Bronkopneumonia vs Pneumonia: Apa Bedanya?

Bronkopneumonia vs Pneumonia: Apa Bedanya?

17/07/2025Bumame

Pneumonia adalah infeksi pada jaringan paru-paru yang menyebabkan peradangan pada alveoli (kantung udara kecil di paru-paru). Penyebabnya bisa berupa bakteri, virus, atau jamur, dan kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia. Gejala umumnya meliputi demam, batuk, nyeri dada, dan kesulitan bernapas.

Di sisi lain, bronkopneumonia merupakan salah satu bentuk pneumonia yang menyerang bronkus dan jaringan paru-paru di sekitarnya secara tidak merata. Pada bronkopneumonia, peradangan biasanya berfokus pada beberapa area paru-paru (patchy consolidation) dibandingkan dengan pneumonia lobar yang biasanya mempengaruhi satu lobus besar secara homogen. Kondisi ini kerap ditemukan pada anak-anak dan bayi, meskipun tidak terbatas pada kelompok usia tersebut.

Apa Itu Bronkopneumonia?

Bronkopneumonia adalah jenis pneumonia yang ditandai dengan peradangan menyebar di sekitar bronkus dan area sekitarnya di paru-paru. Berbeda dengan pneumonia lobar yang mempengaruhi seluruh lobus secara homogen, bronkopneumonia muncul secara multifokal dengan area yang terinfeksi tersebar secara tidak merata di kedua paru-paru. Hal ini membuat diagnosis dan pengobatan menjadi lebih menantang karena penyebaran infeksinya yang tidak terpusat.

Bagaimana Bronkopneumonia Menyebar?

Sebagian besar kasus bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri yang dapat menular dari satu orang ke orang lain. Bakteri ini menyebar melalui percikan air liur (droplet) yang dikeluarkan saat seseorang batuk atau bersin. Orang lain dapat terinfeksi jika menghirup bakteri tersebut.

Beberapa bakteri yang umum menyebabkan bronkopneumonia meliputi:

  • Staphylococcus aureus

  • Haemophilus influenzae

  • Pseudomonas aeruginosa

  • Escherichia coli

  • Klebsiella pneumoniae

  • Proteus spp.

Bronkopneumonia sering terjadi di lingkungan rumah sakit (hospital-acquired pneumonia). Pasien yang dirawat karena penyakit lain umumnya memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Dalam kondisi ini, tubuh kesulitan melawan bakteri baru yang masuk. Selain itu, pneumonia yang diperoleh di rumah sakit seringkali disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik, sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit.

Faktor Risiko Bronkopneumonia

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena bronkopneumonia, antara lain:

1. Usia

  • Bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun lebih rentan terkena bronkopneumonia karena sistem kekebalan mereka masih berkembang.

  • Lansia berusia 65 tahun ke atas juga memiliki risiko lebih tinggi akibat melemahnya daya tahan tubuh.

2. Lingkungan

  • Orang yang sering berada di rumah sakit atau panti jompo lebih berisiko, karena lingkungan ini memiliki paparan bakteri yang lebih tinggi.

3. Gaya Hidup

  • Kebiasaan merokok dapat merusak sistem pertahanan paru-paru dan meningkatkan risiko infeksi.

  • Pola makan yang buruk dapat melemahkan daya tahan tubuh.

  • Konsumsi alkohol berlebihan dapat menurunkan respons imun tubuh terhadap infeksi.

4. Kondisi Medis

Beberapa penyakit dan kondisi tertentu dapat meningkatkan risiko bronkopneumonia, termasuk:

  • Penyakit paru kronis seperti asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

  • HIV/AIDS, yang melemahkan sistem kekebalan tubuh

  • Penggunaan kemoterapi atau obat imunosupresan yang menurunkan daya tahan tubuh

  • Penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit jantung

  • Penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis atau lupus

  • Kanker, yang dapat melemahkan sistem imun

  • Batuk kronis yang berkepanjangan

  • Kesulitan menelan, yang meningkatkan risiko aspirasi (masuknya makanan atau cairan ke paru-paru)

  • Ventilator support, di mana alat bantu napas dapat menjadi jalur masuknya bakteri ke paru-paru

Jika termasuk dalam kelompok berisiko, konsultasikan dengan dokter mengenai langkah pencegahan dan cara mengelola faktor risiko agar tetap sehat.

Diagnosis Bronkopneumonia

Untuk mendiagnosis bronkopneumonia, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, mulai dari pemeriksaan fisik hingga tes pencitraan dan laboratorium untuk memastikan adanya infeksi.

  1. Pemeriksaan Fisik
    Dokter akan mendengarkan suara paru-paru menggunakan stetoskop untuk mendeteksi suara abnormal, seperti napas berbunyi atau adanya lendir yang menghambat saluran napas. Selain itu, pola pernapasan dan tanda-tanda kesulitan bernapas juga akan diperiksa.

  2. Tes Darah (CBC - Complete Blood Count)
    Tes darah ini dilakukan untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan jumlah sel darah putih yang menunjukkan respons tubuh terhadap infeksi bakteri atau virus.

  3. Rontgen Dada (Chest X-ray)
    Rontgen dada merupakan metode utama untuk mendeteksi Pneumonia. Tes ini menggunakan radiasi elektromagnetik untuk menangkap gambaran paru-paru, membantu dokter melihat sejauh mana infeksi telah menyebar. Selain itu juga dapat menentukan jenis dari Pneumonia.

  4. Computed Tomography Scan (CT Scan)
    Jika kondisi pasien cukup parah atau jika hasil rontgen belum cukup jelas, dokter dapat meminta CT scan. Tes ini bekerja mirip dengan rontgen, tetapi memberikan gambaran paru-paru yang lebih rinci, membantu mengidentifikasi lokasi spesifik infeksi.

  5. Tes Kultur Dahak (Sputum Culture Test)
    Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel dahak untuk dianalisis di laboratorium guna mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi. Informasi ini penting dalam menentukan jenis antibiotik yang paling efektif untuk pengobatan.

  6. Bronkoskopi
    Pada beberapa kasus, dokter mungkin akan melakukan bronkoskopi, yaitu prosedur dengan memasukkan selang fleksibel berkamera kecil ke dalam saluran pernapasan. Ini dilakukan untuk melihat langsung kondisi bronkus dan mengambil sampel jaringan atau lendir jika diperlukan.

  7. Pulse Oximetry
    Pulse oximetry digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam darah. Tes ini membantu dokter menilai seberapa baik paru-paru pasien menyerap oksigen, terutama jika ada tanda-tanda kesulitan bernapas.

Dengan kombinasi pemeriksaan ini, dokter dapat menentukan diagnosis yang tepat dan memberikan pengobatan yang sesuai untuk mengatasi bronkopneumonia secara efektif.

Bronkopneumonia pada Anak dan Bayi: Mengapa Penting untuk Diketahui?

Bronkopneumonia pada Anak

Anak-anak, terutama yang berusia di bawah 5 tahun, memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum sepenuhnya matang, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi saluran pernapasan. Pada anak, bronkopneumonia bisa muncul dengan gejala yang lebih ringan hingga berat, tergantung pada kondisi kesehatan dan faktor risiko yang menyertainya. Gejala yang sering dijumpai antara lain:

  • Demam tinggi yang mendadak

  • Batuk kering atau berdahak

  • Kesulitan bernapas dengan napas cepat dan terengah-engah

  • Kelelahan dan kurang nafsu makan

  • Nyeri dada

  • Pernafasan cuping hidung

  • Retraksi subkosta

Menurut pedoman World Health Organization (WHO) terbaru, penanganan pneumonia pada anak meliputi pemberian antibiotik yang sesuai, dukungan nutrisi, dan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda kegawatan pernapasan.

Bronkopneumonia pada Bayi

Pada bayi, terutama yang berusia di bawah 1 tahun, bronkopneumonia menjadi perhatian khusus karena gejalanya sering kali tidak spesifik. Bayi mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti:

  • Nafas cepat atau sulit bernafas

  • Demam

  • Lesu atau rewel yang tidak biasa

  • Retraksi subkosta ( Bernafas dengan bantuan otot dada )

  • Penurunan berat badan atau kesulitan makan

  • Warna kulit yang pucat atau kebiruan (sianosis) pada bibir dan ujung jari

Keterlambatan dalam mengenali gejala bronkopneumonia pada bayi bisa berakibat fatal, sehingga deteksi dini dan intervensi medis sangat penting. Para ahli menyarankan agar bayi dengan tanda-tanda pernapasan yang tidak normal segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Apakah Bronkopneumonia Menular?

Pertanyaan yang sering muncul adalah: "Apakah bronkopneumonia menular?"

Jawabannya tergantung pada penyebabnya. Jika bronkopneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, maka kondisi ini memang dapat menular melalui droplet (percikan ludah) saat batuk atau bersin. Namun, tidak semua kasus bronkopneumonia memiliki tingkat penularan yang sama. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae atau Staphylococcus aureus dapat menular, terutama dalam lingkungan dengan kepadatan tinggi seperti sekolah atau rumah sakit.

Oleh karena itu, penerapan langkah-langkah pencegahan seperti cuci tangan, etika batuk yang baik, dan vaksinasi (misalnya, vaksin pneumokokus) sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko penyebaran.

Apakah Bronkopneumonia Sama dengan Tuberkulosis (TBC)?

Sering terjadi kekeliruan antara bronkopneumonia dan tuberkulosis (TBC). Keduanya memang menyerang paru-paru, namun ada perbedaan yang signifikan:

Penyebab:

  • Bronkopneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri lain seperti Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan bakteri gram negatif.

  • Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Proses Penyakit:

  • Bronkopneumonia biasanya berkembang dengan cepat dan dapat diobati dengan antibiotik yang sesuai.

  • TBC cenderung memiliki proses penyakit yang lebih lambat dan memerlukan rejimen pengobatan yang panjang, sering kali selama 6 bulan atau lebih.

Penularan:

  • Keduanya menular melalui udara, namun TBC memiliki karakteristik infeksi kronis dengan manifestasi yang berbeda dan memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda pula.

Perbedaan mendasar ini menunjukkan bahwa meskipun gejala awalnya mungkin mirip, penatalaksanaan dan pengobatan TBC jauh berbeda dengan bronkopneumonia.

Terapi dan Penatalaksanaan Bronkopneumonia

Terapi Medis

Penanganan bronkopneumonia bergantung pada tingkat keparahan dan penyebab infeksinya. Berikut adalah beberapa pendekatan terapi yang umum digunakan:

1. Antibiotik:

Jika infeksi diduga disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik. Pemilihan jenis antibiotik didasarkan pada patogen yang paling mungkin dan sensitivitas lokal.

  • Pasien Anak dan Bayi: Dosis antibiotik harus disesuaikan dengan usia dan berat badan, serta diawasi secara ketat.

2. Terapi Simptomatik:

  • Obat Penurun Demam: Digunakan untuk mengendalikan demam dan memberikan kenyamanan bagi pasien.

  • Obat Batuk: Diberikan apabila batuk sangat mengganggu, namun harus dipertimbangkan dengan cermat terutama pada anak-anak.

3. Oksigen Terapi:

Pada kasus dengan kesulitan bernapas yang signifikan atau saturasi oksigen yang rendah, suplementasi oksigen dapat sangat membantu.

4. Perawatan di Rumah Sakit:

Pasien dengan gejala berat atau yang memiliki risiko komplikasi tinggi, seperti bayi pra-kelahiran atau anak dengan penyakit penyerta, mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Penting untuk selalu mengikuti anjuran dokter dan tidak menggunakan antibiotik secara sembarangan guna menghindari resistensi bakteri.

Terapi Non-Medis dan Dukungan

Selain terapi medis, perawatan suportif juga memegang peranan penting:

  • Istirahat yang Cukup: Istirahat mendukung sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi.

  • Nutrisi Seimbang: Pemberian makanan bergizi membantu mempercepat proses pemulihan.

  • Hidrasi yang Baik: Minum cairan yang cukup dapat membantu menjaga kelembaban saluran pernapasan dan mengencerkan lendir.

Pencegahan Bronkopneumonia

Pentingnya edukasi masyarakat mengenai gejala, penularan, dan penanganan pneumonia serta bronkopneumonia tidak bisa diabaikan. Masyarakat perlu diberitahu mengenai:

  • Tanda-tanda Awal: Mengenali gejala seperti demam, batuk yang tidak kunjung reda, dan kesulitan bernapas.

  • Kapan Harus ke Rumah Sakit: Terutama bagi anak-anak dan bayi, jika terjadi penurunan nafsu makan, lesu, atau napas yang tidak normal, segera konsultasikan ke dokter.

  • Kebersihan dan Gaya Hidup Sehat: Penerapan etika batuk, cuci tangan, dan menjaga lingkungan tetap bersih dapat mengurangi risiko penularan.

Upaya edukasi melalui media massa, seminar kesehatan, dan program-program pemerintah sangat diperlukan agar informasi ini tersampaikan secara luas kepada masyarakat.

Kesimpulan

Meski pneumonia dan bronkopneumonia merupakan dua bentuk infeksi paru-paru yang tampak serupa, perbedaan dalam pola penyebaran, penyebab, dan penatalaksanaan sangat menentukan langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat. Pneumonia lobar menyerang satu lobus secara menyeluruh, sedangkan bronkopneumonia menyebar secara patchy di berbagai area paru-paru. Khususnya pada anak dan bayi, deteksi dini serta penanganan yang tepat adalah kunci untuk mencegah komplikasi serius. Dengan dukungan program vaksinasi, edukasi masyarakat, kita dapat bersama-sama mengurangi beban penyakit paru-paru dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman.

Daftar Pustaka :

1. Kliegman, R., Toth, H., Bordini, B. J., & Basel, D. (Eds.). (2022). Nelson pediatric symptom-based diagnosis E-book. Elsevier Health Sciences.

2. Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, et al. Pneumonia Pathology. [Updated 2023 Jul 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526116/

3. Healthline. (n.d.). Bronchopneumonia: Symptoms, risk factors, and treatment. Retrieved March 16, 2025, from https://www.healthline.com/health/bronchopneumonia#outlook

4. Uniqcret. (n.d.). Pneumonia: Lobar pneumonia, bronchopneumonia, and interstitial pneumonia. Retrieved March 16, 2025, from https://www.uniqcret.com/post/pneumonia-lobar-pneumonia-bronchopneumonia-and-interstitial-pneumonia

5. Marcdante, K., & Kliegman, R. M. (2014). Nelson essentials of pediatrics e-book. Elsevier Health Sciences.