Lupus adalah penyakit autoimun yang membuat sistem imun menyerang tubuh. Kenali gejala, penyebab, dan pentingnya diagnosis dini.
Penyakit lupus sering kali menjadi topik pembicaraan di kalangan masyarakat karena kompleksitas dan dampaknya terhadap kualitas hidup penderitanya. Penyakit autoimun yang satu ini tidak hanya mempengaruhi kulit, tetapi juga organ-organ vital seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.
Apa itu Lupus?
Lupus adalah kondisi yang menyebabkan peradangan di seluruh tubuh. Penyakit ini tergolong autoimun, yang berarti sistem kekebalan tubuh justru menyerang jaringan sehat alih-alih melindunginya. Dalam kondisi normal, sistem kekebalan bekerja untuk melawan infeksi. Namun, pada penderita lupus, tubuh secara keliru mengenali sel-sel sehat sebagai ancaman dan memicu peradangan yang berlebihan. Peradangan ini dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada organ dan jaringan, sehingga pengelolaan penyakit memerlukan pendekatan multidisiplin dan terapi yang berkelanjutan.
Gejala lupus dapat muncul di berbagai bagian tubuh, tergantung pada area yang terdampak, termasuk:
Kulit
Darah
Sendi
Ginjal
Otak
Jantung
Paru-paru
Jika Anda mengalami nyeri baru, ruam, atau perubahan pada kulit, rambut, atau mata, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Apa Penyebab Lupus?
Para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan lupus. Namun, penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor tertentu terkait kesehatan dan lingkungan dapat memicu penyakit ini, di antaranya:
Faktor Genetik: Mutasi gen tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena lupus.
Hormon: Respons tubuh terhadap hormon tertentu, terutama estrogen, dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya lupus.
Faktor Lingkungan: Paparan polusi, sinar matahari, atau kondisi tempat tinggal tertentu dapat memengaruhi risiko lupus.
Riwayat Kesehatan: Kebiasaan merokok, tingkat stres, serta riwayat penyakit tertentu (termasuk penyakit autoimun lainnya) dapat menjadi pemicu lupus.
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) jauh lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, dengan perbandingan hampir 10 banding 1. Penyakit ini dapat muncul pada usia berapa pun, namun paling sering menyerang wanita muda berusia 15 hingga 44 tahun.
Gejala yang Bisa Timbul pada Penderita Lupus
Gejala lupus berbeda pada setiap individu dan bisa datang serta pergi. Semua penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) akan mengalami nyeri dan pembengkakan sendi pada suatu waktu. Beberapa bahkan mengembangkan radang sendi (arthritis). SLE umumnya memengaruhi sendi di jari, tangan, pergelangan tangan, dan lutut.
Gejala Umum Lupus:
Nyeri dada saat menarik napas dalam
Kelelahan ekstrem
Demam tanpa penyebab yang jelas
Perasaan tidak enak badan (malaise)
Rambut rontok
Penurunan berat badan
Luka di mulut
Sensitivitas terhadap sinar matahari
Ruam kulit: Sekitar 50% penderita lupus mengalami ruam berbentuk kupu-kupu di pipi dan pangkal hidung. Ruam ini bisa menyebar dan memburuk akibat paparan sinar matahari.
Pembengkakan kelenjar getah bening
Gejala Berdasarkan Organ yang Terkena:
Otak & Sistem Saraf: Sakit kepala, kelemahan, mati rasa, kesemutan, kejang, gangguan penglihatan, perubahan memori atau kepribadian
Saluran Pencernaan: Nyeri perut, mual, muntah
Jantung: Gangguan katup jantung, peradangan otot jantung atau perikardium (kantung di sekitar jantung)
Paru-paru: Penumpukan cairan di rongga pleura, sesak napas, batuk darah
Kulit: Luka di dalam mulut
Ginjal: Pembengkakan di kaki akibat gangguan fungsi ginjal
Sirkulasi Darah: Pembekuan darah di pembuluh darah, peradangan pembuluh darah, penyempitan arteri akibat dingin (Fenomena Raynaud)
Gangguan darah: Anemia, rendahnya jumlah sel darah putih atau trombosit
Beberapa orang hanya mengalami gejala pada kulit, yang dikenal sebagai lupus diskoid.
Gambar 1. Gambaran Umum Bentuk Ruam seperti Kupu-kupu.
Fitzpatrick's dermatology in general medicine. K. Wolff, & L. A. Goldsmith (Eds.). New York: McGraw-Hill.
Bagaimana Lupus Didiagnosis?
Dokter akan mendiagnosis lupus melalui pemeriksaan fisik dan serangkaian tes. Mereka akan mengevaluasi gejala yang Anda alami dan mendiskusikan perubahan yang terjadi pada tubuh Anda. Pastikan untuk memberi tahu kapan pertama kali Anda merasakan gejala atau perubahan tersebut.
Selain itu, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, termasuk penyakit yang sedang diderita dan bagaimana Anda mengelolanya.
Mendiagnosis lupus tidaklah mudah karena penyakit ini bisa memengaruhi berbagai bagian tubuh dan menimbulkan beragam gejala. Bahkan perubahan kecil yang tampak tidak biasa bagi Anda bisa menjadi petunjuk penting. Jangan ragu untuk memberi tahu dokter tentang apa pun yang Anda rasakan.
Pemeriksaan Lanjutan oleh Dokter
Diagnosis lupus melibatkan gejala spesifik, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Hampir semua penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) memiliki hasil positif untuk Antinuklear Antibodi (ANA). Namun, hasil ANA positif saja tidak cukup untuk memastikan lupus. Tes yang Digunakan untuk Mendiagnosis Lupus:
Tes Dasar:
Antinuclear Antibody (ANA)
Complete Blood Count (CBC)
Rontgen dada (Chest X-ray)
Serum Kreatinin (untuk mengevaluasi fungsi ginjal)
Urinalisis (untuk mendeteksi protein atau darah dalam urin)
Tes Tambahan untuk Menilai Kondisi Pasien:
Panel ANA
Komponen komplemen (C3 dan C4)
Antibodi terhadap DNA untai ganda
Coombs test langsung
Cryoglobulin
Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
Tes fungsi ginjal dan hati
Rheumatoid Factor
Antibodi antiphospholipid dan lupus anticoagulant test
Biopsi ginjal (jika diduga ada keterlibatan ginjal)
Pemeriksaan pencitraan jantung, otak, paru-paru, sendi, otot, atau usus
Kombinasi dari pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan hasil tes laboratorium akan membantu dokter memastikan diagnosis lupus dan menentukan tingkat keparahannya.
Pengobatan Lupus
Saat ini, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) belum memiliki obat yang dapat menyembuhkannya. Tujuan utama pengobatan adalah mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika lupus menyerang organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal, atau sistem saraf, pasien mungkin memerlukan perawatan oleh spesialis.
Setiap penderita lupus perlu dievaluasi berdasarkan:
Seberapa aktif penyakitnya
Bagian tubuh yang terdampak
Jenis pengobatan yang sesuai
Pengobatan untuk Lupus Ringan:
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk meredakan nyeri sendi dan pleuritis (peradangan pada selaput paru). Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakannya.
Kortikosteroid dosis rendah (seperti prednison) untuk mengatasi gejala pada kulit dan sendi.
Krim kortikosteroid untuk ruam kulit.
Hydroxychloroquine, obat yang juga digunakan untuk malaria, efektif dalam mengelola lupus.
Methotrexate dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada kortikosteroid.
Obat biologis seperti belimumab dan anifrolumab mungkin membantu pada beberapa pasien.
Pengobatan untuk Lupus Parah:
Kortikosteroid dosis tinggi untuk meredakan peradangan hebat.
Obat imunosupresif untuk menekan sistem kekebalan tubuh jika lupus menyerang organ vital atau jika kortikosteroid tidak cukup efektif. Obat yang sering digunakan meliputi:
Mycophenolate
Azathioprine
Cyclophosphamide
Voclosporin
Rituximab
Obat pengencer darah seperti warfarin jika pasien mengalami gangguan pembekuan darah seperti antiphospholipid syndrome.
Pencegahan yang Dapat Dilakukan
Karena lupus merupakan penyakit autoimun dengan faktor penyebab yang kompleks, pencegahan primer yang sepenuhnya mencegah munculnya penyakit ini belum memungkinkan. Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko flare-up dan memperlambat perkembangan penyakit:
Perlindungan Terhadap Sinar Matahari: Mengingat paparan sinar UV dapat memicu flare-up, penderita lupus disarankan untuk selalu menggunakan tabir surya, mengenakan pakaian pelindung, dan menghindari paparan sinar matahari langsung pada jam-jam puncak.
Manajemen Stres: Stres emosional dan fisik dapat memperburuk gejala lupus. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan olahraga ringan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan.
Pola Makan Sehat: Diet seimbang yang kaya akan buah, sayuran, dan asam lemak omega-3 diketahui dapat membantu mengurangi peradangan. Menghindari makanan olahan dan berlemak tinggi juga dianjurkan.
Hindari Infeksi: Karena infeksi dapat memicu reaksi imun yang abnormal, menjaga kebersihan dan mengikuti anjuran vaksinasi yang direkomendasikan oleh dokter dapat membantu mencegah infeksi yang dapat memicu flare-up.
Pemeriksaan Rutin: Bagi individu yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit autoimun atau memiliki gejala yang mencurigakan, pemeriksaan rutin ke dokter sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Langkah-langkah pencegahan ini, meskipun tidak dapat sepenuhnya mencegah lupus, dapat membantu meminimalkan frekuensi dan keparahan serangan, serta memperbaiki kualitas hidup penderita.
Apa yang Dapat Diharapkan Jika Mengidap Lupus?
Lupus adalah penyakit kronis yang akan membutuhkan manajemen gejala seumur hidup. Karena sifatnya yang tidak dapat diprediksi, lupus dapat berubah seiring waktu, baik dalam intensitas maupun area tubuh yang terdampak. Oleh karena itu, pemantauan rutin oleh tenaga medis sangat penting untuk mendeteksi perubahan gejala dan menyesuaikan pengobatan.
Perawatan Jangka Panjang:
Kunjungan rutin ke dokter untuk mengevaluasi perkembangan penyakit.
Bekerja sama dengan tim medis, termasuk dokter spesialis yang menangani gejala tertentu.
Berkonsultasi dengan ahli reumatologi, yaitu dokter yang mengkhususkan diri dalam penyakit autoimun dan gangguan sendi.
Setiap penderita lupus memiliki perjalanan penyakit yang berbeda, sehingga pendekatan pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing individu. Dengan manajemen yang baik, penderita lupus tetap dapat menjalani kehidupan yang berkualitas.
Lupus merupakan penyakit autoimun yang kompleks dengan berbagai manifestasi klinis. Dari definisi hingga komplikasi, penyakit ini menuntut pengetahuan yang mendalam serta pendekatan multidisiplin untuk diagnosis dan pengobatannya. Dengan pemahaman yang lebih baik, pencegahan melalui gaya hidup sehat, dan akses ke pemeriksaan serta pengobatan yang tepat, penderita lupus dapat menjalani kehidupan yang lebih produktif dan bermakna.
Bagi Anda yang merasa mengalami gejala-gejala seperti ruam kulit yang tidak biasa, nyeri sendi, kelelahan yang ekstrem, atau demam tanpa sebab yang jelas, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini dan penanganan yang tepat adalah kunci utama untuk mengurangi dampak penyakit lupus serta mencegah komplikasi yang lebih serius.
Sumber:
Centers for Disease Control and Prevention. (2024). Lupus: About lupus. Retrieved from https://www.cdc.gov/lupus/about/index.html
Shaikh MF, Jordan N, D'Cruz DP. Systemic lupus erythematosus. Clin Med (Lond). 2017 Feb;17(1):78-83. doi: 10.7861/clinmedicine.17-1-78. PMID: 28148586; PMCID: PMC6297589.
MedlinePlus. (2024). Systemic lupus erythematosus. Retrieved from https://medlineplus.gov/genetics/condition/systemic-lupus-erythematosus/
Justiz Vaillant AA, Goyal A, Varacallo MA. Systemic Lupus Erythematosus. [Updated 2023 Aug 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535405/
García-Carrasco M, Mendoza Pinto C, Solís Poblano JC, et al. Systemic lupus erythematosus. In: Anaya JM, Shoenfeld Y, Rojas-Villarraga A, et al., editors. Autoimmunity: From Bench to Bedside [Internet]. Bogota (Colombia): El Rosario University Press; 2013 Jul 18. Chapter 25. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459474/
Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. S., & Leffell, D. J. (2008). Fitzpatrick's dermatology in general medicine (p. 2104). K. Wolff, & L. A. Goldsmith (Eds.). New York: McGraw-Hill.