Sirosis Hepatis: Memahami Penyakit Hati, Gejala Awal, dan Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Sirosis Hepatis: Memahami Penyakit Hati, Gejala Awal, dan Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin

10/03/2025Bumame

Memahami lebih dalam mengenai sirosis hepatis mencakup penyebab, gejala, tahapan, komplikasi, pemeriksaan, penanganan, dan pencegahan. Kenali sirosis hepatis dan dapati penanganan yang tepat sedini mungkin!

Sirosis hepatis merupakan kondisi kronis kerusakan hati akibat pembentukan jaringan parut (fibrosis) yang dapat merusak struktur serta fungsi hati. Kondisi ini merupakan tahap akhir dari beberapa penyakit hati kronis, diantaranya pada hepatitis B dan C, perlemakan hati akibat alkohol, dan perlemakan hati non-alkohol.

Sirosis hati dapat terjadi di berbagai usia, tetapi lebih umum terjadi pada individu berusia 40 hingga 60 tahun. Namun, dengan meningkatnya prevalensi obesitas dan penyakit hepatitis, kasus sirosis juga semakin banyak ditemukan pada orang yang lebih muda. Komplikasi serius dari sirosis hepatis berupa dekompensasi (gagal kompensasi terhadap kerusakan) yang dapat menyebabkan ascites, varises esofagus, dan ensefalopati hepatik. Dibutuhkan pengecekan dan penanganan dini untuk mencegah komplikasi serius. Dalam artikel ini akan dibahas lebih dalam mengenai sirosis hepatis mencakup penyebab, gejala, tahapan, komplikasi, pemeriksaan, penanganan, dan pencegahan.

Penyebab Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis terjadi akibat kerusakan hati kronis yang memicu pembentukan jaringan parut sehingga terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi hati. Penyebab utamanya meliputi:

  1. Hepatitis Kronis: Hepatitis B dan C adalah faktor utama terjadinya kerusakan hati secara bertahap.

  2. Konsumsi Alkohol Berlebih: Alkohol yang berlebih dapat memicu peradangan hingga terjadi fibrosis hati.

  3. Perlemakan Hati Non-alkohol (NAFLD): Perlemakan hati yang terjadi karena obesitas, diabetes, atau resistensi insulin sehingga menyebabkan peradangan pada hati yang berujung pada fibrosis hati jika tidak ditangani dengan baik.

  4. Penyakit Autoimun: Gangguan seperti hepatitis autoimun atau sirosis bilier primer.

  5. Penyakit Metabolik: Gangguan genetik seperti hemokromatosis dan penyakit Wilson.

Gejala Awal Sirosis Hepatis

Gejala awal sirosis hepatis sering kali tidak jelas dan tidak disadari hingga terjadi kerusakan hati yang signifikan. Beberapa gejala awal yang mungkin muncul meliputi:

  1. Kelelahan - Penderita sering merasa lelah walaupun tidak melakukan aktivitas berat.

  2. Penurunan berat badan yang tidak dijelaskan - Penurunan berat badan yang tidak disengaja dan tidak terkait dengan perubahan pola makan.

  3. Kehilangan nafsu makan - Penurunan keinginan untuk makan sehingga berakibat pada kekurangan nutrisi.

  4. Mual ringan - Rasa mual yang berlangsung lama tanpa penyebab yang jelas.

  5. Nyeri atau ketidaknyamanan di perut bagian kanan atas - Biasanya terjadi akibat pembesaran hati.

  6. Gatal pada kulit (pruritus) - Dapat terjadi akibat penumpukan zat tertentu dalam darah yang biasanya disaring oleh hati sehingga menyebabkan rasa gatal pada kulit.

Pada tahap awal, hasil pemeriksaan laboratorium sering kali tidak menunjukkan kelainan yang signifikan. Namun, temuan seperti peningkatan enzim hati atau kelainan pada hasil USG abdomen dapat menjadi tanda awal adanya gangguan fungsi hati.

Identifikasi dini sangat penting untuk mencegah perkembangan lebih lanjut. Orang dengan faktor risiko seperti konsumsi alkohol berlebih, riwayat hepatitis, atau obesitas dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin untuk mendeteksi penyakit hati sedini mungkin.

Tahapan Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis berkembang melalui beberapa tahap berdasarkan tingkat kerusakan hati dan komplikasi yang terjadi:

  • Tahap Sirosis Terkompensasi

Tahap dimana hati masih mampu melakukan kompensasi dengan menjalankan sebagian besar fungsinya meskipun sudah terdapat kerusakan. Pasien biasanya tidak menunjukkan gejala yang jelas atau hanya memiliki gejala ringan seperti kelelahan atau kehilangan nafsu makan. Angka harapan hidup pada tahap ini relatif tinggi jika segera terdeteksi dan ditangani dengan baik​.

  • Tahap Sirosis Dekompensasi

Tahapan dimana terjadi kerusakan hati lebih lanjut akibat hati sudah tidak lagi mampu melakukan kompensasi terhadap kerusakan yang terjadi, menyebabkan kegagalan fungsi hati dan munculnya komplikasi seperti ascites (penumpukan cairan di perut), varises esofagus, ikterus (kulit dan mata menguning), dan ensefalopati hepatik (gangguan fungsi otak akibat racun yang tidak dapat dibuang oleh hati). Angka kematian dalam satu tahun meningkat drastis pada tahap ini​.

  • Gagal Hati Akut Kronis (ACLF - Acute-on-Chronic Liver Failure)

Pada tahap ini, pasien mengalami kerusakan organ yang signifikan di luar hati, seperti gagal ginjal atau paru-paru, yang disebabkan oleh sirosis dan komplikasi lain. ACLF memiliki tingkat kematian jangka pendek yang sangat tinggi. Penanganan dini sangat penting untuk memperpanjang harapan hidup pasien​.

Setiap tahap menunjukkan tingkat keparahan yang semakin meningkat. Identifikasi diagnosis dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pemeriksaan rutin dan identifikasi dini komplikasi menjadi kunci dalam mengendalikan progresivitas penyakit.

Pemeriksaan Sirosis Hepatis

Mendiagnosis sirosis hepatis melibatkan berbagai pemeriksaan untuk menilai fungsi hati, struktur, dan potensi komplikasi yang mungkin terjadi. Berikut adalah metode utama yang digunakan:

  • Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan awal melibatkan evaluasi berdasarkan gejala yang dirasakan oleh pasien dan gejala klinis, seperti jaundice (kulit dan mata kuning), pembengkakan perut (ascites), dan tanda-tanda lain seperti spider nevi atau pembesaran vena pada tubuh. Riwayat konsumsi alkohol, paparan hepatitis, dan faktor risiko lainnya juga dinilai.

  • Tes Laboratorium Darah

  1. Panel Fungsi Hati: Mengukur enzim hati seperti ALT, AST, Gamma GT, alkaline phosphatase, bilirubin, dan albumin. Sirosis sering menunjukkan rasio AST:ALT lebih dari 1 dan kadar albumin rendah.

  2. Indeks Koagulasi: Pemeriksaan prothrombin time (PT) atau international normalized ratio (INR) untuk menilai kemampuan pembekuan darah, yang kemungkinan terganggu pada pasien dengan sirosis.

  3. Tes Penunjang: Meliputi serologi hepatitis, tes autoimun, dan kadar ferritin atau saturasi transferin untuk penyebab seperti hemokromatosis.

  • Pencitraan

  1. Ultrasonografi (USG): Digunakan untuk melihat nodularitas hati, pembesaran limpa, dan cairan ascites.

  2. Elastografi (USG Fibroscan): Mengukur kekakuan hati untuk mendeteksi fibrosis.

  3. CT Scan atau MRI: Digunakan untuk menilai struktur hati secara lebih mendetail, termasuk mendeteksi tumor seperti hepatocellular carcinoma (HCC).

  • Biopsi Hati

Biopsi merupakan standar emas untuk diagnosis sirosis hepatis, terutama jika dari hasil pemeriksaan non-invasif diagnosis masih tidak jelas. Prosedur ini merupakan prosedur invasif.

  • Endoskopi Saluran Cerna Atas

Digunakan untuk mendeteksi varises esofagus sebagai komplikasi dari hipertensi portal.

  • Tes Darah Non-Invasif

Beberapa indeks berbasis darah seperti APRI (AST to Platelet Ratio Index) atau FIB-4 dapat memberikan gambaran tingkat fibrosis tanpa biopsi.

Pemeriksaan dini sangat penting untuk memastikan pengelolaan yang efektif dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pendekatan kombinasi antara tes laboratorium, pencitraan, dan pemeriksaan klinis dapat memberikan hasil yang optimal.

Bumame menyediakan jenis pemeriksaan yang relevan dengan pemeriksaan penunjang untuk sirosis hepatis. Pemeriksaan tersebut termasuk ke dalam rangkaian medical check-up dengan fokus pada Tes Fungsi Hati, yang melibatkan pengecekan enzim hati berupa SGOT (AST), SGPT (ALT), dan Gamma GT dengan harga Rp288.000. Tes ini digunakan untuk mendeteksi gangguan fungsi hati yang mungkin saja disebabkan oleh sirosis hepatis. Tes dilakukan menggunakan sampel darah. Pasien tidak perlu melakukan persiapan berupa puasa namun perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika ada obat-obatan yang dikonsumsi.

Selain itu, Bumame juga menawarkan item pemeriksaan lainnya untuk mengecek kondisi lainnya yang berhubungan dengan kondisi sirosis hepatis, seperti pemeriksaan Hepatitis, pemeriksaan kondisi metabolik seperti pemeriksaan kadar kolesterol dan glukosa, dan pemeriksaan lainnya. Hasil pemeriksaan dapat membantu dokter memberikan diagnosis juga merekomendasikan perawatan yang tepat mengenai sirosis hepatis.

Komplikasi Sirosis Hepatis

Komplikasi sirosis hepatis merupakan akibat dari gangguan fungsi hati dan meningkatnya tekanan darah portal (portal hypertension). Berikut adalah beberapa komplikasi utama yang sering terjadi:

  1. Ascites: Penumpukan cairan di rongga perut yang merupakan komplikasi paling umum dari sirosis. Kondisi ini terjadi akibat kombinasi tekanan portal yang meningkat dan gangguan fungsi hati dalam memproduksi albumin sehingga cairan keluar dari pembuluh darah dan menumpuk di rongga perut.

  2. Perdarahan Varises: Tekanan darah portal yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan varises di kerongkongan atau lambung. Ketika varises pecah, dapat terjadi perdarahan masif yang dapat mengancam nyawa.

  3. Hepatic Encephalopathy (HE): Penumpukan amonia dan racun lain di otak akibat ketidakmampuan hati untuk melakukan detoksifikasi. Gejala meliputi perubahan kepribadian, kebingungan, penurunan kesadaran, hingga koma.

  4. Hepatorenal Syndrome (HRS): Gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh perubahan sirkulasi darah akibat sirosis.

  5. Hepatocellular Carcinoma (HCC): Sirosis meningkatkan risiko berkembangnya kanker hati primer, terutama pada pasien dengan riwayat hepatitis B atau C.

  6. Infections: Pasien dengan sirosis memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi, termasuk infeksi bakteri spontan pada cairan ascites (spontaneous bacterial peritonitis).

Pengobatan Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis memerlukan penanganan yang bertujuan menghambat progresivitas penyakit, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut adalah pendekatan utama dalam pengobatan sirosis hepatis:

  • Penanganan Penyebab Utama

Pengobatan diarahkan pada faktor yang menyebabkan sirosis:

  1. Hepatitis Virus: Pengobatan antivirus pada hepatitis seperti direct-acting antivirals (DAAs) untuk hepatitis C atau obat antivirus untuk hepatitis B dapat memperlambat perkembangan kerusakan hati.

  2. Alkohol: Menghentikan konsumsi alkohol sangat penting bagi pasien dengan sirosis akibat alkohol. Dukungan seperti konseling dan terapi rehabilitasi dapat membantu.

  3. NAFLD/NASH: Pengelolaan melibatkan perubahan gaya hidup, seperti penurunan berat badan melalui diet sehat dan aktivitas fisik.

  • Pengelolaan Komplikasi

  1. Ascites: Diuretik (spironolactone atau furosemide) digunakan untuk mengurangi retensi cairan, sementara paracentesis dapat dilakukan pada kasus berat.

  2. Varises Esofagus: Terapi beta-blocker atau ligasi varises untuk mencegah perdarahan.

  3. Hepatic Encephalopathy: Lactulose atau rifaximin digunakan untuk mengurangi kadar amonia dalam darah.

  4. Hepatorenal Syndrome: Terapi meliputi pemberian vasokonstriktor (misalnya terlipressin) dan albumin intravena.

  • Terapi Dukungan Hati

Nutrisi yang baik untuk hati, termasuk suplemen vitamin dan mineral, kurkumin, diperlukan untuk mendukung fungsi hati. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan vaksinasi terhadap hepatitis A dan B serta infeksi lain yang dapat memperburuk kondisi hati.

  • Transplantasi Hati

Pada tahap akhir sirosis atau ketika komplikasi tidak dapat dikendalikan, transplantasi hati menjadi pilihan utama. Penilaian yang cermat diperlukan untuk menentukan kelayakan pasien dan donor.

  • Pendekatan Eksperimental

Terapi berbasis sel punca dan pengobatan inovatif lain sedang diteliti untuk mengatasi sirosis yang tidak responsif terhadap pengobatan konvensional.

Jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan atau memiliki faktor risiko untuk sirosis hati, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan berupa medical check-up utamanya tes fungsi hati. Pemeriksaan dini dapat membantu mendeteksi masalah pada hati Anda sebelum menjadi lebih serius. Jangan tunggu sampai terlambat untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan yang menyeluruh!

Sumber

Jagdish T, Kulkarni A, Sharma A. Pathophysiology and management of liver cirrhosis: From portal hypertension to acute-on-chronic liver failure. Front Med (Lausanne) [Internet]. 2023 [cited 2024 Dec 5];10:1060073. Available from: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmed.2023.1060073/full

Yadav D, Lowenfels AB. The epidemiology of pancreatitis and pancreatic cancer. Gastroenterol [Internet]. 2013 Apr;5(2):79–91. Available from: https://academic.oup.com/gastro/article/5/2/79/3738285

Yadav D, Lowenfels AB. Pancreatitis and pancreatic cancer: Causal links and strategies for prevention. Gastroenterol [Internet]. 2019 Jul;7(4):227–39. Available from: https://academic.oup.com/gastro/article/7/4/227/5513231

Schmitz RJ. Diagnosis and management of cirrhosis and its complications. Am Fam Physician [Internet]. 2019 Dec 15;100(12):759–70. Available from: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2019/1215/p759.html

Wilkins T, Tadkod A, Hepburn I, Schade RR. Nonalcoholic fatty liver disease: Diagnosis and management. BMC Med [Internet]. 2017 Oct;15(1):166. Available from: https://bmcmedicine.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12916-017-0966-6

Cirrhosis. Mayo Clinic [Internet]. 2023 [cited 2024 Dec 5]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cirrhosis/symptoms-causes/syc-20351487

Wang F, Wang H, Han D. Emerging approaches for diagnosing cirrhosis. J Clin Med [Internet]. 2022;11(21):6512. Available from: https://www.mdpi.com/2077-0383/11/21/6512