PrEP: Terobosan Pencegahan HIV, Siapa yang Membutuhkannya?

PrEP: Terobosan Pencegahan HIV, Siapa yang Membutuhkannya?

17/04/2025Bumame

PrEP adalah inovasi pencegahan HIV yang efektif. Cari tahu siapa yang sebaiknya menggunakannya dan bagaimana cara kerjanya melindungi tubuh.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini secara perlahan merusak sel-sel T (CD4), sel-sel penting dalam mempertahankan tubuh dari berbagai infeksi. Jika tidak ditangani, infeksi HIV dapat berkembang menjadi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), kondisi dimana sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah sehingga rentan terhadap infeksi oportunistik dan beberapa jenis kanker.

Menurut World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control (CDC), HIV telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun demikian, kemajuan dalam pengobatan dan pencegahan telah memungkinkan banyak orang yang hidup dengan HIV untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan usia yang lebih panjang.

Kasus HIV/AIDS di Indonesia

Di Indonesia, kasus HIV/AIDS terus menjadi isu kesehatan masyarakat yang signifikan. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah kasus HIV terus meningkat, terutama di kalangan kelompok yang berisiko tinggi seperti pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, dan remaja. Meskipun upaya edukasi dan pencegahan terus dilakukan, stigma dan diskriminasi masih menjadi hambatan besar dalam penanganan penyakit ini.

Cara Penyebaran HIV

HIV terutama menyebar melalui tiga jalur utama:

  1. Transmisi Seksual: Kontak seksual tanpa perlindungan dengan pasangan yang terinfeksi, baik melalui hubungan vaginal, anal, maupun oral. Risiko penularan meningkat jika terdapat luka atau infeksi menular seksual lain.

  2. Penggunaan Jarum Suntik Bersama: Penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pengguna narkoba suntik menjadi salah satu faktor utama penyebaran HIV.

  3. Transmisi dari Ibu ke Anak: HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui jika tidak dilakukan intervensi pencegahan yang tepat.

Selain tiga jalur tersebut, meskipun sangat jarang, HIV juga bisa ditularkan melalui transfusi darah yang tidak aman dan penggunaan alat medis yang tidak steril.

Apa Itu Obat PrEP?

Profilaksis berarti pencegahan penyakit. Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) adalah obat yang dikonsumsi oleh individu yang berisiko tertular HIV untuk mencegah infeksi HIV melalui hubungan seksual atau penggunaan narkoba suntik. Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP) merupakan sebuah strategi pencegahan untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV pada orang yang belum terinfeksi, tetapi memiliki risiko tinggi terpapar virus. PrEP adalah terapi preventif yang melibatkan konsumsi obat antiretroviral setiap hari. Obat ini bekerja dengan mencegah replikasi virus dalam tubuh, sehingga jika terjadi paparan HIV, virus tidak dapat berkembang biak dan menginfeksi sel-sel kekebalan tubuh.

Jenis-Jenis Obat PrEP

PrEP yang saat ini tersedia di pasar internasional dan mulai diperkenalkan di Indonesia umumnya terdiri dari dua jenis:

  1. Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF) + Emtricitabine (FTC): PrEP ditujukan bagi semua orang yang berisiko tertular HIV melalui hubungan seksual atau penggunaan narkoba suntik.

  2. Tenofovir Alafenamide (TAF) + Emtricitabine (FTC): PrEP ditujukan bagi orang yang berisiko tertular HIV melalui hubungan seksual, dan berisiko tertular HIV dari hubungan seks vaginal.

Selain dua kombinasi utama tersebut, penelitian terus dilakukan untuk mencari alternatif PrEP yang mungkin lebih mudah dikonsumsi, seperti formulasi injeksi atau cincin vagina, terutama bagi wanita yang berisiko tinggi.

Kandungan Obat PrEP dan Cara Konsumsinya

Obat PrEP yang paling umum, yaitu kombinasi TDF/FTC, mengandung dua bahan aktif:

  1. Tenofovir Disoproxil Fumarate (TDF): Obat ini berperan sebagai inhibitor reverse transcriptase yang mencegah replikasi HIV dengan menghambat enzim yang diperlukan virus untuk mengintegrasikan materi genetiknya ke dalam sel inang.

  2. Emtricitabine (FTC): Seperti TDF, FTC juga merupakan inhibitor reverse transcriptase yang bekerja secara sinergis untuk meningkatkan efektivitas pencegahan.

Seberapa Efektif PrEP?

PrEP sangat efektif jika dikonsumsi secara rutin. Obat ini dapat mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seksual hingga sekitar 99%. Bagi pengguna narkoba suntik, PrEP dapat menurunkan risiko HIV setidaknya 74%. Namun, efektivitasnya jauh berkurang jika tidak dikonsumsi secara konsisten.

PrEP tidak melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) lainnya, sehingga tetap disarankan menggunakan kondom lateks setiap kali berhubungan seksual. Jika Anda atau pasangan alergi terhadap lateks, kondom poliuretan dapat menjadi alternatif.

Selama mengonsumsi PrEP, Anda harus menjalani tes HIV setiap 3 bulan, yang berarti akan ada kunjungan rutin ke penyedia layanan kesehatan. Jika Anda mengalami kesulitan dalam mengonsumsi PrEP setiap hari atau ingin berhenti menggunakannya, konsultasikan dengan tenaga medis.

Apakah PrEP Pilihan Tepat?

PrEP dapat ditawarkan atau direkomendasikan bagi individu yang memenuhi salah satu dari kondisi berikut:

  • Memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

  • Tidak selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks.

  • Melakukan hubungan seks anal tanpa kondom.

  • Memiliki riwayat infeksi menular seksual (IMS) dalam tiga bulan terakhir.

  • Pernah menggunakan PrEP sebelumnya.

  • Memiliki pasangan yang hidup dengan HIV dengan kondisi berikut (minimal salah satu):

  1. Belum menjalani terapi antiretroviral (ARV).

  2. Penggunaan ARV tidak teratur dalam enam bulan terakhir.

  3. Jumlah viral load belum diketahui.

  4. Viral load tidak terkontrol (>1.000 kopi/mL) meskipun telah menjalani ARV minimal enam bulan.

  5. Berencana memiliki anak dengan pasangan yang hidup dengan HIV dan memiliki viral load terdeteksi.

Konsultasi dengan tenaga kesehatan sangat disarankan untuk menentukan apakah PrEP merupakan pilihan yang tepat.

Bagaimana Mendapatkan PrEP?

Untuk memperoleh PrEP, perlu berkonsultasi dengan dokter yang berpengalaman dalam penanganan HIV guna menentukan apakah PrEP sesuai untuk Anda.

Dokter akan menanyakan riwayat seksual untuk menilai tingkat risiko tertular HIV. Informasi pribadi Anda akan dijaga kerahasiaannya.

Jika tergolong berisiko tinggi, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk:

  • Tes HIV – Jika hasilnya positif, PrEP tidak dianjurkan untuk Anda.

  • Tes Hepatitis B – Jika memiliki hepatitis B kronis, konsultasi dengan dokter spesialis mungkin diperlukan sebelum menggunakan PrEP.

  • Tes Fungsi Ginjal – Tes darah dilakukan untuk memastikan kesehatan ginjal, karena PrEP dapat memengaruhinya.

  • Tes Infeksi Menular Seksual (IMS) – Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi infeksi lain yang mungkin ditularkan melalui hubungan seksual.

Jika PrEP dianggap tepat untuk Anda, dokter akan meresepkannya serta memberikan panduan mengenai cara memperoleh dan menggunakannya dengan benar.

Lokasi untuk Mengakses PrEP

PrEP dapat diperoleh di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang telah ditunjuk berdasarkan sejumlah kriteria berikut:

  1. Memiliki layanan tes HIV, perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP), serta infeksi menular seksual (IMS). Fasilitas yang diutamakan meliputi puskesmas, klinik swasta, dan klinik berbasis komunitas.

  2. Memiliki kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam penanganan dan pencegahan HIV serta IMS.

  3. Memiliki jaringan untuk pemeriksaan laboratorium penunjang.

  4. Telah mendapatkan peningkatan kapasitas melalui pelatihan, lokakarya, orientasi, atau pelatihan kerja langsung (On-the-Job Training/OJT) mengenai tata laksana PrEP.

  5. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan terkait penggunaan PrEP.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai akses PrEP, masyarakat dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan di fasilitas yang telah ditunjuk.

Bagaimana Jika Perlu Berhenti Menggunakan PrEP?

Ada beberapa alasan seseorang berhenti mengonsumsi PrEP, di antaranya:

  • Risiko tertular HIV menurun akibat perubahan gaya hidup.

  • Kesulitan mengonsumsi PrEP sesuai jadwal atau sering lupa meminumnya.

  • Mengalami efek samping yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

  • Hasil tes darah menunjukkan reaksi tubuh yang tidak aman terhadap PrEP.

Jika Anda berencana berhenti menggunakan PrEP, konsultasikan dengan tenaga kesehatan untuk mengetahui metode pencegahan HIV lain yang lebih sesuai bagi Anda.

Efek Samping Penggunaan Obat PrEP

Meskipun PrEP terbukti efektif dan umumnya aman, seperti obat lain, penggunaannya juga dapat menimbulkan beberapa efek samping. Efek samping yang dilaporkan antara lain:

  1. Gangguan Pencernaan: Beberapa pengguna melaporkan mual, diare, atau kram perut pada awal penggunaan. Efek ini biasanya bersifat sementara dan menghilang seiring waktu.

  2. Gangguan Fungsi Ginjal: Terutama pada pengguna TDF/FTC, terdapat potensi gangguan fungsi ginjal. Oleh karena itu, pemantauan fungsi ginjal secara berkala sangat dianjurkan bagi pengguna PrEP.

  3. Penurunan Kepadatan Tulang: Penggunaan jangka panjang TDF telah dikaitkan dengan penurunan kepadatan tulang. Meski hal ini jarang terjadi dan biasanya minimal, pasien dengan risiko osteoporosis perlu mendapat perhatian ekstra.

  4. Efek Samping Lain: Beberapa pengguna mungkin mengalami kelelahan atau sakit kepala. Efek samping ini umumnya ringan dan dapat diatasi dengan penyesuaian dosis atau pengawasan medis.

Sebagian besar efek samping PrEP bersifat ringan dan sementara. Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gejala yang mengganggu atau berkepanjangan.

Pencegahan Lain yang Dapat Dilakukan

Selain penggunaan PrEP, ada berbagai langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV:

  1. Penggunaan Kondom: Kondom tetap menjadi metode pencegahan yang sangat efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV dan infeksi menular seksual lainnya. Pastikan kondom digunakan dengan benar dan konsisten pada setiap hubungan seksual.

  2. Edukasi dan Konseling: Edukasi mengenai HIV/AIDS sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan mengurangi stigma. Konseling juga dapat membantu individu memahami risiko dan memilih strategi pencegahan yang tepat.

  3. Tes HIV Secara Rutin: Bagi individu yang berisiko, melakukan tes HIV secara rutin sangat dianjurkan. Deteksi dini memungkinkan penanganan segera dan mencegah penyebaran virus.

  4. Penyediaan Jarum Suntik Bersih: Program penyediaan jarum suntik bersih untuk pengguna narkoba merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui injeksi.

  5. Terapi Antiretroviral bagi Orang dengan HIV: Bagi orang yang telah terinfeksi HIV, terapi antiretroviral (ART) tidak hanya membantu menjaga kesehatan tetapi juga menurunkan risiko penularan kepada orang lain.

  6. Peningkatan Akses Layanan Kesehatan: Dukungan dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas sangat penting dalam upaya pencegahan HIV.

Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara terpadu agar target pengurangan infeksi HIV dapat tercapai secara efektif.

Penggunaan obat PrEP merupakan salah satu inovasi penting dalam pencegahan HIV yang telah terbukti efektif apabila digunakan secara konsisten dan didampingi dengan langkah-langkah pencegahan lainnya. Dengan pemahaman mendalam mengenai HIV/AIDS, penyebarannya, dan profil obat PrEP, masyarakat diharapkan semakin waspada dan aktif dalam melindungi diri dari risiko infeksi HIV.

Bagi masyarakat yang merasa berisiko atau ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan di pusat layanan terdekat. Dengan informasi yang akurat dan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, kita dapat bersama-sama menekan angka infeksi HIV dan mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan bebas dari stigma.

Sumber:

International Association of Providers of AIDS Care (IAPAC). (n.d.). Pre-exposure prophylaxis (PrEP). Retrieved February 10, 2025, from https://www.iapac.org/fact-sheet/pre-exposure-prophylaxis-prep/

UNAIDS. (2024). Indonesia. Retrieved from https://www.unaids.org/en/regionscountries/countries/indonesia

WebMD. (n.d.). FAQ: Pre-exposure prophylaxis (PrEP) for HIV. Retrieved February 10, 2025, from https://www.webmd.com/hiv-aids/prep-faq-preexposure-prophylaxis

World Health Organization. (2023). Guidelines for oral pre-exposure prophylaxis (PrEP) program for people at high risk of HIV infection in Indonesia. WHO. https://cdn.who.int/media/docs/default-source/searo/indonesia/non-who-publications/2023-guidelines-for-oral-pre-expose-prophylaxis-(prep)-program-for-people-at-high-risk-of-hiv-infection-in-indonesia.pdf