Mengenal Microsleep: Kenapa Terjadi, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Mengenal Microsleep: Kenapa Terjadi, Gejala, dan Cara Mengatasinya

16/07/2025Bumame

Tidur merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia untuk menjaga kesehatan dan kinerja optimal. Namun, pada kondisi tertentu, tubuh dapat mengalami episode tidur singkat yang tidak disengaja, yang dikenal dengan istilah microsleep.

Meskipun mungkin belum familiar dengan istilah ini, banyak orang pernah mengalaminya atau melihat orang lain mengalaminya. Saat mengalami microsleep, seseorang bisa tertidur sejenak dengan kepala terangguk atau tetap tampak terjaga dengan mata terbuka. Namun, terlepas dari bagaimana penampilannya, otak mereka tidak memproses informasi dari lingkungan seperti biasanya.

Karena microsleep dapat terjadi pada siapa saja dan berpotensi menyebabkan dampak serius, seperti meningkatnya risiko kecelakaan lalu lintas, penting untuk memahami apa itu microsleep, bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, serta cara mencegah dan mengatasinya.

Apa Itu Microsleep?

Microsleep adalah kondisi ketika seseorang mengalami episode tidur singkat yang berlangsung dari beberapa detik hingga maksimal kurang dari satu menit, bahkan tanpa disadari. Meskipun durasinya sangat singkat, microsleep dapat berdampak besar pada kinerja, konsentrasi, dan keselamatan, terutama saat mengemudi atau melakukan tugas penting.

Dalam kondisi microsleep, otak secara tidak sengaja “mematikan” sebagian aktifitasnya untuk mengisi kembali kebutuhan tidur. Pada saat itulah, meskipun mata tampak terbuka, otak berada dalam keadaan transisi menuju tidur, sehingga aktivitas mental dan respons motorik menjadi sangat menurun. Kondisi inilah yang membuat microsleep seringkali berpotensi menyebabkan kecelakaan atau kesalahan fatal, terutama dalam konteks pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko Microsleep

Microsleep tidak terjadi secara sembarangan; ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya episode ini. Berikut adalah beberapa penyebab dan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan microsleep:

  1. Kurang Tidur
    Kurangnya waktu tidur yang berkualitas adalah penyebab utama microsleep. Orang dewasa umumnya membutuhkan antara 7 hingga 9 jam tidur setiap malam. Pola tidur yang tidak mencukupi, baik karena pekerjaan, stres, atau kebiasaan begadang, dapat menyebabkan akumulasi kelelahan yang tinggi dan memicu microsleep.

  2. Jam Kerja Shift dan Gangguan Pola Tidur
    Bekerja pada shift malam atau bergilir dapat mengganggu ritme sirkadian, sehingga membuat tubuh sulit untuk menyesuaikan waktu istirahat. Pekerja shift, seperti petugas keamanan, dokter, atau sopir truk, berisiko tinggi mengalami microsleep karena mereka harus bekerja di waktu yang secara alami merupakan waktu tidur bagi tubuh.

  3. Kondisi Medis
    Beberapa kondisi medis, seperti sleep apnea, narkolepsi, atau gangguan tidur lainnya, dapat meningkatkan risiko microsleep. Sleep apnea, misalnya, menyebabkan jeda napas yang berulang kali saat tidur sehingga kualitas tidur terganggu. Narkolepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan tidur mendadak di siang hari.

  4. Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol
    Obat-obatan tertentu, terutama yang memiliki efek sedatif, dapat menekan sistem saraf pusat dan meningkatkan kemungkinan terjadinya microsleep. Begitu pula konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur normal dan menyebabkan kantuk berlebihan di siang hari.

  5. Aktivitas yang Membosankan
    Melakukan aktivitas monoton atau berkepanjangan yang tidak memberikan rangsangan mental yang cukup juga dapat menyebabkan microsleep. Contohnya, sopir yang harus menempuh jarak jauh di jalan tol atau pekerja yang menjalani rapat panjang tanpa jeda.

  6. Risiko Microsleep
    Microsleep adalah respons tubuh terhadap kelelahan ekstrim akibat kurang tidur. Ketika seseorang mengalami microsleep, mereka berada dalam kondisi sangat lelah hingga kehilangan kendali atas kesadaran mereka dan tidak dapat mencegah diri dari tertidur sejenak.

Hal ini secara signifikan meningkatkan risiko berbagai bahaya, termasuk:

  • Kecelakaan kendaraan, terutama saat mengemudi dalam kondisi lelah

  • Kesalahan kerja, misalnya kesalahan medis oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam jam kerja panjang

  • Kebingungan di siang hari, yang dapat mengganggu produktivitas dan konsentrasi

  • Masalah dalam hubungan sosial, karena seringnya kehilangan fokus saat berkomunikasi dengan orang terdekat

  • Membahayakan anak-anak, jika tertidur saat sedang merawat mereka

Beberapa pekerjaan yang membutuhkan perhatian tinggi dan jadwal kerja tidak teratur, seperti tenaga medis, sopir truk, dan pilot, memiliki risiko lebih besar terhadap dampak berbahaya dari microsleep. Jika mereka tertidur walaupun hanya beberapa detik saat bekerja, hal itu dapat berakibat fatal bagi diri sendiri maupun orang lain.

Bahkan jika seseorang tidak mengalami microsleep, kelelahan ekstrim tetap dapat memengaruhi kinerja mereka. Studi menunjukkan bahwa seseorang yang terjaga selama lebih dari 20 jam memiliki kemampuan berkendara yang setara dengan seseorang yang berada di bawah pengaruh alkohol. Oleh karena itu, baik microsleep maupun kelelahan yang menyebabkannya merupakan faktor risiko serius bagi kesehatan dan keselamatan.

Gejala Microsleep

Microsleep juga sering disebut sebagai behavioral microsleep karena ditandai dengan perubahan perilaku. Setiap orang dapat menunjukkan tanda-tanda microsleep yang berbeda, tetapi umumnya ditandai dengan mata yang tertutup sejenak atau hilangnya fokus secara tiba-tiba. Para peneliti dapat mendeteksi microsleep dengan mengukur aktivitas otak, mengamati ekspresi wajah serta gerakan tubuh, atau melakukan uji keterampilan motorik seseorang. Meski episode microsleep sering berlangsung sangat singkat, gejalanya bisa sangat mengganggu dan menimbulkan risiko keselamatan. Microsleep sering kali sulit dikenali karena seseorang bisa tertidur sejenak bahkan saat matanya mulai tertutup. Beberapa gejala yang terkait dengan kondisi ini antara lain:

  • Tidak merespons informasi yang diterima

  • Tatapan kosong tanpa fokus

  • Kepala terangguk tiba-tiba

  • Gerakan tubuh yang tersentak mendadak

  • Tidak dapat mengingat kejadian dalam satu atau dua menit terakhir

  • Berkedip secara perlahan

Sementara itu, tanda-tanda peringatan sebelum mengalami microsleep meliputi:

  • Sulit menjaga mata tetap terbuka

  • Menguap berlebihan

  • Gerakan tubuh yang tersentak tiba-tiba

  • Sering berkedip untuk tetap terjaga

Jika tanda-tanda ini mulai muncul, sebaiknya segera mengambil tindakan untuk mencegah microsleep, terutama jika sedang melakukan aktivitas berisiko seperti mengemudi atau mengoperasikan mesin berat.

Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?

Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang konsisten dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sangat penting untuk berkonsultasi ke dokter atau spesialis tidur. Berikut adalah beberapa kondisi yang memerlukan perhatian medis:

  1. Episode Microsleep yang Sering Terjadi
    Jika Anda menyadari bahwa microsleep terjadi hampir setiap hari, terutama saat menjalankan aktivitas penting seperti mengemudi, ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh Anda sangat kekurangan tidur.

  2. Gangguan Tidur Berkepanjangan
    Jika masalah tidur tidak hanya terjadi di siang hari tetapi juga mengganggu kualitas tidur di malam hari, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan evaluasi menyeluruh.

  3. Kecelakaan atau Kesalahan Fatal
    Jika pernah terjadi kecelakaan atau kesalahan besar yang diduga berkaitan dengan microsleep, sangat penting untuk mendapatkan penilaian medis guna mencegah insiden serupa di masa depan.

  4. Gejala Kesehatan Lainnya
    Apabila disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala yang sering, gangguan penglihatan, atau rasa lemah secara tiba-tiba, evaluasi medis diperlukan untuk memastikan tidak ada kondisi medis yang mendasarinya.

  5. Obat-obatan yang Dapat Diberikan
    Pengobatan untuk microsleep biasanya difokuskan pada penanganan penyebab yang mendasari. Meski tidak ada “obat microsleep” secara spesifik, beberapa terapi dan obat-obatan dapat membantu mengurangi risiko episode ini:

  6. Stimulan dan Obat Penenang
    Pada kasus gangguan tidur seperti narkolepsi, dokter mungkin meresepkan obat stimulan seperti modafinil atau methylphenidate untuk membantu meningkatkan kewaspadaan di siang hari. Obat-obatan ini bekerja dengan merangsang sistem saraf pusat sehingga meningkatkan konsentrasi dan mengurangi rasa kantuk.

  7. Obat untuk Sleep Apnea
    Bagi penderita sleep apnea, penggunaan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) sering direkomendasikan untuk menjaga saluran napas tetap terbuka selama tidur. Dengan demikian, kualitas tidur dapat diperbaiki dan risiko microsleep pun berkurang.

  8. Terapi dan Konseling
    Dalam beberapa kasus, terutama ketika penyebabnya berhubungan dengan gangguan tidur yang dipicu oleh stres atau depresi, dokter mungkin menyarankan Terapi Perilaku Kognitif (CBT) untuk mengatasi masalah tidur. Pendekatan ini terbukti efektif dalam memperbaiki pola tidur dan mengurangi episode microsleep.

Penting untuk diingat bahwa setiap pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Oleh karena itu, penggunaan obat-obatan harus selalu di bawah pengawasan dokter untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.

Perubahan Gaya Hidup untuk Kesehatan Tidur

Penerapan strategi di atas bukan hanya bermanfaat untuk menghindari microsleep, melainkan juga memberikan dampak positif bagi kesehatan secara keseluruhan. Berikut beberapa poin penting yang perlu diingat untuk mengintegrasikan perubahan gaya hidup yang mendukung kualitas tidur yang optimal:

  • Prioritaskan waktu tidur: Jangan mengorbankan waktu tidur demi menyelesaikan pekerjaan. Tidur cukup adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan dan produktivitas. Pada orang dewasa sekitar 7-9 jam sehari.

  • Buat rutinitas malam yang santai: Hindari penggunaan gadget atau menonton tayangan yang terlalu merangsang sebelum tidur. Gantilah dengan membaca buku atau mendengarkan musik yang menenangkan.

  • Ciptakan lingkungan tidur yang mendukung: Pastikan kasur dan bantal mendukung postur tubuh yang baik. Kualitas lingkungan tidur dapat sangat berpengaruh pada lamanya dan kualitas tidur.

  • Pantau pola tidur: Gunakan jurnal tidur atau aplikasi untuk memantau jam tidur dan pola bangun. Data ini dapat membantu Anda mengetahui apakah ada penyimpangan yang perlu diperbaiki.

Selain itu, perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat dan olahraga teratur juga berperan penting dalam menjaga ritme sirkadian tubuh. Diet seimbang dengan nutrisi yang cukup dan aktivitas fisik yang konsisten dapat meningkatkan kualitas tidur dan mencegah penumpukan kelelahan yang berujung pada microsleep.

Kesimpulan

Microsleep merupakan fenomena tidur singkat yang terjadi secara tidak disadari, dan dapat membawa dampak serius terutama bagi mereka yang bekerja dalam situasi berisiko tinggi, seperti pengemudi atau operator mesin. Penyebab utama microsleep meliputi kurang tidur, gangguan ritme sirkadian akibat kerja shift, kondisi medis seperti sleep apnea dan narkolepsi, serta konsumsi obat-obatan atau alkohol yang memiliki efek sedatif. Gejalanya pun beragam, mulai dari rasa kantuk ekstrem, gangguan konsentrasi, hingga penurunan respons motorik.

Konsultasi ke dokter sangat penting bila microsleep terjadi secara konsisten atau mengganggu aktivitas harian. Pengobatan tidak selalu ditujukan secara langsung kepada microsleep, melainkan pada kondisi yang mendasarinya. Pencegahan melalui manajemen pola tidur yang baik, pengaturan waktu istirahat, dan perubahan gaya hidup yang mendukung kesehatan tidur merupakan langkah efektif untuk mengurangi risiko terjadinya microsleep.

Daftar Pustaka :

Skorucak, J., Hertig-Godeschalk, A., Schreier, D. R., Malafeev, A., Mathis, J., & Anchermann, P. (2020). Automatic detection of microsleep episodes with feature-based machine learning. Sleep, 43(1), zsz225. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31559424/

Vyazovskiy, V. V., Olcese, U., Hanlon, E. C., Nir, Y., Cirelli, C., & Tononi, G. (2011). Local sleep in awake rats. Nature, 472, 443–447. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21525926/

Hertig-Godeschalk, A., Skorucak, J., Malafeev, A., Achermann, P., Mathis, J., & Schreier. (2020). Microsleep episodes in the borderland between wakefulness and sleep. Sleep, 43(1), zsz163. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31328230/

Sleep Foundation. (n.d.). Microsleep: Symptoms, causes, and safety risks. Retrieved March 5, 2025, from https://www.sleepfoundation.org/how-sleep-works/microsleep#references-81785

Cleveland Clinic. (n.d.). What you should know about microsleep. Retrieved March 5, 2025, from https://health.clevelandclinic.org/what-you-should-know-about-microsleep