Ketahui efek samping kemoterapi seperti mual, rambut rontok, dan kelelahan, serta cara efektif untuk mengurangi dampaknya pada tubuh.
Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan banyak menyerang berbagai lapisan masyarakat. Dalam perjuangan melawan penyakit ini, obat kemoterapi telah menjadi senjata utama yang digunakan oleh para tenaga medis. Kemoterapi telah menjadi salah satu pilar utama dalam pengobatan kanker selama beberapa dekade. Dengan lebih dari 100 jenis obat yang tersedia, kemoterapi bekerja dengan cara menghancurkan atau menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang secara tidak terkendali. Meskipun efektif dalam mengatasi berbagai jenis kanker, pengobatan ini sering kali dikaitkan dengan efek samping yang beragam, mulai dari kelelahan hingga perubahan sistem imun.
Apa Itu Kanker?
Kanker adalah kondisi medis yang terjadi ketika sel-sel tubuh mulai tumbuh secara tidak terkendali dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Normalnya, sel-sel memiliki siklus hidup yang diatur dengan ketat; mereka tumbuh, membelah, dan mati secara terprogram. Namun, pada kanker, mekanisme ini mengalami gangguan, sehingga sel yang abnormal terus berkembang biak tanpa henti.
Secara medis, kanker dapat muncul di hampir seluruh organ tubuh, mulai dari payudara, paru-paru, hingga usus.
Faktor Risiko Kanker: Penyebab dan Peringatan Dini
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker antara lain:
Genetik dan Riwayat Keluarga: Jika ada anggota keluarga yang pernah terkena kanker, risiko seseorang untuk mengalaminya juga bisa meningkat.
Paparan Zat Karsinogen: Paparan terhadap zat kimia berbahaya seperti asbes, radiasi, dan beberapa jenis pestisida dapat memicu perkembangan kanker.
Pola Hidup Tidak Sehat: Konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, kurang olahraga, serta kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol berlebihan diketahui dapat meningkatkan risiko kanker.
Infeksi Virus dan Bakteri: Beberapa virus, seperti Human Papillomavirus (HPV) dan Hepatitis B serta C, telah dikaitkan dengan kanker serviks dan kanker hati.
Faktor Lingkungan: Polusi udara dan paparan sinar ultraviolet (UV) secara berlebihan juga merupakan faktor risiko yang tidak boleh diabaikan.
Apa itu Obat Kemoterapi?
Kemoterapi merupakan salah satu metode pengobatan kanker yang menggunakan obat-obatan kuat untuk merusak dan membunuh sel kanker. Pengobatan ini termasuk dalam tiga metode utama atau standar terapi kanker, bersama dengan pembedahan dan radioterapi. Selain itu, kemoterapi semakin sering dikombinasikan dengan metode pengobatan terbaru, seperti imunoterapi, guna meningkatkan efektivitas pengobatan.
Sebagian besar obat kemoterapi bekerja di dalam sel kanker dengan mengganggu berbagai mekanisme molekuler yang digunakan sel untuk membelah, tumbuh, dan bertahan hidup. Sel kanker mengalami perubahan yang memungkinkan mereka berkembang biak dengan sangat cepat tanpa kendali. Inilah yang menyebabkan terbentuknya tumor dan menjadikan sel kanker berbahaya. Namun, sifat ini juga membuat sel kanker lebih rentan terhadap efek obat kemoterapi.
Kemoterapi biasanya diberikan dalam beberapa siklus pengobatan, yang terdiri dari periode pemberian obat dan periode istirahat. Masa istirahat ini memungkinkan sel-sel sehat dalam tubuh untuk pulih, sementara sel kanker (yang kurang efisien dalam memperbaiki diri) tidak dapat pulih sepenuhnya sebelum siklus berikutnya dimulai. Pemberian kemoterapi dalam beberapa siklus juga membantu menangkap lebih banyak sel kanker saat mereka dalam fase pembelahan.
Penggunaan Kemoterapi dalam Pengobatan Kanker
Kemoterapi dapat digunakan apabila kanker telah menyebar atau terdapat risiko penyebarannya.
Penggunaan kemoterapi bertujuan untuk:
Menyembuhkan kanker secara total (curative chemotherapy).
Meningkatkan efektivitas pengobatan lain, misalnya dikombinasikan dengan radioterapi (kemoradiasi) atau diberikan sebelum operasi (kemoterapi neoadjuvan).
Mengurangi risiko kanker kambuh setelah radioterapi atau operasi (kemoterapi adjuvan).
Meringankan gejala jika penyembuhan total tidak memungkinkan (kemoterapi paliatif).
Tingkat keberhasilan kemoterapi bervariasi secara signifikan. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui peluang keberhasilan pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Metode Pemberian Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai metode. Onkolog akan menentukan metode yang paling sesuai berdasarkan kondisi masing-masing pasien untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal. Berikut adalah beberapa metode pemberian kemoterapi:
Kemoterapi Intravena (IV chemotherapy): Obat kemoterapi diberikan melalui vena perifer atau melalui port yang ditanam di bawah kulit. Port adalah kateter yang berfungsi menyalurkan cairan, nutrisi, dan obat kemoterapi ke dalam tubuh tanpa harus menggunakan vena perifer secara langsung.
Kemoterapi Oral: Obat kemoterapi dikonsumsi secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul untuk mengobati berbagai jenis kanker, seperti kanker payudara atau kanker usus besar.
Kemoterapi Intra-arterial: Obat kemoterapi disuntikkan langsung ke arteri yang memasok darah ke tumor. Metode ini digunakan untuk mengobati kanker hati, termasuk kanker yang telah menyebar ke hati dengan teknik Transarterial Chemoembolization (TACE), serta retinoblastoma pada anak-anak.
Kemoterapi Intraperitoneal (IP chemotherapy): Obat kemoterapi disuntikkan ke dalam rongga peritoneum (abdomen) dengan suhu lebih tinggi dari suhu tubuh normal (Hyperthermic Intraperitoneal Chemotherapy (HIPEC)). Metode ini digunakan untuk menangani kanker yang telah menyebar ke peritoneum, seperti kanker ovarium, kanker usus besar, kanker hati, dan kanker lambung.
Kemoterapi Topikal : Obat kemoterapi dioleskan langsung pada kulit untuk mengobati jenis kanker tertentu, seperti kanker kulit. Dokter spesialis kulit dapat merekomendasikan kemoterapi topikal, sering kali dikombinasikan dengan prosedur bedah Mohs untuk menghilangkan kanker kulit secara efektif.
Pemilihan metode kemoterapi disesuaikan dengan jenis kanker, lokasi tumor, serta kondisi kesehatan pasien guna memastikan efektivitas pengobatan yang maksimal.
Persiapan Sebelum Menjalani Kemoterapi
Sebelum memulai kemoterapi, dokter onkologi akan memastikan kondisi kesehatan Anda cukup baik untuk menjalani pengobatan melalui berbagai pemeriksaan. Sementara itu, Anda juga dapat mengambil beberapa langkah untuk mempersiapkan diri:
Pelajari Tentang Pengobatan Anda
Semakin banyak informasi yang Anda ketahui tentang kemoterapi, semakin siap Anda untuk menghadapinya. Tanyakan kepada dokter tentang jenis obat kemoterapi yang akan diberikan, manfaatnya, serta efek samping yang mungkin terjadi. Cari sumber informasi tambahan dari organisasi kanker, grup dukungan, atau situs tepercaya.
Persiapkan Diri untuk Efek Samping
Ambil langkah pencegahan sebelum efek samping muncul. Misalnya, jika rambut rontok kemungkinan besar terjadi, Anda dapat mempersiapkan wig yang sesuai dengan warna dan gaya rambut Anda, atau membeli syal dan penutup kepala. Jika kulit Anda mungkin menjadi lebih sensitif, pilih produk perawatan kulit yang lembut dan bebas bahan kimia keras.
Periksa Kesehatan Gigi dan Mulut
Efek samping kemoterapi seperti sariawan dan perubahan indera pengecap dapat memengaruhi kenyamanan saat makan. Pastikan kesehatan gigi dan mulut Anda dalam kondisi baik dan bebas dari infeksi sebelum memulai pengobatan.
Buat Pengaturan Kerja
Anda mungkin perlu menyesuaikan jadwal kerja selama menjalani kemoterapi. Diskusikan dengan atasan Anda apakah Anda dapat bekerja dari rumah atau mengambil cuti pada hari-hari tertentu. Konsultasikan dengan dokter mengenai dampak pengobatan terhadap aktivitas kerja Anda agar Anda bisa merencanakan langkah yang sesuai.
Buat Rutinitas Selama Pengobatan
Tanyakan kepada dokter tentang lingkungan dan durasi kemoterapi agar Anda bisa merencanakan dengan baik. Jika pengobatan memakan waktu lama, Anda bisa membawa camilan, buku, atau musik untuk menemani selama sesi perawatan. Banyak pasien juga memilih makan ringan sekitar satu jam sebelum kemoterapi untuk mengurangi risiko mual.
Persiapan yang matang dapat membantu Anda menjalani kemoterapi dengan lebih nyaman dan efektif. Jangan ragu untuk meminta dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas pasien kanker selama menjalani perawatan.
Efek Samping Penggunaan Obat Kemoterapi: Apa yang Perlu Diketahui?
Meskipun obat kemoterapi efektif dalam menghancurkan sel kanker, penggunaannya tidak lepas dari berbagai efek samping. Efek samping ini terjadi karena obat kemoterapi juga mempengaruhi sel-sel sehat yang memiliki kemampuan pembelahan cepat. Beberapa efek samping yang paling umum meliputi:
Kelelahan: Ini adalah efek samping kemoterapi yang paling sering terjadi. Upaya tubuh dalam melawan kanker dan memulihkan diri dari pengobatan dapat menyebabkan kelelahan. Kemoterapi juga dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah (anemia), yang dapat memperburuk rasa lelah.
Rambut rontok: Biasanya mulai terjadi dalam tiga minggu pertama setelah kemoterapi dimulai. Rambut biasanya tumbuh kembali dalam dua hingga tiga bulan setelah pengobatan selesai, meskipun warna atau teksturnya bisa berubah.
Perubahan kulit: Kemoterapi dapat menyebabkan iritasi kulit, seperti ruam dan hand-foot syndrome. Kulit juga menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari, meningkatkan risiko terbakar sinar matahari.
Mual dan muntah: Hingga 80% pasien mengalami kemoterapi-induced nausea and vomiting (CINV). Saluran pencernaan sering kali mengalami gangguan akibat kemoterapi.
Perubahan pola buang air besar: Bisa menyebabkan sembelit atau diare. Beberapa orang juga menjadi sementara tidak toleran terhadap laktosa selama menjalani kemoterapi.
Kehilangan nafsu makan: Perubahan pada indera pengecap dapat membuat makanan terasa kurang enak atau bahkan terasa logam di mulut.
Kesulitan makan: Luka di mulut dan tenggorokan yang sakit sering terjadi, membuat proses makan menjadi menyakitkan.
Gangguan kandung kemih dan ginjal: Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kesulitan buang air kecil, rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil, keinginan terus-menerus untuk buang air kecil, atau inkontinensia urin.
Sistem kekebalan tubuh melemah: Kemoterapi menurunkan jumlah sel darah putih, meningkatkan risiko infeksi. Salah satu kondisi yang umum terjadi adalah neutropenia, yakni penurunan jumlah sel darah yang melawan infeksi.
Mudah memar dan berdarah: Penurunan kadar trombosit (trombositopenia) dapat menyebabkan pendarahan lebih lama dari biasanya, mudah memar, atau munculnya bintik-bintik merah kecil di bawah kulit (petechiae).
Neuropati perifer: Chemotherapy-induced peripheral neuropathy (CIPN) dapat menyebabkan rasa nyeri, kebas, atau sensasi kesemutan seperti "tertusuk jarum" pada tangan dan kaki. Hal ini juga dapat memengaruhi koordinasi otot.
Kesulitan berpikir dan mengingat: Chemo brain menyebabkan gangguan kognitif, seperti kesulitan berpikir jernih atau masalah dengan daya ingat jangka pendek.
Masalah seksual dan kesuburan: Kemoterapi dapat menurunkan kadar estrogen dan testosteron, yang dapat memengaruhi kesuburan dan gairah seksual. Pada beberapa kasus, kemoterapi dapat menyebabkan menopause dini atau membahayakan janin jika pasien hamil atau menghamili pasangan selama pengobatan.
Efek samping kemoterapi bisa berbeda pada setiap individu. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna mengelola efek samping yang muncul.
Pencegahan dari Efek Samping Obat Kemoterapi
Karena efek samping kemoterapi dapat mengganggu kenyamanan dan kualitas hidup pasien, terdapat berbagai upaya pencegahan dan penanganan yang dapat dilakukan, antara lain:
Penggunaan Obat Penunjang: Obat antiemetik untuk mencegah mual dan muntah, serta obat penguat sistem imun untuk membantu mengurangi risiko infeksi.
Nutrisi yang Baik: Asupan makanan bergizi dan hidrasi yang cukup sangat penting untuk membantu tubuh pulih dan mengatasi stres akibat pengobatan.
Perawatan Kulit dan Rambut: Menggunakan produk perawatan khusus untuk mengatasi iritasi kulit dan kerontokan rambut, serta konseling mengenai penanganan efek samping estetika.
Program Rehabilitasi dan Terapi Pendukung: Terapi fisik dan konseling psikologis dapat membantu pasien mengelola kelelahan serta dampak emosional dari pengobatan kanker.
Pemantauan Rutin: Pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memonitor jumlah sel darah dan kondisi organ, sehingga efek samping dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin.
Obat kemoterapi merupakan salah satu pilar utama dalam pengobatan kanker yang terus mengalami perkembangan baik dari segi formulasi maupun mekanisme kerjanya. Dalam menghadapi tantangan kanker, pemahaman mengenai penyakit ini, faktor risiko, serta berbagai jenis pengobatan yang tersedia menjadi sangat penting bagi pasien dan masyarakat.
Dengan dukungan dari kebijakan kesehatan yang memadai dan kemajuan teknologi medis, harapan untuk mengalahkan kanker melalui kemoterapi semakin nyata. Edukasi masyarakat mengenai gaya hidup sehat, deteksi dini, dan akses pengobatan yang merata merupakan kunci utama dalam mengurangi dampak penyakit ini.
Sumber:
Worldwide Cancer Research. (n.d.). What is chemotherapy?. Retrieved February 10, 2025, from https://www.worldwidecancerresearch.org/information-and-impact/diagnosis-prevention-treatment-and-cures/what-is-chemotherapy/
Hossain MB, Haldar Neer AH. Chemotherapy. Cancer Treat Res. 2023;185:49-58. doi: 10.1007/978-3-031-27156-4_3. PMID: 37306903.
MedPark Hospital. (n.d.). Chemotherapy. Retrieved February 10, 2025, from https://www.medparkhospital.com/en-US/disease-and-treatment/chemotherapy
American Cancer Society. (n.d.). How is chemotherapy used to treat cancer?. Retrieved February 10, 2025, from https://www.cancer.org/cancer/managing-cancer/treatment-types/chemotherapy/how-is-chemotherapy-used-to-treat-cancer.html
National Cancer Institute. (n.d.). Chemotherapy to Treat Cancer. Retrieved February 10, 2025, from https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/types/chemotherapy?redirect=true#chemotherapy-can-cause-side-effects
Amjad MT, Chidharla A, Kasi A. Cancer Chemotherapy. [Updated 2023 Feb 27]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564367/