adhd pada anak

ADHD pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pentingnya Tes Genetik ADHD

11/03/2025Bumame

Penting dicatat bahwa penanganan ADHD harus disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap anak

Anak-anak punya energi luar biasa dan rasa ingin tahu yang besar, namun bagaimana jika perilaku mereka tampak lebih dari sekadar aktif atau ceroboh? 

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Bagi orang tua, memahami ADHD menjadi penting bukan hanya untuk mengenali gejalanya, tetapi juga mencari cara untuk mendukung anak-anak mereka agar dapat tumbuh dengan potensi penuh. 

Mari membahas lebih jauh tentang apa itu ADHD, bagaimana dampaknya pada anak-anak, dan solusi apa yang tersedia untuk membantu mereka menghadapi tantangan ini.

Apa Itu ADHD?

Gangguan mental, atau gangguan jiwa, adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi di antaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis). 

Salah satu jenis gangguan mental adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang umum terjadi pada anak-anak dan dapat berlanjut hingga dewasa. 

Penderita ADHD sering kali mengalami kesulitan dalam mengatur tugas dan aktivitas, mudah teralihkan perhatiannya, dan sulit mengikuti instruksi. Mereka juga dapat menunjukkan perilaku seperti tidak bisa diam, sering mengganggu aktivitas orang lain, dan berbicara berlebihan.  Penting untuk mengenali gejala ADHD sejak dini agar dapat diberikan intervensi yang sesuai. 

Bagaimana Risikonya pada Anak?

ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang umum terjadi pada anak-anak dan dapat berlanjut hingga dewasa. Penting untuk memahami faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak mengembangkan ADHD.

Faktor Risiko ADHD pada Anak:

1. Faktor Genetik

Riwayat keluarga dengan ADHD atau gangguan mental lainnya dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan kondisi serupa. 

Studi menunjukkan bahwa ADHD dapat diturunkan dalam keluarga, sehingga anak dengan orang tua atau saudara kandung yang memiliki ADHD memiliki risiko lebih tinggi.

2. Paparan Zat Berbahaya Selama Kehamilan

Ibu hamil yang merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang berisiko meningkatkan kemungkinan anaknya mengembangkan ADHD. Paparan terhadap zat-zat ini dapat memengaruhi perkembangan otak janin.

3. Kelahiran Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan ADHD. Kondisi ini dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf anak.

4. Paparan Racun Lingkungan

Paparan terhadap racun lingkungan seperti timbal dapat meningkatkan risiko ADHD pada anak. Timbal dapat ditemukan dalam cat tua atau pipa air, dan paparan tingkat tinggi dapat memengaruhi perkembangan otak anak.

5. Cedera Otak

Cedera otak traumatis pada anak dapat meningkatkan risiko perkembangan ADHD. Kerusakan pada area tertentu di otak yang mengatur perhatian dan kontrol impuls dapat menyebabkan gejala ADHD.

Apa Gejala ADHD pada Anak?

ADHD pada anak ditandai oleh berbagai gejala yang dapat mempengaruhi fungsi sehari-hari mereka. Berikut adalah gejala-gejala utama ADHD pada anak:

1. Kesulitan Memusatkan Perhatian (Inatensi):

  • Mudah teralihkan oleh rangsangan luar.

  • Sering melakukan kesalahan ceroboh dalam tugas sekolah atau aktivitas lainnya.

  • Kesulitan mempertahankan perhatian dalam permainan atau tugas.

  • Tampak tidak mendengarkan saat diajak berbicara langsung.

  • Kesulitan mengikuti instruksi dan menyelesaikan tugas.

  • Menghindari atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan usaha mental yang berkelanjutan.

  • Sering kehilangan barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas.

  • Lupa melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Hiperaktivitas:

  • Sering gelisah atau mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki, atau menggeliat di tempat duduk.

  • Kesulitan duduk diam dalam situasi yang mengharuskannya.

  • Sering berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak pantas.

  • Kesulitan bermain atau melakukan aktivitas dengan tenang.

  • Sering berbicara berlebihan.

3. Impulsivitas:

  • Sering menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diajukan.

  • Kesulitan menunggu giliran.

  • Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, menyela percakapan atau permainan).

Penting untuk dicatat bahwa gejala-gejala ini harus muncul sebelum usia 12 tahun dan hadir dalam lebih dari satu lingkungan (misalnya, di rumah dan di sekolah) untuk diagnosis ADHD. 

Gejala-gejala ini juga harus mengganggu atau mengurangi kualitas fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan anak. Jika anak menunjukkan tanda-tanda ADHD, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Apakah ADHD akan Mempengaruhi Kehidupan Anak?

Anak-anak dengan ADHD dapat mengalami berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk:

  1. Prestasi Akademik yang Rendah: Kesulitan dalam memusatkan perhatian dan mengikuti instruksi dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik.

  2. Masalah Sosial: Perilaku impulsif dan hiperaktif dapat mengganggu hubungan dengan teman sebaya, menyebabkan isolasi sosial atau konflik.

  3. Risiko Cedera Lebih Tinggi: Anak dengan ADHD mungkin lebih rentan terhadap kecelakaan dan cedera akibat perilaku impulsif dan kurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar.

  4. Masalah Emosional: Mereka mungkin mengalami perasaan rendah diri, frustrasi, atau masalah emosional lainnya akibat kesulitan yang dihadapi.

Apa Ciri ADHD pada Anak Semakin Parah?

ADHD pada anak dapat menunjukkan peningkatan keparahan gejala seiring waktu. Memahami tanda-tanda bahwa ADHD semakin parah sangat penting untuk intervensi dini dan penanganan yang tepat. 

Berikut adalah indikator utama yang menunjukkan peningkatan keparahan ADHD pada anak:

1. Kesulitan Akademik yang Meningkat:

  • Penurunan signifikan dalam prestasi sekolah, seperti nilai yang menurun atau kesulitan menyelesaikan tugas tepat waktu.

  • Kesulitan dalam memahami dan mengikuti instruksi guru, yang mengakibatkan ketertinggalan dalam pelajaran.

2. Perilaku Hiperaktif yang Berlebihan:

  • Anak menjadi semakin gelisah dan tidak dapat duduk diam dalam situasi yang mengharuskannya, seperti di kelas atau saat makan.

  • Sering berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak pantas, menunjukkan peningkatan aktivitas motorik yang tidak terkendali.

3. Impulsivitas yang Meningkat:

  • Mengambil tindakan tanpa berpikir terlebih dahulu, seperti menyela percakapan, mengambil barang tanpa izin, atau melakukan tindakan berisiko tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

  • Kesulitan menunggu giliran dalam permainan atau aktivitas kelompok, yang dapat menyebabkan konflik dengan teman sebaya.

4. Masalah Sosial yang Semakin Parah:

  • Kesulitan mempertahankan persahabatan akibat perilaku yang mengganggu atau agresif.

  • Menjadi terisolasi secara sosial karena teman sebaya menghindari interaksi dengan anak tersebut.

5. Kesulitan Emosional yang Meningkat:

  • Sering mengalami ledakan emosi, seperti kemarahan atau tangisan yang berlebihan, tanpa alasan yang jelas.

  • Menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau depresi, seperti menarik diri dari aktivitas yang disukai atau perubahan pola tidur dan makan.

6. Kurangnya Perhatian yang Semakin Jelas:

  • Mudah teralihkan oleh rangsangan eksternal, sehingga sulit menyelesaikan tugas atau aktivitas yang dimulai.

  • Sering kehilangan barang-barang pribadi atau alat sekolah, menunjukkan kurangnya perhatian terhadap detail.

Jika anak menunjukkan satu atau lebih dari tanda-tanda di atas, penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental. 

Bagaimana Cara Diagnosis ADHD?

ADHD melibatkan serangkaian langkah komprehensif, karena tidak ada satu tes tunggal yang dapat secara definitif mendiagnosis kondisi ini. 

Proses diagnostik biasanya mencakup beberapa komponen berikut:

1. Wawancara Klinis Menyeluruh:

Profesional kesehatan mental akan melakukan wawancara mendalam dengan individu yang diduga memiliki ADHD, serta dengan anggota keluarga atau pengasuh, untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala, riwayat perkembangan, dan latar belakang medis. 

2. Penggunaan Skala Penilaian Perilaku Standar:

Alat seperti SNAP-IV (Swanson, Nolan, and Pelham-IV) digunakan untuk menilai frekuensi dan tingkat keparahan gejala inatensi dan hiperaktivitas/impulsivitas berdasarkan laporan dari orang tua dan guru. 

3. Pemeriksaan Medis Lengkap:

Pemeriksaan fisik, termasuk tes pendengaran dan penglihatan, dilakukan untuk menyingkirkan kondisi medis lain yang mungkin serupa gejala ADHD. 

4. Penggunaan Daftar Periksa Gejala ADHD:

Daftar periksa gejala digunakan untuk memastikan bahwa individu memenuhi kriteria diagnostik yang ditetapkan untuk ADHD, membantu dalam menentukan diagnosis yang akurat. 

5. Penilaian Fungsi Kognitif:

Tes psikologis yang mengevaluasi proses kognitif seperti memori, perencanaan, pengambilan keputusan, penalaran, dan pemikiran digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan tantangan, serta kemungkinan adanya gangguan belajar yang menyertai. 

6. Pengumpulan Riwayat Perilaku:

Informasi dari orang tua, guru, dan individu yang bersangkutan dikumpulkan untuk memahami pola perilaku di berbagai lingkungan, seperti di rumah dan sekolah, guna memastikan konsistensi gejala. 

Kenapa Penting untuk Tes Genetik ADHD?

ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks dengan komponen genetik yang signifikan. Meskipun demikian, saat ini tidak ada tes genetik yang dapat secara definitif mendiagnosis ADHD. Namun, memahami peran genetika dalam ADHD memiliki beberapa manfaat penting:

1. Memahami Risiko Keturunan:

Penelitian menunjukkan bahwa ADHD memiliki heritabilitas tinggi, dengan estimasi sekitar 80%. Artinya, individu dengan anggota keluarga dekat yang memiliki ADHD memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi serupa. 

2. Pengembangan Strategi Pengobatan yang Dipersonalisasi:

Pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor genetik yang terkait dengan ADHD dapat membantu dalam mengidentifikasi respons individu terhadap berbagai pilihan pengobatan. 

Meskipun saat ini belum ada tes genetik yang digunakan secara rutin untuk menentukan pengobatan ADHD, penelitian di bidang ini terus berkembang dengan harapan dapat menawarkan pendekatan terapi yang lebih dipersonalisasi di masa depan. 

3. Peningkatan Pemahaman tentang Mekanisme Biologis:

Studi genetik dapat mengungkap jalur biologis yang terlibat dalam perkembangan ADHD, yang pada gilirannya dapat memandu penelitian lebih lanjut dalam pengembangan terapi baru dan intervensi yang lebih efektif. 

Penting untuk dicatat bahwa, meskipun faktor genetik memainkan peran signifikan dalam ADHD, diagnosis saat ini didasarkan pada evaluasi klinis menyeluruh yang mencakup riwayat medis, observasi perilaku, dan penilaian gejala sesuai dengan kriteria diagnostik yang ditetapkan.

Tes genetik belum menjadi alat diagnostik standar untuk ADHD, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana informasi genetik dapat diintegrasikan secara efektif ke dalam praktik klinis. 

Bagaimana Menyembuhkan ADHD pada Anak?

ADHD pada anak tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, namun gejalanya dapat dikelola secara efektif melalui kombinasi berbagai pendekatan. 

Berikut adalah metode utama dalam penanganan ADHD pada anak:

1. Terapi Farmakologis (Pengobatan):

  • Obat Stimulan: Obat-obatan seperti methylphenidate dan amphetamine sulphate sering digunakan untuk meningkatkan perhatian dan mengurangi hiperaktivitas serta impulsivitas pada anak dengan ADHD. 

  • Obat Non-Stimulan: Alternatif seperti atomoxetine dapat diresepkan jika obat stimulan tidak efektif atau menimbulkan efek samping yang signifikan. 

2. Terapi Non-Farmakologis:

  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT): CBT membantu anak mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku yang tidak diinginkan, sehingga meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola gejala ADHD. 

  • Terapi Perilaku: Fokus pada penguatan perilaku positif dan pengurangan perilaku negatif melalui sistem reward dan konsekuensi yang konsisten. 

  • Pelatihan Keterampilan Sosial: Membantu anak memahami dan menerapkan perilaku sosial yang sesuai, meningkatkan interaksi mereka dengan teman sebaya dan lingkungan sekitar. 

3. Dukungan Orang Tua dan Keluarga:

  • Pelatihan untuk Orang Tua: Memberikan pengetahuan dan strategi kepada orang tua dalam mengelola perilaku anak dengan ADHD, serta menciptakan lingkungan rumah yang mendukung. 

  • Terapi Keluarga: Meningkatkan komunikasi dan dinamika keluarga untuk mendukung anak dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan ADHD.

4. Pendekatan Gaya Hidup:

  • Pola Makan Sehat: Menerapkan diet seimbang yang kaya nutrisi untuk mendukung fungsi otak dan kesehatan secara keseluruhan. 

  • Aktivitas Fisik Teratur: Mengajak anak melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari untuk membantu mengurangi gejala dan meningkatkan konsentrasi. 

  • Rutinitas Tidur yang Baik: Memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas untuk membantu pengendalian gejala ADHD. 

Penting dicatat bahwa penanganan ADHD harus disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap anak. Meskipun ADHD pada anak tidak dapat disembuhkan, dengan pendekatan yang tepat, gejalanya dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Dengan diagnosis yang tepat, dukungan emosional, dan strategi pengelolaan yang efektif, anak-anak dengan ADHD tetap dapat berkembang dengan potensi penuh.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk memahami lebih jauh tentang gangguan ini, sehingga dapat memberikan dukungan yang efektif dan menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak dengan ADHD.

Sumber

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Definisi mental. [Internet]. [cited 2025 Jan 19]. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1314/definisi-mental-?

Mayo Clinic. Depression symptoms and causes. [Internet]. [cited 2025 Jan 19]. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/symptoms-causes/syc-20356007

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kenali penyakit ADHD pada anak dan terapinya. [Internet]. [cited 2025 Jan 19]. Available from: https://ayosehat.kemkes.go.id/kenali-penyakit-adhd-pada-anak-dan-terapinya

National Institute of Mental Health. Attention Deficit Hyperactivity Disorder: What you need to know. [Internet]. [cited 2025 Jan 19]. Available from: https://www.nimh.nih.gov/health/publications/attention-deficit-hyperactivity-disorder-what-you-need-to-know

Centers for Disease Control and Prevention. Is it ADHD? [Internet]. [cited 2025 Jan 19]. Available from: https://www.cdc.gov/adhd/articles/is-it-adhd.html

National Library of Medicine. Genetic insights into the etiology of ADHD: a review of studies. [Internet]. [cited 2025 Jan 19]. Available from: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8957927/