Vaksin dengue bantu cegah demam berdarah secara efektif. Ketahui cara kerjanya dan pentingnya vaksinasi untuk perlindungan optimal.
Demam dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia. Sebagai negara tropis di Asia Tenggara, Indonesia menjadi wilayah endemik bagi dua jenis nyamuk penyebar virus dengue, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Meskipun banyak kasus demam dengue bersifat ringan, penyakit ini bisa berkembang menjadi lebih parah dan mengancam nyawa jika tidak segera diobati.
Pada tahun 2020, tercatat ada 95.893 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, yang tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 provinsi. Kelompok usia yang paling banyak terinfeksi adalah 15-44 tahun, yaitu sebesar 37,45%. Sementara itu, kasus kematian akibat DBD berjumlah 661 kasus, dengan sebagian besar terjadi pada anak usia 5-14 tahun, yaitu sebesar 34,13%.
Oleh karena banyaknya kasus rawatan akibat dari infeksi dengue dan saat ini belum ditemukan strategi yang efisien untuk mengontrol vektor nyamuk penyebar virus dengue maka vaksin dengue merupakan opsi potensial yang terbaik yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) untuk digunakan di daerah endemis dengue seperti Indonesia. Di artikel kali ini kita akan membahas lebih lengkap mengenai apa itu demam dengue dan penggunaan vaksinnya di Indonesia.
Apa Itu Demam Dengue?
Demam dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang terinfeksi. Virus dengue memiliki empat serotipe (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4), yang berarti seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari sekali dalam hidupnya jika terpapar virus yang berbeda.
Gejala demam dengue dapat bervariasi, mulai dari demam ringan hingga berat, dengan komplikasi yang berpotensi fatal seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dengue shock syndrome (DSS). Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting.
Penyebab Demam Dengue
Demam dengue disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk-nyamuk ini biasanya aktif pada pagi hingga sore hari dan dapat ditemukan di daerah-daerah yang memiliki iklim tropis. Virus dengue berkembang di dalam tubuh nyamuk setelah nyamuk tersebut menggigit orang yang sudah terinfeksi virus dengue.
Ketika nyamuk terinfeksi menggigit orang lain, virus dengue akan masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi sel-sel darah putih, menyebabkan tubuh bereaksi dengan gejala-gejala khas seperti demam tinggi dan ruam kulit. Virus ini dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada infeksi berulang dengan serotipe virus yang berbeda.
Nyamuk ini biasa hidup di sekitar perumahan atau di tempat-tempat umum, suka beristirahat di tempat yang agak gelap, seperti pada baju atau kain yang bergantung, atau pada bawah meja atau kursi. Jarak terbangnya sekitar 100-200 meter dan senang meletakkan telur pada tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung ke tanah seperti vas bunga, tempat minum burung, ban/kaleng bekas atau tempat lainnya yang dapat menjadi genangan air hujan.
Gejala Demam Dengue
Gejala demam dengue muncul 4 hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Beberapa gejala utama yang sering ditemukan pada penderita demam dengue adalah:
Demam tinggi (biasanya lebih dari 40°C)
Nyeri otot dan sendi (dikenal juga sebagai "breakbone fever")
Sakit kepala berat, terutama di sekitar dahi
Rasa sakit di belakang mata
Ruam kulit yang muncul beberapa hari setelah demam
Mual dan muntah
Perdarahan ringan, seperti mimisan atau gusi berdarah
Penurunan jumlah trombosit darah, yang dapat meningkatkan risiko perdarahan
Pada kasus yang lebih berat, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dengue shock syndrome (DSS), penderita dapat mengalami pendarahan yang lebih parah, penurunan tekanan darah yang drastis, dan kerusakan organ.
Pemeriksaan dan Diagnosa Demam Dengue
Diagnosis demam dengue biasanya didasarkan pada gejala klinis dan riwayat perjalanan ke daerah endemis. Pemeriksaan darah sangat penting untuk memastikan diagnosis dan mengevaluasi tingkat keparahan penyakit. Beberapa jenis tes yang umum dilakukan antara lain:
Uji Bendung (tourniquet test): Pada uji bendung, tekanan darah akan dibendung (biasanya dengan manset tensimeter) pada lengan pasien selama beberapa menit, dan kemudian diperiksa apakah ada bercak-bercak darah (petechiae) yang muncul di kulit. Jika petechiae muncul, itu menunjukkan adanya masalah dengan pembekuan darah, yang dapat terjadi pada pasien DBD.
Hematokrit dan Darah Perifer Lengkap: Pemantauan hematokrit dan darah perifer lengkap penting dilakukan pada pasien demam dengue untuk memantau hemokonsentrasi (penebalan darah) sehingga melihat perkembangan penyakit dan efektivitas terapi cairan.
Tes serologi: Untuk mendeteksi antibodi terhadap virus dengue (IgM dan IgG).
Polymerase Chain Reaction (PCR): Untuk mendeteksi materi genetik virus dengue dalam darah.
Tes antigen NS1: Untuk mendeteksi protein virus dengue dalam darah.
Pemeriksaan ini membantu dokter dalam menentukan jenis dan serotipe virus yang menginfeksi serta mengevaluasi risiko komplikasi.
Pengobatan Demam Dengue
Saat ini, belum ada obat antiviral khusus untuk demam dengue. Pengobatan difokuskan pada perawatan simptomatik untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Kunci pengobatannya terletak pada identifikasi dini, tepat menentukan hari sakit agar dapat menempatkan dalam fase penyakit. Beberapa langkah pengobatan yang umum dilakukan adalah:
Pemberian cairan oral atau infus: Untuk mengatasi dehidrasi yang sering terjadi akibat demam tinggi dan muntah.
Obat penurun demam: Seperti parasetamol untuk menurunkan demam dan mengurangi rasa sakit.
Pengawasan ketat: Pada pasien dengan risiko tinggi atau yang mengalami gejala parah, pengawasan di rumah sakit dengan perawatan intensif mungkin diperlukan.
Pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dengue shock syndrome (DSS), penanganan lebih lanjut seperti transfusi darah atau cairan intravena sangat diperlukan.
Pencegahan Demam Dengue
Pencegahan demam dengue berfokus pada pengendalian populasi nyamuk dan mencegah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran virus dengue antara lain:
Mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk: Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat-tempat yang tergenang air, seperti wadah penampungan air hujan, botol bekas, atau pot tanaman. Menutup rapat tempat penampungan air dan mengurasnya secara rutin sangat penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Penggunaan kelambu dan obat nyamuk: Menggunakan kelambu saat tidur dan aplikasi lotion atau semprotan anti-nyamuk bisa mengurangi risiko gigitan nyamuk.
Pakai pakaian pelindung: Menggunakan pakaian panjang dan tertutup juga bisa membantu menghindari gigitan nyamuk, terutama saat berada di luar rumah.
Penyemprotan insektisida: Menyemprotkan larvasida atau insektisida di area yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, serta menggunakan fogging (pengasapan) untuk membunuh nyamuk dewasa juga merupakan langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
Vaksin dengue: Pada tahun 2017, vaksin dengue CYD-TVD (dengvaxia) mendapatkan izin edar pertama untuk diberikan pada anak usia 9-16 tahun.
Vaksinasi Demam Dengue
Vaksinasi dengue adalah langkah preventif yang dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi virus dengue. Vaksin yang pertama kali disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah Dengvaxia (vaksin dengue rekombinan monovalen). Vaksin ini telah disetujui di beberapa negara dan digunakan untuk membantu mengurangi angka kejadian demam dengue. Sedangkan di Indonesia, sudah ada vaksin terbaru Qdenga yang merupakan vaksin tetravalen hidup yang dilemahkan untuk mencegah demam dengue.
Manfaat Vaksinasi Dengue
Vaksin DBD dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap empat serotipe virus dengue. Vaksin dengue memberikan sejumlah manfaat penting dalam upaya pencegahan penyakit ini, antara lain:
Mengurangi risiko infeksi: Vaksinasi membantu melindungi individu dari infeksi virus dengue, terutama di daerah dengan tingkat kejadian yang tinggi. Pada beberapa studi diperkirakan dapat mencegah kasus DBD hingga 80%
Mengurangi keparahan penyakit: Pada individu yang terinfeksi virus dengue meskipun sudah divaksinasi, gejala yang muncul biasanya lebih ringan dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi. Pada studi klinis, vaksin ini dapat mengurangi risiko rawat inap akibat DBD hingga lebih dari 90%.
Mencegah dengue berat: Vaksin ini juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dengue shock syndrome (DSS), yang berpotensi fatal.
Usia Berapa Vaksin Dengue Diberikan?
Vaksinasi DBD ditujukan untuk kelompok usia tertentu, biasanya 6 hingga 45 tahun, tergantung pada jenis vaksinnya. Tidak disarankan untuk anak di bawah 6 tahun dan orang dewasa di atas 45 tahun karena data efektivitas pada kelompok usia tersebut belum cukup tersedia. Efektivitas terbaik cenderung terlihat pada individu yang sebelumnya sudah terpapar virus dengue (seropositif). Pada individu yang belum pernah terinfeksi, efektivitas dapat bervariasi.
Berapa Kali Vaksin Dengue Diberikan?
Vaksin dengue Qdenga diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak 3 bulan. Dengan cara disuntikkan secara subkutan (dibawah kulit) di bagian atas lengan.
Kontraindikasi Pemberian Vaksin Dengue
Berikut kondisi di mana vaksin DBD tertentu tidak boleh diberikan:
Alergi: Tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki alergi terhadap bahan aktif atau komponen lain dalam vaksin. Juga, orang yang pernah mengalami reaksi alergi serius terhadap dosis vaksin sebelumnya tidak boleh divaksinasi.
Masalah Kekebalan Tubuh: Tidak disarankan untuk individu dengan gangguan kekebalan tubuh bawaan atau yang disebabkan oleh pengobatan, seperti terapi kemoterapi atau penggunaan steroid dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Kondisi ini dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV: Orang dengan infeksi HIV yang sudah menunjukkan gejala atau yang memiliki bukti gangguan fungsi kekebalan tidak dianjurkan menerima vaksin ini.
Ibu Hamil: Wanita hamil sebaiknya tidak menerima vaksin ini karena keamanannya untuk janin belum dipastikan.
Ibu Menyusui: Wanita yang sedang menyusui juga tidak direkomendasikan untuk divaksinasi karena keamanan bagi bayi yang disusui belum diketahui secara pasti.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menerima vaksin, terutama jika memiliki riwayat penyakit atau kondisi khusus.
Apa efek samping pemberian vaksin DBD?
Pemberian vaksin DBD tidak selalu menimbulkan efek samping. Sekalipun muncul efek samping, biasanya bersifat ringan dan sementara. Beberapa efek samping yang umum ditemui di antaranya adalah:
Rasa sakit, merah, bengkak di tempat suntikan
Nyeri kepala ringan
Demam
Mual
Nyeri otot
Rasa lelah
Biarpun begitu, pada beberapa kasus risiko alergi berat seperti mata dan bibir bengkak, kemerahan seluruh tubuh, sesak napas, hingga pingsan mungkin saja terjadi. Jika gejala-gejala tersebut muncul, segera ke fasilitas kesehatan terdekat.
Demam dengue adalah penyakit yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik. Vaksinasi dengue menjadi langkah pencegahan yang sangat penting untuk mengurangi dampak penyakit ini, terutama di daerah-daerah yang sering mengalami wabah. Dengan vaksin dengue, kita dapat mengurangi risiko infeksi, mengurangi keparahan penyakit, dan mencegah terjadinya komplikasi serius seperti dengue hemorrhagic fever dan dengue shock syndrome.
Vaksinasi dengue adalah bagian dari upaya pencegahan penyakit yang dapat mengurangi beban kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah endemis seperti Indonesia. Dengan vaksin ini, risiko komplikasi serius akibat DBD dapat ditekan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Jika Anda memenuhi syarat untuk vaksinasi, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang manfaat dan keamanan vaksin ini.
Sumber:
Aulia, T. (2024). LITERATURE REVIEW: KAJIAN EFEKTIVITAS PERKEMBANGAN VAKSIN VIRUS DENGUE MASA KINI. Jurnal Kedokteran Raflesia, 10(1), 46-52.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2021). Dengue Vaccine: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices, United States, 2021. Morbidity and Mortality Weekly Report, 70(6). Retrieved from https://www.cdc.gov/vaccines/acip.
Kemenkes, R. I. (2021). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Dengue Anak dan Remaja. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Takeda. (2024). Summary of Product Characteristics: QDENGA® (Dengue Tetravalent Vaccine, Live, Attenuated). Retrieved from internal documentation.
World Health Organization (WHO). (2024, May 15). WHO prequalifies new dengue vaccine. Retrieved from https://www.who.int