Kenali gejala dan penyebab penyakit tipes serta pentingnya vaksinasi untuk mencegah infeksi serius dan menjaga kesehatan tubuh Anda.
Tipes atau demam tifoid adalah salah satu penyakit yang cukup sering kita dengar di Indonesia. Penyakit ini tidak hanya membuat penderitanya menderita, tetapi juga bisa menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Penyebab utamanya adalah bakteri Salmonella typhi yang biasanya masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Demam tifoid merupakan penyakit yang sangat endemik di Indonesia. Hal ini terjadi terus menerus di seluruh daerah dengan angka kesakitan 157/100.000 penduduk di daerah semi perkotaan. Mengingat tingginya risiko penyakit ini, mengenal gejala, penyebab, dan cara pencegahannya sangat penting untuk melindungi diri dan keluarga.
Melalui artikel ini, kami akan menjelaskan secara sederhana apa itu tipes, gejala-gejalanya, bagaimana penyakit ini didiagnosis, serta pentingnya vaksinasi untuk mencegahnya. Yuk, simak informasi berikut agar kita semua bisa lebih waspada terhadap tipes!
Apa Itu Tipes?
Tipes adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini umumnya menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Setelah masuk ke tubuh, bakteri ini berkembang biak di dalam darah dan menyerang saluran pencernaan, khususnya usus. Di Indonesia, tipes masih menjadi masalah kesehatan utama, terutama di daerah yang memiliki akses terbatas terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai. Risiko penyakit demam tifoid lebih tinggi pada populasi yang tidak memiliki akses terhadap higenitas dan air bersih serta sanitasi yang memadai, dan anak-anak merupakan kelompok yang paling berisiko.
Penyebab Tipes?
Tipes disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang merupakan anggota dari Genus Salmonella. Bakteri ini bisa hidup cukup lama di lingkungan, seperti di air, es, sampah, dan debu. Salmonella ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Sedangkan tempat bertahan Salmonella salah satunya adalah manusia yaitu seseorang yang sedang sakit atau carrier. Penularannya sering terjadi melalui:
Makanan atau minuman yang tidak higienis.
Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi (baik penderita maupun pembawa bakteri tanpa gejala).
Sanitasi yang buruk, seperti mencuci tangan dengan air yang tercemar.
Sehingga anak-anak dan orang yang tinggal di daerah dengan sanitasi buruk menjadi kelompok yang paling rentan terhadap tipes.
Gejala Tipes?
Gejala tipes sering kali muncul secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu setelah infeksi. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:
Demam: Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan kenaikan suhu naik secara bertahap tiap hari (step-ladder). Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam kontinu) mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertamaberlangsung hingga minggu kedua.
Sakit kepala: Rasa nyeri biasanya dirasakan di area dahi (frontal).
Masalah pencernaan: Termasuk konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut, ada beberapa kasus hingga BAB berdarah.
Nyeri otot dan lemas: Penderita sering merasa kelelahan dan lesu.
Gejala berat: Pada kasus parah, penderita bisa mengalami penurunan kesadaran, kejang, atau penyakit kuning (ikterus).
Pada anak-anak, gejalanya bisa lebih khas, seperti mengigau, perut kembung, dan diare. Jika Anda atau keluarga mengalami gejala-gejala ini, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Bagaimana Tipes Didiagnosis?
Untuk memastikan seseorang terkena tipes, diperlukan pemeriksaan medis. Diagnosis definitif adalah isolasi bakteri demam tifoid yaitu Salmonella typhi dari darah, sumsum tulang, urin, feses. Pemeriksaan gold standard untuk demam tifoid adalah kultur darah. Organisme ini paling sering ditemukan pada 7 – 10 hari pertama.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang dilakukan:
Kultur darah: Tes ini adalah metode paling akurat untuk mendeteksi bakteri Salmonella typhi dalam darah.
Tes Widal: Tes ini mendeteksi antibodi terhadap bakteri tipes.
Pemeriksaan serologi: Seperti tes IgM/IgG untuk memastikan infeksi.
Pemeriksaan feses atau urin: Kadang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri.
Dengan diagnosis yang tepat, pengobatan bisa dimulai segera untuk mencegah komplikasi.
Pengobatan Tipes?
Pengobatan utama untuk tipes adalah antibiotik. Dokter biasanya meresepkan obat seperti kloramfenikol, ciprofloxacin, atau levofloxacin, tergantung pada kondisi pasien dan tingkat resistensi bakteri di daerah tersebut. Penting untuk menghabiskan antibiotik sesuai resep dokter agar bakteri benar-benar hilang dan tidak menular ke orang lain.
Selain itu, penderita juga harus menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet, serta memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi higienis. Jika tidak diobati dengan baik, tipes bisa menyebabkan komplikasi serius seperti perforasi usus, infeksi hati, bahkan kematian.
Pencegahan Tipes
Mencegah tipes sebenarnya lebih mudah daripada mengobatinya. Berikut beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
Jaga kebersihan makanan dan minuman: Pastikan makanan dimasak hingga matang dan air yang diminum sudah direbus atau berasal dari sumber yang aman.
Cuci tangan secara rutin: Gunakan sabun dan air bersih, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
Hindari makanan dan minuman dari tempat yang tidak terjamin kebersihannya: Misalnya, makanan pinggir jalan yang tidak tertutup rapat.
Vaksinasi: Ini adalah cara paling efektif untuk mencegah tipes, terutama bagi mereka yang tinggal atau bepergian ke daerah dengan risiko tinggi.
Mitos dan Fakta tentang Tipes
Masih banyak mitos yang beredar di masyarakat terkait tipes. Salah satu mitos yang umum adalah bahwa penderita tipes harus selalu mengonsumsi makanan lunak, seperti bubur. Padahal, penderita dapat mengonsumsi makanan lain asalkan mudah dicerna dan higienis. Mitos lainnya adalah anggapan bahwa tipes hanya disebabkan oleh kelelahan. Faktanya, tipes disebabkan oleh bakteri, bukan sekadar kelelahan atau aktivitas berlebihan.
Apa itu Vaksinasi Tifoid
Demam tifoid sering ditemukan di daerah dengan sanitasi yang buruk dan air minum yang tidak aman. Untuk mencegah penyakit ini, penting untuk memastikan akses terhadap air bersih, sanitasi yang baik, kebersihan tangan bagi yang menangani makanan, serta vaksinasi tifoid.
Vaksin konjugat tifoid adalah vaksin yang paling baru, mengandung antigen Vi murni yang dikaitkan dengan protein pembawa. Vaksin ini diberikan dalam bentuk suntikan dan dapat diberikan mulai usia 6 bulan hingga usia 45 atau 65 tahun, tergantung jenis vaksinnya.
Selain itu, ada dua jenis vaksin lain yang telah digunakan selama bertahun-tahun, terutama untuk anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa berisiko tinggi, seperti pelancong. Namun, kedua vaksin ini tidak memberikan perlindungan jangka panjang, sehingga perlu dosis ulang. Jenis vaksin ini antara lain:
Vaksin suntik berbasis antigen murni untuk orang berusia 2 tahun ke atas.
Vaksin oral hidup yang dilemahkan dalam bentuk kapsul untuk orang berusia 6 tahun ke atas.
Sejak Desember 2017, dua vaksin konjugat tifoid telah disetujui oleh WHO dan mulai diperkenalkan dalam program imunisasi di negara-negara dengan tingkat endemis tifoid yang tinggi.
Di Indonesia, vaksin Vi kapsul polisakarida banyak tersedia. Vaksin ini diberikan pada anak-anak usia ≥2 tahun dengan dosis 0,5 mL melalui suntikan intramuskular atau subkutan. Efektivitas vaksin ini berkisar antara 50–80%, dan dosis penguat disarankan setiap 3 tahun. Meskipun sudah divaksin, tetap dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang higienis guna mencegah penularan tifoid.
Manfaat Vaksinasi bagi Keluarga dan Masyarakat
Dengan melakukan vaksinasi, bukan hanya melindungi diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakat. Herd immunity yang tercipta dari tingkat vaksinasi yang tinggi dapat menghentikan penyebaran bakteri secara luas. Program vaksinasi yang terstruktur juga telah terbukti berhasil mengurangi angka kematian akibat tipes di berbagai negara.
Vaksinasi adalah investasi kesehatan jangka panjang yang efektif. Biaya vaksin jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya perawatan di rumah sakit akibat komplikasi tipes.
Semua wisatawan ke daerah endemis berpotensi terkena demam tifoid, meskipun risikonya umumnya rendah di pusat-pusat wisata dan bisnis yang memiliki standar akomodasi, sanitasi, dan kebersihan makanan yang tinggi. Vaksinasi demam tifoid harus ditawarkan kepada para wisatawan yang akan bepergian ke tempat-tempat yang berisiko tinggi terkena demam tifoid.
Rekomendasi berikut akan membantu memastikan keselamatan selama perjalanan:
Pastikan makanan dimasak dengan benar dan masih panas saat disajikan.
Hindari susu mentah dan produk yang terbuat dari susu mentah. Minumlah hanya susu yang dipasteurisasi atau direbus.
Hindari es kecuali jika dibuat dari air yang aman.
Jika keamanan air minum diragukan, rebuslah, atau jika tidak memungkinkan, desinfeksi dengan agen disinfektan yang andal dan lepas lambat (biasanya tersedia di apotek).
Cuci tangan secara menyeluruh dan sering menggunakan sabun, khususnya setelah bersentuhan dengan hewan peliharaan atau hewan ternak, atau setelah dari toilet.
Cuci buah dan sayuran dengan hati-hati, khususnya jika dimakan mentah. Jika memungkinkan, sayuran dan buah harus dikupas.
Tipes adalah penyakit yang dapat dicegah jika kita semua peduli terhadap kebersihan dan melakukan vaksinasi. Mari bersama-sama menjaga kesehatan dengan cara sederhana, seperti mencuci tangan, makan makanan yang higienis, dan melengkapi imunisasi keluarga kita. Jika Anda atau keluarga belum mendapatkan vaksinasi tipes, segera konsultasikan dengan dokter atau layanan kesehatan terdekat.
Dengan langkah pencegahan yang tepat, kita bisa terbebas dari ancaman tipes. Melalui vaksinasi, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang tercinta dari ancaman penyakit tipes. Vaksinasi adalah langkah kecil yang memiliki dampak besar dalam memutus rantai penularan penyakit. Jika Anda belum mendapatkan vaksinasi, segera lakukan konsultasi dengan layanan kesehatan terdekat untuk mengetahui jadwal dan jenis vaksin yang tersedia.
Meningkatkan kesadaran akan pentingnya vaksinasi juga merupakan tanggung jawab bersama. Dengan mengedukasi orang di sekitar kita tentang manfaat vaksinasi, kita dapat mendorong lebih banyak orang untuk mengambil langkah preventif ini.
Sumber:
Nelwan, R. H. H. (2012). Tata laksana terkini demam tifoid. Continuing Medical Education, 39(4), 247-250.
KDI-IDI. (2024). Demam tifoid. Retrieved from https://kdi-idi.or.id/wp-content/uploads/2024/08/4.-DEMAM-TIFOID.pdf.pdf
Seikh Zilpah. 2024. Typhoid Fever (Salmonella Typhi). https://www.webmd.com/a-to-z-guides/typhoid-fever
Zandroto, S. A., & Situmorang, N. (2024). DEMAM TIFOID. Medical Methodist Journal (MediMeth), 2(3), 16-24.
World Health Organization. (n.d.). Typhoid. World Health Organization. Retrieved December 12, 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/typhoid