif.
Deteksi Kekambuhan: Tes ini dapat digunakan untuk memantau pasien setelah pengobatan selesai dan mendeteksi tanda-tanda kekambuhan dini.
Prognosis: Kadar Cyfra 21-1 yang tinggi sering kali dikaitkan dengan stadium kanker yang lebih lanjut dan prognosis yang lebih buruk.
Mendeteksi Penyebaran: Kadar Cyfra 21-1 juga dapat digunakan untuk membantu identifikasi apakah kanker sudah menyebar ke otak dan tulang belakang atau belum.
Efektivitas Tes Cyfra 21-1
Meskipun bermanfaat, tes Cyfra 21-1 tidak dapat digunakan sebagai metode tunggal untuk diagnosis kanker paru. Tingkat akurasinya bervariasi tergantung pada jenis dan stadium kanker. Oleh karena itu, tes ini biasanya dikombinasikan dengan prosedur diagnostik lainnya. Pada pasien kanker paru non-sel kecil, tes ini lebih efektif dibandingkan pada kanker paru sel kecil (small cell lung cancer).
Apakah Tes Cyfra 21-1 Dapat Digunakan untuk Skrining? Apa Indikasinya?
Tes Cyfra 21-1 tidak direkomendasikan untuk skrining populasi umum. Hal ini karena kadar Cyfra 21-1 yang tinggi juga dapat ditemukan pada penyakit lain seperti penyakit hati atau ginjal. Selain itu, sensitivitas tes ini pada stadium awal kanker paru relatif rendah. Oleh karena itu, tes ini lebih sering digunakan pada pasien yang sudah dicurigai atau telah terdiagnosis kanker paru.
Dokter Anda mungkin menyarankan tes Cyfra jika Anda menunjukkan gejala kanker paru-paru atau sedang menjalani terapi untuk kanker, seperti kanker paru-paru atau kelenjar getah bening.
Tes ini terutama digunakan untuk menilai dan memantau pengobatan kanker paru-paru jenis non-small cell (NSCLC). Untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan informasi tambahan, dokter mungkin juga menyarankan tes lain sebagai pendamping tes Cyfra.
Peran Tes Cyfra 21-1 dalam Pengobatan Kanker Paru
Selain membantu diagnosis dan pemantauan, tes Cyfra 21-1 juga berperan dalam perencanaan pengobatan. Dokter dapat menggunakan hasil tes ini untuk:
Menentukan apakah pasien perlu menjalani terapi tambahan seperti kemoterapi atau radioterapi.
Memantau keberhasilan terapi target atau imunoterapi.
Memberikan informasi tambahan mengenai prognosis pasien.
Skrining dan Deteksi Dini
Hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker paru secara umum. Metode deteksi dini kanker paru direkomendasikan terbatas pada kelompok pasien resiko tinggi sehingga dapat meningkatkan peluang pengobatan yang berhasil. Skrining dengan low-dose CT scan (LDCT) individu dengan risiko tinggi, seperti:
Perokok berat atau mantan perokok yang berhenti kurang dari 15 tahun lalu.
Berusia 50 tahun ke atas.
Memiliki riwayat paparan bahan kimia berbahaya.
LDCT terbukti efektif mendeteksi kanker paru pada tahap awal, sebelum muncul gejala yang signifikan, sehingga pengobatan dapat dimulai lebih cepat.
Pengobatan Kanker Paru
Pengobatan kanker paru tergantung pada jenis kanker (kanker paru sel kecil atau kanker paru non-sel kecil), stadium penyakit, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Berikut adalah metode pengobatan yang umum dilakukan:
Operasi: Mengangkat tumor dan sebagian jaringan paru di sekitarnya, terutama untuk kanker yang belum menyebar luas.
Kemoterapi: Menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker, baik sebelum maupun sesudah operasi.
Radioterapi: Menggunakan sinar energi tinggi untuk menghancurkan sel kanker, sering digunakan bersamaan dengan kemoterapi.
Terapi Target: Obat-obatan khusus yang menyerang molekul tertentu yang mendukung pertumbuhan kanker, seperti EGFR atau ALK inhibitors.
Imunoterapi: Merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan sel kanker.
Pengobatan paliatif: Bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama pada kanker stadium lanjut.
Peran Tes Cyfra 21-1 dalam Pengobatan Kanker Paru
Selain membantu diagnosis dan pemantauan, tes Cyfra 21-1 juga berperan dalam perencanaan pengobatan. Dokter dapat menggunakan hasil tes ini untuk:
Menentukan apakah pasien perlu menjalani terapi tambahan seperti kemoterapi atau radioterapi.
Memantau keberhasilan terapi target atau imunoterapi.
Memberikan informasi tambahan mengenai prognosis pasien.
Pencegahan Kanker Paru
Mencegah kanker paru lebih baik daripada mengobatinya. Berikut langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko:
Berhenti merokok: Kebiasaan ini dapat secara signifikan mengurangi risiko kanker paru.
Hindari paparan asap rokok: Juga dikenal sebagai perokok pasif.
Kurangi paparan polusi udara: Dengan menggunakan masker atau menghindari area dengan kualitas udara buruk.
Hindari paparan bahan kimia berbahaya: Gunakan alat pelindung diri jika bekerja di lingkungan dengan risiko tinggi.
Konsumsi makanan sehat: Buah dan sayur yang kaya antioksidan dapat membantu melindungi sel-sel tubuh.
Rutin olahraga: Aktivitas fisik dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan paru-paru.
Komplikasi Kanker Paru
Kanker paru dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius jika tidak segera ditangani, seperti:
Penyebaran ke organ lain: Kanker dapat bermetastasis ke otak, tulang, hati, atau organ lainnya, menyebabkan disfungsi organ.
Efusi pleura: Penumpukan cairan di rongga pleura yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan sesak napas.
Infeksi paru-paru: Saluran pernapasan yang terblokir oleh tumor dapat meningkatkan risiko infeksi.
Nyeri kronis: Penyebaran kanker ke tulang atau jaringan lainnya dapat menyebabkan nyeri yang sulit diatasi.
Gangguan psikologis: Seperti kecemasan atau depresi yang dapat memengaruhi kualitas hidup pasien.
Kesimpulan
Kanker paru adalah penyakit serius yang memerlukan perhatian khusus. Dengan mengenali gejala, melakukan pemeriksaan rutin, dan menerapkan gaya hidup sehat, risiko kanker paru dapat ditekan. Skrining juga penting bagi individu berisiko tinggi untuk mendeteksi kanker pada tahap awal. Tes Cyfra 21-1 adalah salah satu alat yang dapat mendukung diagnosis dan pemantauan kanker paru, meskipun tidak cocok untuk skrining populasi umum. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peluang kesembuhan pasien dapat meningkat secara signifikan.
Sumber:
Global Cancer Observatory (GLOBOCAN). (2022). Lung Cancer Statistics. Diakses dari https://gco.iarc.fr
National Cancer Institute. (2022). Lung Cancer Screening and Diagnosis. Diakses dari https://www.cancer.gov
Indonesia, P. D. P., Indonesia, P. D. S. O. R., Indonesia, I. A. P. A., Fisik, P. D. S. K., & Indonesia, R. (2016). Pedoman nasional pelayanan kedokteran: Kanker paru. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1-3.
Goldstraw, P., et al. (2016). The IASLC Lung Cancer Staging Project. Journal of Thoracic Oncology, 11(1), 39-51. https://doi.org/10.1016/j.jtho.2015.12.014
Molina, J. R., et al. (2008). Cytokeratin-19 fragment (CYFRA 21-1) as a tumor marker for lung cancer. Clin Lung Cancer, 9(6), 345-351. https://doi.org/10.3816/CLC.2008.n.050
Wieskopf B, Demangeat C, Purohit A, Stenger R, Gries P, Kreisman H, Quoix E. Cyfra 21-1 as a biologic marker of non-small cell lung cancer. Evaluation of sensitivity, specificity, and prognostic role. Chest. 1995 Jul;108(1):163-9. doi: 10.1378/chest.108.1.163. PMID: 7541742.