Virus PMK menyerang hewan ternak dan berdampak besar pada ekonomi. Kenali cara penularan, gejala, dan langkah pencegahannya sejak dini.
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan salah satu penyakit menular yang sangat merugikan sektor peternakan di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Foot-and-Mouth Disease Virus (FMDV), yang termasuk dalam keluarga Picornaviridae. PMK menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, dan babi, menyebabkan luka di mulut dan kuku yang berdampak pada penurunan produksi ternak. Meskipun tidak secara langsung membahayakan manusia, wabah PMK juga membawa dampak ekonomi yang besar, mulai dari penurunan produktivitas peternakan hingga hambatan dalam perdagangan internasional. Oleh karena itu, pemahaman mengenai virus PMK, cara penularannya, serta langkah-langkah pencegahan menjadi sangat penting untuk melindungi industri peternakan dan menjaga stabilitas ekonomi global.
Awal Mula Muncul
PMK pertama kali diidentifikasi pada abad ke-16 di Eropa, dan sejak itu menyebar ke berbagai negara di dunia. Virus ini memiliki tujuh serotipe utama (O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1), yang masing-masing memiliki banyak subtipe. Penyakit ini terus menjadi tantangan bagi negara-negara yang mengandalkan sektor peternakan sebagai bagian penting dari ekonomi mereka.
Masuknya PMK ke Indonesia
Di Indonesia, kasus pertama PMK dilaporkan pada tahun 1887 di Malang, Jawa Timur. Pemerintah kolonial Belanda saat itu segera mengambil tindakan untuk mengendalikan wabah dengan membatasi pergerakan ternak. Setelah berbagai upaya eradikasi, Indonesia berhasil dinyatakan bebas PMK pada tahun 1986 oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (World Organisation for Animal Health atau WOAH).
Namun, setelah lebih dari 30 tahun bebas PMK, penyakit ini kembali merebak di Indonesia pada April 2022. Kasus pertama ditemukan di Jawa Timur dan dengan cepat menyebar ke berbagai daerah lain, menyebabkan kepanikan di kalangan peternak serta kerugian ekonomi yang besar.
Gejala
Gejala PMK pada hewan dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi, daya tahan tubuh, dan spesies hewan yang terinfeksi. Umumnya, tanda-tanda PMK muncul dalam waktu 2 hingga 14 hari setelah terpapar virus. Berikut adalah beberapa gejala khas yang sering ditemukan dan perlu diwaspadai terutama bagi Anda yang memiliki ternak hewan:
Demam Tinggi
Hewan yang terinfeksi PMK biasanya mengalami demam tinggi hingga 39–41°C. Demam ini sering kali menjadi gejala pertama sebelum munculnya tanda-tanda lain.
Lesi dan Luka pada Mulut
Salah satu ciri khas PMK adalah munculnya sariawan dan luka di dalam mulut, terutama di lidah, gusi, dan bibir. Lepuh ini dapat pecah, menyebabkan luka yang terasa sangat nyeri, sehingga hewan:
Kesulitan makan dan minum
Mengeluarkan air liur berlebihan (hipersalivasi)
Sering menggoyangkan kepala atau mengunyah tanpa henti karena rasa sakit
Luka dan Pembengkakan pada Kaki
Lepuh dan luka juga dapat muncul di bagian kaki, terutama di sela-sela kuku dan bantalan kaki. Hal ini menyebabkan:
Kesulitan berdiri atau berjalan
Kaki bengkak dan terasa panas saat disentuh
Hewan tampak pincang atau lebih banyak berbaring untuk mengurangi rasa sakit
Penurunan Produksi Susu
Pada sapi perah, infeksi PMK menyebabkan penurunan drastis produksi susu, bahkan hingga 50%. Hal ini disebabkan oleh stres, demam, serta infeksi yang mengganggu metabolisme tubuh.
Nafsu Makan Menurun
Luka di mulut menyebabkan rasa sakit saat makan, sehingga hewan enggan mengunyah atau menelan makanan. Akibatnya, hewan yang terinfeksi PMK mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat.
Kesulitan Bernapas
Dalam kasus yang lebih parah, terutama pada hewan muda, PMK dapat menyebabkan pembengkakan di tenggorokan dan kesulitan bernapas. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berakibat fatal.
Gejala PMK pada Anak Hewan (Pedet atau Anakan)
Anak hewan lebih rentan terhadap dampak serius PMK. Pada pedet, infeksi PMK bisa menyebabkan:
Kematian mendadak akibat peradangan otot jantung (myocarditis).
Kelemahan ekstrem hingga tidak bisa berdiri.
Dehidrasi parah akibat ketidakmampuan untuk menyusu.
PMK memiliki tingkat morbiditas yang tinggi, dengan hampir semua hewan dalam kawanan yang terinfeksi menunjukkan gejala dalam beberapa hari. Namun, angka kematiannya relatif rendah kecuali pada hewan muda yang lebih rentan terhadap infeksi sekunder.
Cara Penularan
Virus PMK sangat menular dan dapat menyebar melalui berbagai cara, termasuk:
Kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan hewan sehat
Udara terutama di daerah beriklim dingin dan padat peternakan
Pakan dan air yang terkontaminasi oleh sekresi hewan yang terinfeksi
Peralatan peternakan, pakaian, dan kendaraan yang membawa virus
Produk hewan seperti daging dan susu yang berasal dari hewan yang terinfeksi
Virus ini dapat bertahan dalam lingkungan selama beberapa minggu, terutama dalam kondisi lembab dan dingin, sehingga memperburuk penyebarannya.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Diagnosis PMK dilakukan melalui beberapa metode, termasuk:
Pemeriksaan Klinis PMK
Diagnosis awal PMK sering dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis terhadap hewan yang menunjukkan gejala khas, seperti:
Demam tinggi (39-41°C).
Luka dan lepuh (vesikel) pada mulut, lidah, gusi, serta sekitar kuku.
Air liur berlebihan (hipersalivasi) akibat luka di mulut.
Kesulitan makan dan minum karena nyeri di mulut.
Limping atau pincang karena luka di bagian kaki dan kuku.
Penurunan produksi susu pada sapi perah.
Namun, karena beberapa penyakit lain seperti stomatitis vesikularis dan penyakit eksantema vesikular dapat memiliki gejala serupa, pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis PMK.
Pemeriksaan Laboratorium untuk Diagnosis PMK
Beberapa metode laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi virus PMK meliputi:
Deteksi Langsung Virus PMK
Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
RT-PCR adalah metode paling akurat dan cepat untuk mendeteksi keberadaan FMDV dalam sampel seperti air liur, vesikel, jaringan epitel, atau cairan vesikel.
Tes ini mendeteksi materi genetik virus dengan sensitivitas tinggi.
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk Antigen
Digunakan untuk mendeteksi protein virus dalam sampel.
Lebih cepat dibandingkan PCR tetapi kurang sensitif.
Virus Isolation (Isolasi Virus)
Dilakukan di laboratorium dengan menumbuhkan virus dari sampel pada kultur sel.
Metode ini memerlukan waktu lebih lama tetapi sangat spesifik.
Deteksi Antibodi PMK
ELISA untuk Antibodi
Digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap FMDV dalam serum darah hewan.
Berguna untuk mengetahui apakah hewan pernah terpapar virus atau telah divaksinasi.
Virus Neutralization Test (VNT)
Uji laboratorium untuk menilai kemampuan antibodi dalam menetralkan virus PMK.
Biasanya digunakan dalam penelitian atau surveilans penyakit.
Pemeriksaan Diferensial untuk Menyingkirkan Penyakit Lain
Karena PMK memiliki gejala yang mirip dengan beberapa penyakit lain pada hewan, pemeriksaan diferensial diperlukan untuk memastikan diagnosis. Penyakit yang sering dikira sebagai PMK meliputi:
Stomatitis vesikularis
Penyakit eksantema vesikular
Penyakit vesikular babi
Enterovirus infeksius lainnya
Dengan melakukan tes laboratorium yang spesifik, dokter hewan dapat membedakan PMK dari penyakit lain yang memiliki gejala serupa.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk PMK. Pengelolaan penyakit ini lebih difokuskan pada perawatan suportif untuk mengurangi gejala dan mencegah infeksi sekunder. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Memberikan makanan lunak dan cukup hidrasi untuk mencegah dehidrasi
Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan guna mengurangi risiko infeksi sekunder
Isolasi hewan yang terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut
Pengobatan simtomatik, seperti pemberian obat antiinflamasi untuk meredakan nyeri
Pencegahan
Langkah pencegahan sangat penting dalam mengendalikan penyebaran PMK, terutama di daerah dengan industri peternakan yang besar. Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain:
Vaksinasi merupakan strategi utama dalam mengontrol wabah PMK
Biosekuriti ketat, termasuk pembatasan pergerakan hewan dan desinfeksi peralatan
Pemusnahan hewan terinfeksi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut di daerah yang terkena wabah
Monitoring ketat dan surveilans oleh otoritas kesehatan hewan
Edukasi peternak mengenai pentingnya deteksi dini dan pelaporan cepat terhadap dugaan kasus PMK
Apakah berbahaya konsumsi hasil ternak dari hewan yang terkena PMK?
Secara umum, mengkonsumsi hasil ternak dari hewan yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak berbahaya bagi manusia, asalkan produk tersebut telah diolah dengan benar. Virus PMK (Foot and Mouth Disease Virus atau FMDV) tidak menular ke manusia, sehingga penyakit ini bukan zoonosis (tidak bisa ditularkan dari hewan ke manusia). Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Daging Hewan yang Terkena PMK
Daging dari hewan yang terinfeksi PMK masih aman dikonsumsi jika berasal dari hewan yang telah disembelih secara higienis dan tidak mengalami infeksi sekunder atau komplikasi lainnya.
Virus PMK bisa mati pada suhu tinggi (di atas 70°C), sehingga memasak daging hingga matang dapat mengeliminasi risiko keberadaan virus.
Jika terdapat luka atau pembengkakan pada bagian tertentu, sebaiknya bagian tersebut dibuang karena dapat mengandung bakteri atau kontaminan lain.
Susu dari Hewan yang Terkena PMK
Virus PMK dapat ditemukan dalam susu mentah dari hewan yang terinfeksi, sehingga susu mentah atau tidak dipasteurisasi sebaiknya tidak dikonsumsi.
Susu pasteurisasi atau yang sudah dimasak hingga mendidih aman untuk dikonsumsi karena panas akan membunuh virus PMK.
Produk Olahan Hewan
Produk olahan seperti keju, mentega, dan yogurt yang dibuat dari susu pasteurisasi aman dikonsumsi.
Produk yang menggunakan susu mentah tanpa proses pemanasan (seperti beberapa jenis keju tradisional) bisa berisiko mengandung virus jika dibuat dari hewan yang terinfeksi.
Secara keseluruhan, hasil ternak dari hewan yang terkena PMK masih dapat dikonsumsi dengan aman, selama diolah dengan benar. Daging harus dimasak hingga matang, dan susu harus dipasteurisasi atau dimasak sebelum dikonsumsi. Namun, penting juga untuk memastikan bahwa produk berasal dari sumber yang terpercaya dan telah melewati pemeriksaan kesehatan hewan.
Dampak Ekonomi dan Sosial
PMK dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi industri peternakan, termasuk:
Penurunan produksi susu dan daging akibat penyakit
Larangan ekspor hewan dan produk hewan dari negara yang mengalami wabah
Biaya besar untuk pengendalian wabah, termasuk vaksinasi, pemusnahan hewan, dan kompensasi bagi peternak
Gangguan rantai pasokan pangan yang dapat memengaruhi ketersediaan dan harga produk hewani di pasar
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan ancaman serius bagi industri peternakan dan ekonomi global. Dengan tingkat penyebaran yang sangat cepat, penyakit ini memerlukan upaya pencegahan yang ketat, termasuk vaksinasi, biosekuriti, dan pengawasan ketat terhadap pergerakan hewan. Meskipun tidak membahayakan manusia, PMK tetap menjadi perhatian utama dalam kesehatan hewan dan keberlanjutan industri peternakan.
Sumber:
Grubman MJ, Baxt B. Foot-and-mouth disease. Clin Microbiol Rev. 2004;17(2):465-93.
Knight-Jones TJD, Rushton J. The economic impacts of foot and mouth disease. Prev Vet Med. 2013;112(3-4):161-73.
Arzt J, Juleff N, Zhang Z, Rodriguez LL. The pathogenesis of foot-and-mouth disease in animals. Curr Opin Virol. 2011;1(3):226-31.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Situasi Terkini Wabah PMK di Indonesia. Jakarta: Kementan; 2023.
World Organisation for Animal Health (WOAH). Foot and mouth disease. 2024. Available from: [https://www.woah.org/en/disease/foot-and-mouth-disease/]