Meskipun Hoarding Disorder merupakan gangguan kesehatan mental yang serius, akan tetapi hal tersebut masih bisa diatasi dengan bantuan yang tepat
Hoarding Disorder semakin diakui sebagai gangguan kesehatan mental serius yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Hoarding Disorder (HD) adalah kondisi mental di mana seseorang merasa kesulitan untuk membuang barang-barang, bahkan jika barang tersebut tidak memiliki nilai penting.
Orang dengan hoarding disorder sering kali mengumpulkan barang-barang secara berlebihan dan merasa cemas atau stres jika harus melepaskannya. Hal ini bisa menyebabkan rumah atau tempat tinggal mereka penuh sesak dengan barang-barang yang menumpuk, yang pada akhirnya mengganggu kehidupan sehari-hari, hubungan sosial, dan kesehatan mereka.
Para ahli menekankan pentingnya menangani kondisi ini dengan strategi pengobatan yang komprehensif, termasuk wawasan baru dari penelitian genetik.
Gejala Hoarding Disoder: Apa yang harus diwaspadai?
Gejala utama Hoarding Disorder dapat dilihat dari pola perilaku sehari-hari individu. Berikut adalah tanda-tanda yang paling umum:
1. Kesulitan Membuang Barang
Orang dengan Hoarding Disorder merasa sangat sulit untuk membuang barang-barang, bahkan jika barang tersebut sudah rusak atau tidak berguna. Mereka sering kali merasa cemas, sedih, atau bahkan marah jika diminta untuk membuang barang tersebut.
2. Penumpukan Barang yang Berlebihan
Barang-barang yang tidak dibuang akan terus menumpuk, mengisi ruang-ruang penting dalam rumah seperti kamar tidur, dapur, atau ruang tamu. Dalam kasus ekstrem, rumah bisa menjadi tidak layak huni.
3. Keterikatan Emosional pada Barang
Banyak penderita merasa bahwa barang-barang tersebut memiliki nilai sentimental yang sangat tinggi, meskipun bagi orang lain barang tersebut tampak biasa saja atau tidak berarti.
4. Sulit Mengambil Keputusan
Orang dengan Hoarding Disorder sering merasa bingung saat harus memutuskan barang mana yang perlu disimpan atau dibuang, yang menyebabkan mereka menyimpan hampir semua barang.
5. Isolasi Sosial
Karena merasa malu dengan kondisi rumah mereka, banyak penderita menghindari interaksi sosial, termasuk tidak mengundang teman atau keluarga ke rumah.
Mengapa Ini Terjadi?
Hoarding Disorder adalah gangguan yang kompleks dan sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya:
1. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan bahwa Hoarding Disorder dapat diwariskan. Jika ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan menimbun, kemungkinan besar anak atau keturunannya juga akan memiliki perilaku serupa.
2. Kelainan Neurologis
Studi menunjukkan bahwa aktivitas di bagian otak tertentu, seperti anterior cingulate cortex, terganggu pada penderita Hoarding Disorder. Bagian ini bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan pengaturan emosi.
3. Pengalaman Traumatis
Peristiwa seperti kehilangan orang yang dicintai, bencana alam, atau kesulitan finansial dapat memicu perilaku menimbun sebagai cara untuk mengatasi rasa kehilangan atau kecemasan.
4. Gangguan Mental Lainnya
Hoarding Disorder sering terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan mental lain seperti depresi, kecemasan, atau obsessive-compulsive disorder (OCD).
5. Kepribadian
Individu yang memiliki sifat perfeksionis atau kesulitan mengambil keputusan lebih rentan terhadap Hoarding Disorder. Mereka merasa bahwa membuang barang adalah keputusan yang salah atau akan menyesalinya di kemudian hari.
Tes genetik dapat diperlukan untuk penderita Hoarding Disorder (HD) karena beberapa alasan terkait dengan pemahaman lebih dalam mengenai penyebab dan faktor-faktor yang berperan dalam gangguan ini. Berikut beberapa alasan mengapa tes genetik bisa membantu:
1. Menentukan Faktor Genetik: Penelitian menunjukkan bahwa gangguan seperti Hoarding Disorder mungkin memiliki komponen genetik. Dengan melakukan tes genetik, para peneliti atau profesional medis dapat mengeksplorasi apakah ada predisposisi genetik yang membuat seseorang lebih rentan terhadap HD.
2. Penyelidikan Pola Keluarga: Beberapa studi menemukan bahwa hoarding bisa terjadi lebih sering dalam keluarga tertentu. Tes genetik bisa membantu mengidentifikasi pola pewarisan genetik, yang dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai penyebab gangguan ini.
3. Mendiagnosis dan Memahami Penyakit Lebih Dalam: Hoarding Disorder sering kali berkaitan dengan gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), atau bahkan gangguan kejiwaan lainnya. Tes genetik dapat membantu memahami apakah ada faktor genetik yang berkontribusi pada co-occurring disorders, memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai profil medis individu tersebut.
4. Personalisasi Pengobatan: Mengetahui apakah ada faktor genetik yang berhubungan dengan Hoarding Disorder bisa membantu dalam merancang pendekatan pengobatan yang lebih tepat dan personal. Ini bisa mencakup terapi atau obat-obatan yang lebih efektif berdasarkan predisposisi genetik pasien.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun tes genetik bisa memberikan wawasan tambahan, penyebab utama Hoarding Disorder umumnya melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan pengalaman hidup. Oleh karena itu, tes genetik hanya salah satu bagian dari gambaran keseluruhan.
Tes Genetik: Masa Depan Penanganan Hoarding Disorder
Kemajuan dalam bidang genetika telah membuka peluang baru untuk memahami dan menangani Hoarding Disorder. Berikut adalah beberapa manfaat dari tes genetik:
1. Deteksi Dini
Dengan mengetahui gen tertentu yang berhubungan dengan Hoarding Disorder, individu yang berisiko dapat diidentifikasi lebih awal, bahkan sebelum gejala muncul.
2. Pengobatan yang Lebih Spesifik
Informasi genetik dapat membantu dokter dalam merancang rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu.
3. Langkah Pencegahan
Keluarga dengan riwayat Hoarding Disorder dapat memanfaatkan informasi genetik untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti konseling atau terapi.
4. Kemajuan Ilmiah
Penelitian genetik tidak hanya membantu individu, tetapi juga mendorong pengembangan terapi baru yang lebih efektif untuk Hoarding Disorder.
Langkah untuk Memulihkan Keseimbangan
Mengatasi Hoarding Disorder membutuhkan kombinasi pendekatan yang mencakup terapi, obat-obatan, dan dukungan komunitas. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan yang umum:
1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT adalah terapi berbasis bukti yang membantu penderita mengubah pola pikir dan perilaku yang berhubungan dengan menimbun barang. Terapi ini mengajarkan cara-cara baru untuk mengambil keputusan dan mengelola emosi.
2. Obat-Obatan
Obat seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) sering digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan atau depresi yang terjadi bersamaan dengan Hoarding Disorder.
3. Pelatihan Mengelola Barang
Terapi ini membantu individu belajar cara menyortir, menyimpan, dan membuang barang secara sistematis. Pendekatan ini dilakukan secara bertahap agar tidak membuat penderita merasa kewalahan.
1. Kelompok Dukungan
Bergabung dengan kelompok dukungan dapat memberikan dorongan emosional dan ide-ide praktis dari orang-orang yang memiliki pengalaman serupa.
2. Keterlibatan Keluarga
Edukasi untuk keluarga sangat penting agar mereka dapat mendukung penderita dengan cara yang konstruktif, bukan menghakimi.
Hoarding Disorder tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Keluarga dan teman sering merasa frustrasi atau tidak berdaya melihat kondisi rumah yang penuh sesak. Selain itu, penumpukan barang dapat menyebabkan risiko kesehatan, seperti infeksi, kebakaran, atau kecelakaan akibat barang yang jatuh.
Pencegahan Hoarding Disorder (HD) memerlukan pendekatan yang melibatkan kesadaran, kebiasaan yang sehat, serta dukungan sosial. Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah perkembangan HD:
1. Membangun Kebiasaan Mengatur Barang Sejak Dini
Mulailah dengan kebiasaan memilah dan mengatur barang secara rutin. Hindari menumpuk barang-barang yang tidak diperlukan. Dengan cara ini, Anda dapat mengurangi kemungkinan barang menumpuk secara berlebihan seiring waktu.
2. Pendidikan tentang Manajemen Barang
Pelajari cara mengelola barang dengan bijak. Mengetahui kapan harus membuang atau mendonasikan barang yang tidak terpakai dapat membantu mencegah penumpukan yang tidak perlu.
3. Meningkatkan Keterampilan Pengelolaan Stres dan Emosi
Hoarding Disorder sering kali terkait dengan masalah kecemasan dan emosi yang tidak terkelola dengan baik. Mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres, kecemasan, atau depresi melalui teknik relaksasi, mindfulness, atau berbicara dengan seorang profesional dapat membantu mencegah perilaku menumpuk barang sebagai cara untuk mengatasi perasaan tersebut.
1. Dukungan Sosial yang Kuat
Memiliki jaringan sosial yang baik sangat penting dalam pencegahan HD. Teman, keluarga, atau kelompok pendukung dapat membantu memberikan perspektif luar dan dukungan saat Anda merasa kesulitan untuk mengatur barang atau menghadapi emosi terkait.
2. Pencegahan Dini pada Anak dan Remaja
Bagi anak atau remaja yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau kecenderungan untuk mengumpulkan barang secara berlebihan, intervensi dini dengan dukungan orang tua, bimbingan, atau konseling dapat membantu mencegah berkembangnya Hoarding Disorder di masa depan.
3. Menangani Gangguan Psikologis Sejak Dini
Jika seseorang mengalami gangguan obsesif-kompulsif (OCD), kecemasan, atau masalah emosional lainnya, penting untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu individu untuk mengubah pola pikir dan perilaku yang dapat berkembang menjadi hoarding.
4. Pendidikan tentang Nilai dan Kebutuhan Barang
Memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan dapat membantu seseorang menghindari perilaku mengumpulkan barang secara berlebihan. Pendidikan tentang minimalisme atau hidup dengan barang yang lebih sedikit dapat mendorong gaya hidup yang lebih terorganisir.
Berapa Biaya Pengobatannya?
Biaya pengobatan Hoarding Disorder (HD) dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti lokasi, jenis pengobatan yang dipilih, dan lamanya perawatan. Secara umum, pengobatan HD melibatkan kombinasi terapi psikologis, obat-obatan, serta mungkin beberapa biaya untuk evaluasi medis tambahan. Berikut adalah perkiraan biaya yang dapat terlibat dalam pengobatan Hoarding Disorder:
1. Terapi Kognitif Perilaku (CBT):
Terapi ini adalah pendekatan utama yang digunakan untuk mengatasi Hoarding Disorder. Biaya terapi CBT di Indonesia dapat berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 1.500.000 per sesi, tergantung pada lokasi dan pengalaman terapis.
Biasanya, untuk pengobatan jangka panjang, seorang penderita mungkin membutuhkan 12-20 sesi terapi, yang berarti total biaya bisa mencapai Rp 6.000.000 hingga Rp 30.000.000 atau lebih.
2. Obat-obatan:
Jika Hoarding Disorder terkait dengan gangguan lain seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau kecemasan, obat-obatan seperti antidepresan (SSRI) atau obat penenang mungkin diperlukan. Biaya obat-obatan ini bervariasi tergantung pada jenis dan dosisnya, dan dapat berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 500.000 per bulan.
3. Konsultasi dengan Psikiater atau Psikolog:
Biaya untuk konsultasi dengan psikiater atau psikolog dapat bervariasi antara Rp 300.000 hingga Rp 1.500.000 per sesi, tergantung pada keahlian dan pengalaman profesional serta lokasi praktik.
4. Pengobatan dan Pemeliharaan Rumah:
Beberapa penderita HD mungkin memerlukan bantuan untuk membersihkan dan mengatur rumah mereka, yang dapat memerlukan jasa profesional seperti ahli kebersihan atau pembersihan hoarding. Biaya untuk layanan ini dapat sangat bervariasi, mulai dari beberapa juta hingga puluhan juta rupiah, tergantung pada kondisi rumah dan tingkat kebersihan yang diperlukan.
Secara keseluruhan, biaya pengobatan Hoarding Disorder dapat cukup mahal, terutama jika pengobatan berlangsung dalam jangka waktu panjang. Sebaiknya, penderita mencari informasi lebih lanjut mengenai opsi pengobatan dan fasilitas yang dapat membantu mengelola biaya, seperti asuransi kesehatan atau layanan medis yang lebih terjangkau.
Meskipun Hoarding Disorder merupakan gangguan kesehatan mental yang serius, akan tetapi hal tersebut masih bisa diatasi dengan bantuan yang tepat. Dengan terapi, obat-obatan, dan dukungan yang tepat, individu dapat belajar untuk mengelola perilaku menimbun dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih sehat. Penting untuk mencari bantuan profesional jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami tanda-tanda Hoarding Disorder.
Sumber:
Mayo Clinic. Hoarding Disorder – Symptoms and Causes. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hoarding-disorder/symptoms-causes/syc-20356056
American Psychiatric Association. Understanding Hoarding Disorder. Available from: https://www.psychiatry.org/patients-families/hoarding-disorder/what-is-hoarding-disorder
National Institute of Mental Health. Hoarding Disorder Research. Available from: https://www.nimh.nih.gov/
National Center for Biotechnology Information. Cognitive Behavioral Therapy for Hoarding. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/