Hepatitis B bisa bersifat akut atau kronis. Kenali penyebab, gejala, dan cara pengobatannya untuk cegah komplikasi serius pada hati.
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan global, ada jutaan orang terinfeksi di seluruh dunia.
Penyakit ini menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi dan dapat berkembang dan menyebabkan komplikasi seperti sirosis dan kanker hati. Pemahaman mengenai penyakit ini menjadi penting untuk melindungi diri dan orang sekitar kita!
Apa Itu Hepatitis B?
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV), yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis.
Hepatitis B termasuk dalam kelompok penyakit infeksi virus yang menyerang hati. Berdasarkan durasi dan perkembangan infeksi, penyakit ini diklasifikasikan menjadi:
Hepatitis B Akut: Infeksi jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terpapar HBV.
Hepatitis B Kronis: Jika infeksi berlanjut lebih dari 6 bulan, kondisi ini disebut kronis. Individu dengan hepatitis B kronis berisiko tinggi mengalami komplikasi serius seperti sirosis dan kanker hati.
Sebagian besar orang dewasa yang terinfeksi HBV mampu membersihkan virus secara spontan tanpa berkembang menjadi infeksi kronis.
Risiko berkembang menjadi infeksi kronis lebih tinggi jika terinfeksi pada usia muda. Sekitar 90% bayi yang terinfeksi saat lahir akan mengembangkan infeksi kronis.
Ada Berapa Macam Jenis Hepatitis dan Apa Perbedaannya?
Secara umum, hepatitis dikategorikan menjadi dua kelompok utama: hepatitis virus dan hepatitis non-virus. Terdapat lima jenis utama hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E.
Hepatitis A (HAV)
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A dan biasanya ditularkan melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi (penularan fecal-oral). Penyakit ini umumnya bersifat akut dan tidak berkembang menjadi kondisi kronis.
Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, seperti melalui hubungan seksual tanpa pelindung, penggunaan jarum suntik bersama, atau dari ibu ke bayi saat persalinan.
Infeksi HBV dapat bersifat akut atau kronis. Infeksi kronis meningkatkan risiko sirosis dan kanker hati.
Hepatitis C (HCV)
Hepatitis C terutama ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, misalnya melalui penggunaan jarum suntik bersama atau transfusi darah yang tidak aman. Sebagian besar infeksi HCV berkembang menjadi kondisi kronis, yang dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati.
Hepatitis D (HDV)
Hepatitis D, atau delta hepatitis, hanya terjadi pada individu yang sudah terinfeksi hepatitis B, karena virus HDV memerlukan HBV untuk bereplikasi.
Penularannya mirip dengan HBV, melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi. Infeksi ganda HBV dan HDV dapat menyebabkan penyakit hati yang lebih parah.
Hepatitis E (HEV)
Virus hepatitis E ditularkan terutama melalui konsumsi air yang terkontaminasi. Hepatitis E umumnya bersifat akut dan tidak berkembang menjadi kronis. Namun, pada wanita hamil, infeksi HEV dapat lebih serius dan berpotensi fatal.
Apa Penyebab Hepatitis B?
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Penyakit ini dapat bersifat akut atau kronis dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
Berikut adalah penyebab dan cara penularan hepatitis B:
Kontak dengan Darah yang Terinfeksi: HBV dapat ditularkan melalui paparan darah yang terkontaminasi. Ini dapat terjadi melalui transfusi darah yang tidak aman, penggunaan jarum suntik bersama, atau peralatan medis yang tidak disterilkan dengan baik.
Penularan dari Ibu ke Anak (Transmisi Vertikal): Seorang ibu yang terinfeksi HBV dapat menularkan virus kepada bayinya selama proses persalinan. Tanpa intervensi medis, risiko penularan dari ibu ke anak sangat tinggi.
Kontak Seksual Tanpa Pengaman: HBV dapat menyebar melalui hubungan seksual tanpa pengaman dengan pasangan yang terinfeksi. Cairan tubuh seperti semen dan cairan vagina dapat mengandung virus, sehingga meningkatkan risiko penularan.
Penggunaan Bersama Jarum Suntik: Pengguna narkoba suntik yang berbagi jarum atau peralatan lainnya berisiko tinggi tertular HBV. Jarum yang terkontaminasi dapat langsung memasukkan virus ke dalam aliran darah.
Paparan di Tempat Kerja: Petugas kesehatan atau individu lain yang bekerja dengan darah atau cairan tubuh berisiko terpapar HBV melalui luka tusukan jarum atau kontak langsung dengan cairan yang terinfeksi.
Prosedur Medis atau Gigi yang Tidak Aman: Di beberapa kasus, HBV dapat ditularkan melalui prosedur medis atau gigi yang menggunakan peralatan yang tidak disterilkan dengan benar. Ini termasuk penggunaan alat tato atau akupunktur yang tidak higienis.
Berbagi Barang Pribadi: Penggunaan bersama barang-barang pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, atau alat manicure yang mungkin terkontaminasi darah dapat menjadi sumber penularan HBV.
Apa Gejala Hepatitis B?
Gejala penyakit ini bervariasi berdasarkan tingkat keparahan dan dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: infeksi akut dan infeksi kronis. Simak penjelasannya berikut ini:
Infeksi Akut Hepatitis B:
Infeksi akut terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terpapar HBV. Banyak individu tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), namun bagi yang bergejala, tanda-tanda umum meliputi:
Kelelahan: Perasaan lelah yang berlebihan dan kelemahan umum.
Demam: Peningkatan suhu tubuh yang mungkin disertai menggigil.
Nafsu Makan Menurun: Kehilangan selera makan yang dapat menyebabkan penurunan berat badan.
Mual dan Muntah: Rasa mual yang dapat berujung pada muntah.
Nyeri Perut: Ketidaknyamanan atau nyeri di area perut, terutama di kuadran kanan atas.
Urine Berwarna Gelap: Perubahan warna urine menjadi lebih gelap dari biasanya.
Feses Berwarna Pucat: Warna tinja yang lebih terang atau seperti tanah liat.
Nyeri Sendi dan Otot: Rasa sakit atau ketidaknyamanan pada sendi dan otot.
Jaundice (Penyakit Kuning): Kulit dan bagian putih mata menguning akibat penumpukan bilirubin.
Gejala-gejala ini biasanya muncul 1 hingga 4 bulan setelah terinfeksi dan dapat berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Infeksi Kronis Hepatitis B:
Jika infeksi HBV berlanjut lebih dari 6 bulan, kondisi ini disebut infeksi kronis. Banyak individu dengan hepatitis B kronis tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun atau bahkan dekade.
Namun, seiring waktu, infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan hati yang signifikan dengan gejala seperti:
Jaundice: Penguningan kulit dan mata yang mungkin muncul seiring perkembangan penyakit.
Pembesaran Limpa (Splenomegaly): Peningkatan ukuran limpa yang dapat menyebabkan rasa penuh atau nyeri di perut kiri atas.
Ascites: Penumpukan cairan di rongga perut yang menyebabkan pembengkakan.
Edema Perifer: Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki akibat retensi cairan.
Ensefalopati Hepatik: Gangguan fungsi otak akibat akumulasi racun yang tidak dapat disaring oleh hati yang rusak, menyebabkan kebingungan, perubahan perilaku, atau koma.
Kanker Hati (Karsinoma Hepatoseluler): Peningkatan risiko berkembangnya kanker hati pada individu dengan infeksi kronis.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua individu dengan hepatitis B akan mengalami semua gejala yang disebutkan di atas.
Tingkat keparahan dan jenis gejala dapat bervariasi berdasarkan respons imun individu, usia saat terinfeksi, dan adanya kondisi medis lain.
Apa Tes Diagnosis Hepatitis B?
Untuk mendiagnosis infeksi ini, berbagai tes laboratorium digunakan guna mendeteksi keberadaan virus, menentukan status infeksi, dan mengevaluasi fungsi hati.
Tes Serologi untuk Hepatitis B: Mendeteksi antigen dan antibodi spesifik yang terkait dengan HBV dalam darah pasien.
Hepatitis B surface antigen (HBsAg): Kehadiran HBsAg menunjukkan infeksi HBV aktif, baik akut maupun kronis. Jika HBsAg terdeteksi selama lebih dari 6 bulan, ini mengindikasikan infeksi kronis.
Antibodi terhadap HBsAg (Anti-HBs): Antibodi ini menunjukkan pemulihan dari infeksi HBV atau respons imun setelah vaksinasi. Kehadiran anti-HBs biasanya menunjukkan perlindungan terhadap infeksi HBV di masa depan.
Hepatitis B e antigen (HBeAg): Kehadiran HBeAg menandakan replikasi virus yang aktif dan tingkat infektivitas yang tinggi. Ini sering digunakan untuk menilai aktivitas penyakit dan risiko penularan.
Antibodi terhadap HBeAg (Anti-HBe): Munculnya anti-HBe biasanya menunjukkan penurunan replikasi virus dan mungkin menandakan prognosis yang lebih baik pada pasien dengan hepatitis B kronis.
Antibodi terhadap core antigen HBV (Anti-HBc): Terdiri dari dua jenis:
IgM anti-HBc: Menunjukkan infeksi HBV akut atau eksaserbasi infeksi kronis.
IgG anti-HBc: Menunjukkan infeksi HBV sebelumnya atau yang sedang berlangsung; biasanya tetap ada seumur hidup.
Tes DNA HBV (HBV DNA): Mengukur jumlah materi genetik HBV dalam darah, memberikan indikasi langsung tentang tingkat replikasi virus. Tes DNA HBV digunakan untuk:
Menilai Aktivitas Virus: Membantu menentukan apakah infeksi bersifat aktif dan memerlukan terapi antiviral.
Memantau Respon Terapi: Menilai efektivitas pengobatan antiviral dengan memantau perubahan tingkat HBV DNA.
Mendeteksi Mutasi Virus: Mengidentifikasi strain HBV yang resisten terhadap obat tertentu.
Tes Fungsi Hati: Mengevaluasi kesehatan dan fungsi hati dengan mengukur kadar enzim dan protein dalam darah.
Alanine Aminotransferase (ALT) dan Aspartate Aminotransferase (AST): Peningkatan enzim ini menunjukkan peradangan atau kerusakan hati.
Alkaline Phosphatase (ALP): Peningkatan ALP dapat mengindikasikan obstruksi saluran empedu atau kerusakan hati.
Bilirubin: Kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan jaundice (kulit dan mata menguning) dan menunjukkan disfungsi hati.
Albumin dan Total Protein: Penurunan kadar albumin dapat menunjukkan penurunan fungsi sintesis protein oleh hati.
Biopsi Hati: Dalam beberapa kasus, biopsi hati dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan hati untuk menilai hal berikut ini.
Menilai Tingkat Kerusakan Hati: Menentukan derajat fibrosis atau sirosis.
Mengevaluasi Aktivitas Peradangan: Menilai tingkat peradangan dan kerusakan sel hati.
Tes Pencitraan: Digunakan untuk menilai struktur dan kondisi hati:
Ultrasonografi (USG): Mendeteksi perubahan ukuran hati, adanya nodul, atau tanda-tanda sirosis.
FibroScan (Elastografi Transien): Mengukur kekakuan hati untuk menilai tingkat fibrosis atau sirosis tanpa prosedur invasif.
Konsultasi dengan profesional medis akan membantu dalam memilih tes yang diperlukan berdasarkan kondisi klinis individu.
Berapa Harga Tes Diagnosis Hepatitis B?
Harga tes diagnosis infeksi hepatitis B di Indonesia bervariasi tergantung bervariasi tergantung pada fasilitas kesehatan, jenis vaksin, dan lokasi.
Tes hepatitis B di Bumame memerlukan biaya Rp478.000 dengan rincian pemeriksaan tes HBsAg Kualitatif dan tes Anti-HBs.
Pemeriksaan tes anti-HBs dilakukan untuk menilai kemampuan sistem imun tubuh untuk melindungi diri, sedangkan pemeriksaan HBsAg dilakukan untuk mendeteksi infeksi Hepatitis B.
Bagaimana Menyembuhkan Hepatitis B?
Penanganan penyakit ini bergantung pada apakah infeksi bersifat akut atau kronis.
Penanganan Hepatitis B Akut:
Sebagian besar orang dewasa dengan hepatitis B akut dapat pulih sepenuhnya tanpa pengobatan khusus. Penanganan utama meliputi:
Istirahat yang Cukup: Memberikan waktu bagi tubuh untuk melawan infeksi dan memulihkan diri.
Nutrisi yang Baik: Mengonsumsi makanan seimbang untuk mendukung fungsi hati dan sistem imun.
Hidrasi yang Adekuat: Memastikan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi, terutama jika mengalami muntah atau diare.
Dalam kasus gejala yang parah, seperti muntah berlebihan atau tanda-tanda gagal hati, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut.
Penanganan Hepatitis B Kronis:
Jika infeksi HBV berlangsung lebih dari 6 bulan, kondisi ini dianggap kronis. Tujuan utama pengobatan hepatitis B kronis adalah mengurangi risiko komplikasi seperti sirosis dan kanker hati. Langkah-langkah penanganannya meliputi:
Evaluasi Medis Rutin: Pemantauan fungsi hati secara berkala melalui tes darah untuk menilai tingkat kerusakan hati dan aktivitas virus.
Terapi Antiviral: Penggunaan obat antivirus untuk menekan replikasi HBV dan mengurangi kerusakan hati. Obat yang umum digunakan meliputi:
Tenofovir dan Entecavir: Direkomendasikan sebagai terapi lini pertama karena efektivitas tinggi dan profil resistensi yang rendah.
Interferon Alfa Pegilasi: Digunakan dalam beberapa kasus tertentu, meskipun memiliki efek samping yang lebih banyak dibandingkan terapi oral.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua penderita hepatitis B kronis memerlukan terapi antiviral segera. Keputusan untuk memulai pengobatan didasarkan pada faktor-faktor seperti tingkat HBV DNA, kadar enzim hati (ALT), dan adanya kerusakan hati.
Gaya Hidup Sehat: Mengadopsi kebiasaan yang mendukung kesehatan hati, seperti:
Menghindari Alkohol: Alkohol dapat mempercepat kerusakan hati pada penderita hepatitis B.
Diet Seimbang: Mengonsumsi makanan bergizi untuk mendukung fungsi hati.
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik membantu menjaga berat badan ideal dan kesehatan secara keseluruhan.
Menghindari Obat Hepatotoksik: Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau suplemen yang dapat merusak hati.
Vaksinasi Hepatitis A: Penderita hepatitis B disarankan untuk divaksinasi terhadap hepatitis A guna mencegah infeksi ganda yang dapat memperburuk kondisi hati.
Meskipun terapi saat ini tidak dapat menyembuhkan hepatitis B sepenuhnya, pengelolaan yang tepat dapat mengendalikan infeksi dan mencegah komplikasi serius.
Apa Vaksin Hepatitis B, Berapa Harganya?
Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang dirancang untuk mencegah infeksi oleh virus hepatitis B (HBV), yang dapat menyebabkan penyakit hati serius seperti sirosis dan kanker hati.
Vaksin ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap HBV, memberikan perlindungan jangka panjang terhadap infeksi.
Biaya vaksinasi hepatitis B di Indonesia bervariasi. Vaksin untuk Dewasa sekitar Rp350.000-Rp1.090.000. Sementara pemberian dosis lahir vaksin hepatitis B berkisar antara Rp105.000-Rp300.000, tergantung lokasi dan fasilitas kesehatan.
Hepatitis B adalah penyakit yang dapat dicegah dan dikelola dengan baik jika dideteksi sejak dini. Melalui vaksinasi, pola hidup sehat, serta pemeriksaan medis secara berkala, risiko infeksi dan komplikasi serius dapat diminimalkan.
Kesadaran akan pentingnya pencegahan dan pengobatan yang tepat menjadi langkah utama dalam menjaga kesehatan hati dan kualitas hidup.
Sumber:
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hepatitis B Clinical Overview [Internet]. Atlanta, GA: CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-b/hcp/clinical-overview/index.html
National Center for Biotechnology Information (NCBI). Hepatitis B [Internet]. Bethesda, MD: NCBI; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555945/
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). About Hepatitis B [Internet]. Atlanta, GA: CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-b/about/index.html
World Health Organization (WHO). Hepatitis B Fact Sheet [Internet]. Geneva: WHO; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-b
National Center for Biotechnology Information (NCBI). Hepatitis B: Clinical Features and Treatment [Internet]. Bethesda, MD: NCBI; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC2809016/
Mayo Clinic. Hepatitis B: Symptoms and Causes [Internet]. Rochester, MN: Mayo Clinic; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hepatitis-b/symptoms-causes/syc-20366802
Cleveland Clinic. Hepatitis B [Internet]. Cleveland, OH: Cleveland Clinic; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4246-hepatitis-b
Johns Hopkins Medicine. Hepatitis B [Internet]. Baltimore, MD: Johns Hopkins Medicine; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/hepatitis/hepatitis-b
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Hepatitis B Treatment [Internet]. Atlanta, GA: CDC; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.cdc.gov/hepatitis-b/treatment/index.html
World Health Organization (WHO). Guidelines on Hepatitis B Prevention and Treatment [Internet]. Geneva: WHO; [updated 2024; cited 2025 Mar 14]. Available from: https://www.who.int/publications/i/item/9789240090903