Azoospermia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Azoospermia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

05/05/2025Bumame

Azoospermia adalah kondisi tanpa sel sperma dalam air mani. Kenali penyebab, gejala, dan pilihan pengobatan untuk peluang memiliki keturunan.

Azoospermia adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketiadaan sperma dalam ejakulasi pria, yang menyebabkan kemandulan pada pria. Azoospermia diartikan sebagai kondisi yang dapat ditemukan pada pria yang tidak memiliki spermatozoa, kondisi di mana cairan semen pria sama sekali tidak mengandung sel sperma dalam sampel semen, meskipun produksi sperma dapat terjadi dalam testis. Azoospermia biasanya ditemukan melalui analisis semen, di mana tidak ditemukan sperma meskipun volume, pH, dan konsentrasi lainnya dalam cairan semen mungkin normal.

Kondisi ini adalah salah satu penyebab utama kemandulan pria, yang mempengaruhi sekitar 1% pria dan sekitar 10–15% dari mereka yang mencari perawatan untuk masalah kesuburan dan dapat menimbulkan stres emosional dan psikologis yang signifikan bagi mereka yang mengalaminya. Ketiadaan sperma dalam ejakulasi juga menghalangi terjadinya pembuahan alami, karena sperma diperlukan untuk membuahi sel telur.

Apa Saja Jenis dari Azoospermia?

Azoospermia dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu azoospermia obstruktif dan azoospermia non-obstruktif. Pembagian ini penting karena masing-masing jenis memiliki mekanisme yang berbeda dalam menyebabkan ketiadaan sperma dalam ejakulasi, serta mempengaruhi pilihan perawatan yang tepat.

  • Azoospermia Obstruktif (Obstructive Azoospermia)

Merupakan kondisi di mana terdapat penyumbatan pada saluran reproduksi pria, yang mencegah sperma untuk keluar bersama ejakulasi meskipun sperma diproduksi dengan normal di testis. Penyumbatan ini dapat terjadi pada berbagai bagian dari saluran reproduksi pria, seperti pada vas deferens, saluran ejakulasi, atau uretra. Penyumbatan ini menghalangi perjalanan sperma dari testis ke luar tubuh selama ejakulasi, yang menyebabkan ketiadaan sperma dalam ejakulasi (azoospermia) meskipun jumlah sperma yang diproduksi di testis normal.

  • Azoospermia Non-Obstruktif (Non-Obstructive Azoospermia)

Merupakan kondisi medis di mana pria tidak menghasilkan sperma dalam jumlah yang cukup atau bahkan tidak menghasilkan sperma sama sekali di testis. Meskipun saluran reproduksi tidak tersumbat, produksi sperma itu sendiri terganggu. Ini adalah bentuk azoospermia yang lebih kompleks dan seringkali lebih sulit diobati dibandingkan dengan azoospermia obstruktif karena melibatkan gangguan langsung pada produksi sperma di testis.

Apa Gejala dari Penderita Azoospermia?

Gejala-gejala yang dapat terjadi pada penderita Azoospermia juga berbeda-beda, sesuai dengan jenis yang diderita. Berikut adalah beberapa gejala dan tanda yang dapat dikaitkan dengan azoospermia obstruktif maupun non-obstruktif:

Azoospermia Obstruktif (Obstructive Azoospermia)

Sebagian besar pria dengan azoospermia obstruktif tidak akan merasakan gejala signifikan selain ketidakmampuan untuk menghasilkan sperma dalam ejakulasi. Namun, gejala yang muncul akan bergantung pada penyebab penyumbatan tersebut. Jika ada riwayat infeksi, cedera, atau prosedur medis sebelumnya seperti vasectomy, gejala terkait kondisi tersebut mungkin juga muncul.

  • Tidak Ada Sperma dalam Ejakulasi

Gejala utama dari azoospermia obstruktif adalah tidak adanya sperma dalam ejakulasi meskipun produksi sperma di testis berlangsung normal. Hal ini dapat terdeteksi melalui analisis semen, yang menunjukkan bahwa meskipun volume dan komposisi semen mungkin normal, tidak ada sperma yang terlihat.

  • Gejala Terkait Penyebab Penyumbatan

Gejala lain yang dapat muncul bergantung pada penyebab spesifik dari penyumbatan tersebut, antara lain:

  1. Infeksi atau Peradangan: Jika penyumbatan disebabkan oleh infeksi atau peradangan (misalnya, epididimitis atau orkitis), gejala-gejala seperti nyeri pada testis, pembengkakan, demam, dan sensasi panas di area genital dapat terjadi.

  2. Trauma atau Cedera pada Saluran Reproduksi: Jika penyumbatan disebabkan oleh trauma fisik pada testis atau saluran reproduksi, gejala seperti nyeri testis atau bengkak pada area skrotum bisa muncul.

  3. Vasectomy: Pada pria yang telah menjalani prosedur vasectomy (sterilisasi pria), mereka mungkin tidak merasakan gejala yang jelas selain ketidakhadiran sperma dalam ejakulasi, karena prosedur ini disengaja untuk menutup saluran vas deferens.

  • Kelainan Genetik atau Kongenital

Agenesis Vas Deferens: Pada pria dengan agenesis vas deferens (kondisi di mana vas deferens tidak berkembang sejak lahir), tidak ada gejala lain selain ketidakmampuan untuk menghasilkan sperma dalam ejakulasi. Agenesis vas deferens sering dikaitkan dengan sindrom cystic fibrosis, di mana gejala lain dari cystic fibrosis, seperti gangguan pernapasan dan masalah pencernaan, juga dapat muncul.

  • Tanda atau Gejala Kesehatan Reproduksi

  1. Ejakulasi Normal Tanpa Sperma: Pada pria dengan azoospermia obstruktif, meskipun jumlah sperma dalam ejakulasi tidak ada, mereka biasanya masih dapat mengalami ejakulasi normal, yang berarti volume semen mungkin terlihat normal meskipun tidak ada sperma di dalamnya.

  2. Penyumbatan Saluran Ejakulasi: Jika penyumbatan terjadi pada saluran ejakulasi, pria dapat mengalami dismenorea (nyeri saat ejakulasi) atau kesulitan dalam ejakulasi.

  • Gejala Terkait Kondisi Medis Lainnya

Jika azoospermia obstruktif disebabkan oleh varicocele (pembesaran pembuluh darah vena di skrotum), gejala yang mungkin timbul adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di skrotum atau pembesaran pembuluh darah di sekitar testis.

Azoospermia Non-Obstruktif (Non-Obstructive Azoospermia)

Sama seperti azoospermia obstruktif, azoospermia non-obstruktif sering kali tidak menunjukkan gejala fisik yang jelas selain ketidakmampuan untuk menghasilkan sperma dalam ejakulasi. Gejala yang muncul dapat sangat bervariasi tergantung pada penyebabnya, dan bisa mencakup gangguan hormonal, infeksi, kerusakan testis, atau kelainan genetik.

  • Tidak Ada Sperma dalam Ejakulasi

Gejala utama dari azoospermia non-obstruktif adalah ketidakhadiran sperma dalam ejakulasi meskipun volume dan komposisi cairan semen dapat normal. Ketidakhadiran sperma ini terdeteksi melalui analisis semen dan merupakan indikasi utama dari kondisi ini.

Gejala yang Terkait dengan Penyebab Genetik

  1. Sindrom Klinefelter (XXY): Pria dengan Sindrom Klinefelter, yang memiliki kromosom X ekstra, dapat mengalami gangguan hormon dan disfungsi testis. Gejala-gejala fisik yang dapat muncul termasuk pertumbuhan tubuh yang tidak normal, ginekomastia (payudara pria membesar), dan penurunan produksi testosteron. Mereka mungkin juga memiliki gejala ketidaksuburan akibat kurangnya produksi sperma, meskipun beberapa mungkin menunjukkan tingkat produksi sperma yang sangat rendah.

  2. Mutasi Genetik: Mutasi pada kromosom Y atau gen-gen yang terlibat dalam spermatogenesis dapat menyebabkan azoospermia non-obstruktif tanpa gejala lain selain ketidakmampuan untuk menghasilkan sperma. Tidak ada gejala fisik lain yang muncul kecuali ketidaksuburan.

Gejala Terkait Gangguan Hormon

  1. Hipogonadisme: Pria dengan hipogonadisme (kondisi di mana testis tidak menghasilkan hormon testosteron dengan cukup) sering menunjukkan gejala penurunan libido, disfungsi ereksi, kelelahan, dan pembesaran payudara (ginekomastia). Kadar hormon FSH dan LH sering meningkat sebagai respons terhadap kekurangan testosteron. Meskipun gejala ini tidak langsung menunjukkan azoospermia, gangguan hormonal ini dapat mengarah pada ketidaksuburan karena gangguan dalam spermatogenesis.

  2. Gangguan Hormon Gonadotropin: Kadar hormon yang tidak seimbang, seperti kadar FSH dan LH yang terlalu tinggi atau rendah, dapat memengaruhi produksi sperma dan menyebabkan azoospermia non-obstruktif. Gangguan ini dapat menyebabkan ketidaksuburan, meskipun pria tersebut mungkin tidak menunjukkan gejala fisik lainnya selain tidak dapat hamil.

Gejala Terkait Kerusakan atau Cedera Testis

  1. Infeksi Testis (Orkitis): Jika azoospermia non-obstruktif disebabkan oleh infeksi testis seperti orkitis, pria dapat mengalami gejala seperti nyeri atau pembengkakan pada testis, demam, atau rasa panas pada skrotum.

  2. Trauma atau Cedera Testis: Cedera atau trauma pada testis yang menyebabkan kerusakan jaringan testis dapat menyebabkan penurunan kemampuan testis untuk menghasilkan sperma. Gejala ini termasuk nyeri testis, bengkak, atau pendarahan di sekitar skrotum.

  3. Penyakit yang Mempengaruhi Testis: Penyakit seperti tuberkulosis testis atau penyakit autoimun yang menyerang testis dapat menyebabkan pembengkakan, rasa sakit, atau gangguan pada produksi sperma. Meskipun gejala ini bisa sangat bervariasi, dampaknya terhadap spermatogenesis sering kali menyebabkan azoospermia non-obstruktif.

Gejala Terkait Penyakit Sistemik

  1. Penyakit Ginjal atau Hati: Beberapa penyakit sistemik seperti gagal ginjal atau penyakit hati kronis dapat menyebabkan gangguan hormonal yang mempengaruhi produksi sperma. Dalam kasus ini, pria mungkin mengalami kelelahan, penurunan libido, dan gejala lain yang terkait dengan kondisi medis yang mendasarinya, yang dapat berkontribusi pada azoospermia.

Gejala Terkait Pengobatan atau Zat Beracun

Penggunaan obat-obatan atau terapi seperti kemoterapi, radiasi, atau obat-obatan yang memengaruhi hormon dapat merusak testis dan menyebabkan azoospermia non-obstruktif. Gejala yang terkait dengan pengobatan ini mungkin termasuk penurunan libido, kehilangan massa otot, dan efek samping lainnya yang terkait dengan pengobatan tersebut.

Apa Penyebab dari Azoospermia?

Azoospermia, baik obstruktif maupun non-obstruktif, memiliki penyebab yang beragam. Berikut ini adalah penjelasan penyebab masing-masing jenis azoospermia:

Azoospermia Obstruktif (Obstructive Azoospermia)

OA terjadi ketika sperma diproduksi secara normal di testis, tetapi terhalang untuk mencapai ejakulasi karena adanya obstruksi pada saluran reproduksi pria. Penyebab Utama Azoospermia Obstruktif:

  • Kongenital (Bawaan Lahir)

  1. Agenesis Vas Deferens: Ketidakhadiran vas deferens sejak lahir, sering dikaitkan dengan cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR) gene mutation.

  2. Sindrom Young: Obstruksi bilateral pada saluran ejakulasi yang disebabkan oleh infeksi kronis pada saluran reproduksi, sering disertai sinusitis atau bronchiectasis.

  • Infeksi

  1. Infeksi pada saluran reproduksi seperti epididimitis, prostatitis, atau orkitis dapat menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut, yang akhirnya menyumbat saluran reproduksi.

  • Penyakit atau Tumor

  1. Tumor di saluran reproduksi atau sekitarnya, seperti pada prostat, uretra, atau vesikula seminalis, dapat menyebabkan penyumbatan mekanis.

Azoospermia Non-Obstruktif (Non-Obstructive Azoospermia)

NOA terjadi karena testis tidak mampu menghasilkan sperma secara memadai akibat gangguan spermatogenesis atau disfungsi testis. Penyebab Utama Azoospermia Non-Obstruktif:

  • Gangguan Genetik

  1. Sindrom Klinefelter (47,XXY): Kondisi ini mengakibatkan disfungsi testis dan rendahnya produksi testosteron, yang berdampak pada spermatogenesis.

  2. Delesi Kromosom Y (AZF Regions): Mutasi pada wilayah kromosom Y yang bertanggung jawab atas spermatogenesis, terutama AZF a, AZF b, atau AZF c.

  3. Mutasi Genetik Lainnya: Mutasi pada gen seperti AR (androgen receptor) atau FSH receptor.

  • Gangguan Hormon

  1. Hipogonadisme Hipergonadotropik: Produksi sperma terganggu akibat kegagalan primer testis (kadar FSH tinggi, testosteron rendah).

  2. Hipogonadisme Hipogonadotropik: Gangguan fungsi hipotalamus atau hipofisis yang menyebabkan produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang rendah.

  3. Hiperprolaktinemia: Kadar hormon prolaktin yang terlalu tinggi dapat mengganggu fungsi hormon reproduksi.

Infeksi

  1. Infeksi testis seperti orkitis akibat gondok, tuberkulosis testis, atau infeksi lain yang merusak jaringan testis.

Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup

  1. Paparan Racun: Paparan bahan kimia seperti pestisida, logam berat, atau bahan kimia industri dapat merusak spermatogenesis.

  2. Radiasi dan Kemoterapi: Paparan radiasi atau pengobatan kanker dengan kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan testis.

  3. Merokok dan Konsumsi Alkohol: Kebiasaan buruk ini dapat memperburuk kualitas sperma dan spermatogenesis.

Gangguan Testis

  1. Kriptorkismus: Testis yang tidak turun pada saat lahir dapat menyebabkan kerusakan jaringan testis.

  2. Varikokel: Pembesaran pembuluh darah vena di sekitar testis yang meningkatkan suhu lokal, sehingga mengganggu produksi sperma.

Idiopatik

  1. Pada beberapa kasus, penyebab NOA tidak dapat ditemukan meskipun telah dilakukan evaluasi menyeluruh.

Bagaimana Cara Pengecekan Azoospermia?

Berikut adalah prosedur yang bisa digunakan untuk pengecekan:

Analisis Semen

Prosedur:

  1. Pasien diminta memberikan sampel semen melalui masturbasi setelah periode abstinensi (tidak ejakulasi) selama 2-7 hari.

  2. Sampel dianalisis di laboratorium untuk mengevaluasi:

  • Volume semen

  • Jumlah sperma

  • Motilitas (gerakan sperma)

  • Morfologi (bentuk sperma)

Pemeriksaan Hormon

Pemeriksaan hormon membantu menentukan apakah azoospermia bersifat obstruktif (OA) atau non-obstruktif (NOA).

Hormon yang Diperiksa:

FSH (Follicle-Stimulating Hormone):

  • FSH tinggi menunjukkan gangguan produksi sperma (NOA).

  • FSH normal atau rendah mungkin mengarah ke OA.

LH (Luteinizing Hormone):

  • Mengindikasikan gangguan testis atau hipotalamus.

Testosteron:

  • Menilai fungsi testis secara umum.

Prolaktin:

  • Diperiksa jika ada kecurigaan hiperprolaktinemia.

Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi digunakan untuk mengevaluasi saluran reproduksi dan mendeteksi obstruksi atau kelainan struktural.

Biopsi Testis

Biopsi testis dilakukan jika hasil tes lainnya tidak memberikan diagnosis yang jelas.

Prosedur:

  • Biopsi bedah dilakukan untuk mengambil jaringan testis kecil.

  • Jaringan dianalisis untuk keberadaan sperma.

Pemeriksaan Mikroskopis

Staining dan pemeriksaan mikroskopis membantu mendeteksi sperma pada semen atau jaringan testis.

Teknik:

  • Sperm Vital Staining: Digunakan untuk membedakan sperma hidup dan mati.

Bumame menyediakan Paket Tes Kesuburan Pria yang mencakup berbagai pemeriksaan untuk menilai tingkat kesuburan dan mengidentifikasi penyebab infertilitas pada pria dengan biaya Rp2.100.000. Isi pemeriksaan mencangkup LH, FSH, Urine Rutin, Testosteron, Prolactin.

Bagaimana Cara Penyembuhan Azoospermia?

Pengobatan azoospermia bergantung pada jenisnya (obstruktif atau non-obstruktif) serta penyebab yang mendasarinya.

Azoospermia Obstruktif (Obstructive Azoospermia)

Bedah Mikroskopis

  • Rekonstruksi Saluran Reproduksi

Vasoepididimostomi atau Vasovasostomi:

  1. Prosedur untuk mengatasi obstruksi pada vas deferens atau epididimis, seperti setelah vasektomi atau akibat trauma.

  2. Dilakukan dengan teknik mikroskopis untuk memastikan presisi.

  • Reseksi Saluran Ejakulasi

  1. Dilakukan untuk mengatasi obstruksi saluran ejakulasi yang dapat disebabkan oleh kista atau jaringan parut.

  2. Biasanya dipandu dengan transrectal ultrasound (TRUS).

Penanganan Infeksi

  1. Jika obstruksi disebabkan oleh infeksi, antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

Azoospermia Non-Obstruktif (Non-Obstructive Azoospermia)

Stimulasi Hormon

  • Terapi Hormon Gonadotropin

  1. Digunakan untuk pria dengan defisiensi hormon gonadotropin (LH dan FSH) atau hipogonadisme hipogonadotropik.

  2. Obat yang digunakan:

hCG (Human Chorionic Gonadotropin): Menstimulasi produksi testosteron.

FSH Rekombinan: Menstimulasi spermatogenesis.

  • Anti-Estrogen

Obat seperti clomiphene citrate digunakan untuk meningkatkan kadar testosteron dan FSH, membantu merangsang spermatogenesis.

Pembedahan Testis

  • Micro-TESE (Microsurgical Testicular Sperm Extraction)

  • Prosedur bedah mikroskopis untuk mengambil sperma langsung dari tubulus seminiferus testis.

Obat dan Suplemen

  • Antioksidan:

  1. Vitamin C, Vitamin E, Coenzyme Q10, Selenium, dan Zinc dapat meningkatkan kualitas sperma pada pria dengan gangguan spermatogenesis ringan.

L-carnitine dan Lycopene:

  1. Berpotensi meningkatkan produksi sperma melalui perlindungan terhadap stres oksidatif.

Pengobatan azoospermia membutuhkan pendekatan individual yang disesuaikan dengan penyebabnya, baik obstruktif maupun non-obstruktif. Dukungan psikologis dan perubahan gaya hidup juga penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan.

Sumber:

World Health Organization (2021). "WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human Semen."

Agarwal, A., et al. (2014). "The Role of Antioxidants in Male Infertility." Reproductive Biology and Endocrinology.

Minhas, S., et al. (2020). "Male Hormonal Contraception and Hormone Replacement Therapy." The Lancet.

Esteves, S.C., et al. (2015). "Azoospermia: Diagnosis and Treatment." Current Opinion in Obstetrics & Gynecology.