PCOS tak hanya gangguan hormon, tapi juga berdampak pada metabolisme dan kesehatan mental. Pelajari gejala, risiko, dan cara penanganannya.
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon pada perempuan usia reproduksi (antara 12 hingga 51 tahun). Peningkatan kadar hormon androgen (hormon pria) dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti:
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terlewat,
Gangguan ovulasi yang menyulitkan kehamilan,
Pertumbuhan rambut berlebih di wajah dan tubuh,
Risiko jangka panjang terhadap penyakit jantung dan diabetes.
PCOS berpotensi menyebabkan komplikasi metabolik serius, termasuk peningkatan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. Faktor-faktor ini perlu menjadi pertimbangan utama dalam menentukan strategi pengobatan jangka panjang bagi penderita. Artikel ini mengupas tuntas tentang PCOS semoga informasi ini dapat membantu masyarakat untuk lebih mengenali dan menangani penyakit PCOS.
Apa itu PCOS?
Nama sindrom ovarium polikistik (PCOS) berasal dari gambaran ultrasonografi yang menunjukkan ovarium dengan banyak folikel kecil, yang tampak seperti kista. Secara medis, ovarium dikatakan polikistik jika memiliki setidaknya 12 folikel yang terlihat dalam pemeriksaan USG.
Namun, keberadaan ovarium polikistik saja tidak cukup untuk menegakkan diagnosis PCOS. Untuk didiagnosis dengan PCOS, seseorang harus memiliki setidaknya dua dari tiga kriteria berikut:
Ovarium polikistik yang terdeteksi melalui USG.
Tanda klinis dan/atau biokimia kadar hormon androgen berlebih:
Tanda klinis: Jerawat, pertumbuhan rambut berlebih di wajah atau tubuh, serta pola kebotakan seperti pria.
Tanda biokimia: Hasil tes darah menunjukkan kadar testosteron atau hormon androgen lainnya yang tinggi.
Ovulasi yang jarang atau tidak terjadi, ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur (kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari).
Apa Penyebab dan Apa yang Menjadi Faktor?
Meskipun penyebab pasti PCOS belum sepenuhnya dipahami, beberapa faktor utama telah diidentifikasi sebagai pemicu atau penyebab gangguan ini:
Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan PCOS dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi ini. Banyak penelitian menunjukkan adanya hubungan genetik yang kuat pada wanita yang memiliki saudara atau ibu dengan PCOS.
Ketidakseimbangan Hormon: Produksi hormon androgen yang berlebihan dan ketidakseimbangan hormon insulin seringkali menjadi ciri utama PCOS. Insulin yang berlebih dapat memicu produksi hormon androgen, yang pada gilirannya menyebabkan gejala seperti jerawat dan pertumbuhan rambut berlebih.
Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup: Obesitas, pola makan tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi PCOS. Lingkungan yang penuh dengan stres juga turut berkontribusi terhadap ketidakseimbangan hormonal.
Peradangan: Beberapa penelitian, juga menunjukkan bahwa peradangan kronis dalam tubuh dapat menjadi salah satu faktor yang memicu PCOS.
Gejala apa yang Biasa Muncul?
Gejala sindrom ovarium polikistik (PCOS) bervariasi pada setiap individu, dapat berubah seiring waktu, dan sering terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Gejala umum PCOS meliputi:
Gangguan menstruasi: Siklus yang berat, panjang, tidak teratur, atau bahkan tidak terjadi sama sekali
Infertilitas: Kesulitan hamil akibat gangguan ovulasi
Masalah kulit: Jerawat atau kulit berminyak
Hirsutisme: Pertumbuhan rambut berlebih di wajah dan tubuh
Kebotakan pola pria atau penipisan rambut di kulit kepala
Kenaikan berat badan, terutama di area perut
Selain gejala utama, PCOS juga meningkatkan risiko terhadap berbagai kondisi kesehatan lain, seperti:
Diabetes tipe 2
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Kolesterol tinggi
Penyakit jantung
Kanker endometrium (kanker lapisan dalam rahim)
Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, PCOS juga dapat memengaruhi kondisi mental dan sosial, seperti:
Kecemasan dan depresi
Citra tubuh negatif akibat obesitas atau pertumbuhan rambut berlebih
Stigma sosial terkait infertilitas, obesitas, dan perubahan fisik, yang dapat memengaruhi kehidupan keluarga, hubungan sosial, pekerjaan, serta keterlibatan dalam komunitas
Karena dampaknya yang luas, pendekatan medis yang tepat serta dukungan psikologis sangat penting dalam menangani PCOS secara menyeluruh.
Bagaimana Bisa di Diagnosis?
Jika seseorang mencurigai dirinya mengalami PCOS, langkah awal yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Proses pemeriksaan biasanya meliputi:
Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, siklus menstruasi, serta gejala yang dirasakan. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda klinis seperti pertumbuhan rambut berlebih atau jerawat.
Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah dapat membantu mengidentifikasi perubahan kadar hormon yang khas pada wanita dengan PCOS, meskipun perubahan ini tidak berlaku untuk semua kasus. Beberapa hormon yang mungkin mengalami peningkatan adalah:
Testosteron (hormon androgen ovarium yang mempengaruhi pertumbuhan rambut)
Estrogen (hormon ovarium yang merangsang pertumbuhan lapisan rahim)
Luteinizing hormone (LH) (hormon pituitari yang mengatur produksi hormon oleh ovarium dan penting untuk ovulasi yang normal)
Insulin (hormon yang berperan dalam penggunaan energi dari makanan)
Anti-Müllerian hormone (AMH) (mengukur tingkat kesuburan ovarium)
Ultrasonografi (USG): Pemeriksaan dengan USG transvaginal atau abdominal digunakan untuk melihat kondisi ovarium. Pada wanita dengan PCOS, ovarium sering kali tampak membesar dengan banyak folikel kecil yang tersebar.
Diagnosis PCOS dapat ditegakkan jika pasien memenuhi dua dari tiga kriteria berikut:
Tanda atau gejala kelebihan androgen
Hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih di wajah atau tubuh)
Kebotakan pola pria (rambut rontok di kulit kepala)
Jerawat
Kadar testosteron yang tinggi dalam darah
Gangguan menstruasi
Siklus menstruasi tidak teratur atau tidak ada menstruasi sama sekali (amenorea)
Setelah penyebab lain, seperti gangguan hormonal atau kondisi medis lain, dikesampingkan
Ovarium polikistik pada hasil pemeriksaan ultrasonografi
Ditemukan lebih dari 12 folikel kecil di ovarium (2-9 mm), atau ovarium memiliki ukuran yang lebih besar dari 10 mL
Namun, terdapat perlu mempertimbangkan beberapa faktor lain, seperti menstruasi tidak teratur atau anovulasi dapat menjadi bagian normal dari masa pubertas atau menopause. Sehingga perlu dikonsultasikan kepada dokter ahli.
Pemeriksaan Lanjutan oleh Dokter
Jika hasil pemeriksaan awal mengindikasikan adanya PCOS, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis dan menilai dampak dari gangguan tersebut, antara lain:
Tes Toleransi Glukosa: Untuk mengetahui apakah pasien mengalami resistensi insulin atau diabetes tipe 2.
Pemeriksaan Profil Lipid: Karena PCOS sering berkaitan dengan peningkatan kadar kolesterol dan risiko penyakit kardiovaskular.
Pemeriksaan Hormon Lainnya: Selain hormon reproduksi, dokter mungkin juga memeriksa hormon tiroid untuk memastikan tidak ada gangguan lain yang serupa.
Pengobatan yang Dapat Diberikan
Meskipun hingga saat ini Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) belum dapat disembuhkan, ada banyak cara untuk mengelola gejala dan mengurangi risiko masalah kesehatan jangka panjang. Dengan pendekatan yang tepat, kualitas hidup penderita PCOS dapat ditingkatkan. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
Manajemen Berat Badan
Penurunan berat badan dapat membantu menurunkan kadar insulin dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat mengurangi kadar hormon testosteron. Hal ini bisa memperbaiki masalah menstruasi, meningkatkan peluang ovulasi, serta memperbaiki kondisi kulit dan pertumbuhan rambut.
Berat badan yang moderat juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Pola makan yang tepat: Pilihan makanan dengan indeks glikemik rendah (GI) seperti biji-bijian utuh, buah, sayuran, dan kacang-kacangan akan membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Olahraga yang teratur, ditambah dengan pola makan yang sehat, adalah kunci untuk mencapai tujuan penurunan berat badan.
Pengobatan untuk Pertumbuhan Rambut Tidak Diinginkan
Rambut berlebih akibat peningkatan kadar testosteron bisa diatasi dengan berbagai metode, di antaranya:
Cukur, waxing, atau krim perontok rambut
Elektrolisis dan perawatan laser (hasil lebih tahan lama meski biayanya mahal)
Krim eflornithine untuk pengurangan rambut wajah
Penggunaan obat anti-testosteron, dapat membantu mengurangi pertumbuhan rambut yang berlebih. Obat ini memerlukan waktu 3 hingga 9 bulan untuk menunjukkan hasil maksimal.
Pengobatan untuk Jerawat
Pil kontrasepsi oral, tidak hanya dapat membantu mengatur hormon, tetapi juga dapat mengurangi jerawat yang disebabkan oleh PCOS.
Selain itu, perawatan topikal dan antibiotik juga bisa digunakan untuk mengatasi jerawat.
Pengaturan Menstruasi
Wanita dengan menstruasi yang tidak teratur atau tidak datang sama sekali berisiko lebih tinggi terkena kanker endometrium (kanker pada lapisan dalam rahim). Oleh karena itu, mengatur siklus menstruasi sangat penting.
Beberapa pilihan pengobatan untuk mengatur menstruasi antara lain:
Pil kontrasepsi oral
Hormon progestogen, misalnya medroxyprogesterone, yang dikonsumsi beberapa kali dalam setahun untuk merangsang perdarahan menstruasi.
Intrauterin Device (IUD) yang melepaskan progestogen secara perlahan untuk menghindari penebalan lapisan rahim.
Jika pengobatan ini tidak sesuai, ultrasonografi rutin bisa digunakan untuk memantau kesehatan rahim.
Mendukung Kesuburan
Walaupun kesuburan bisa terpengaruh, kontrasepsi tetap diperlukan jika Anda tidak berencana untuk hamil.
Penurunan berat badan juga menjadi hal yang sangat penting bagi wanita yang memiliki berat badan berlebih untuk meningkatkan peluang hamil.
Penggunaan Metformin & Obat Insulin-Sensitizer
Metformin, yang biasa digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2, dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin dan mungkin membantu meredakan gejala PCOS.
Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, obat yang meningkatkan sensitivitas insulin telah menunjukkan potensi dalam membantu mengatasi masalah yang disebabkan oleh PCOS.
PCOS adalah kondisi yang kompleks dengan berbagai manifestasi dan dampak pada kesehatan wanita. Dengan mengenali gejala, melakukan pemeriksaan medis secara tepat, serta menerapkan perubahan gaya hidup yang sehat, komplikasi yang serius dapat dicegah. Walaupun belum ada metode skrining massal untuk PCOS, edukasi dan kesadaran akan gejala sangat penting untuk deteksi dini dan penanganan yang optimal.
Bagi para wanita, terutama yang berada pada usia reproduktif, penting untuk selalu mengutamakan kesehatan dan berkonsultasi dengan dokter jika menemukan adanya perubahan pada siklus menstruasi atau munculnya gejala yang mencurigakan. Dengan langkah-langkah pencegahan dan pengobatan yang tersedia, PCOS bukanlah akhir dari segalanya, melainkan tantangan yang dapat diatasi dengan pengetahuan dan dukungan medis yang tepat.
Sumber:
Legro, R. S., Arslanian, S. A., Ehrmann, D. A., Hoeger, K. M., Murad, M. H., Pasquali, R., & Welt, C. K. (2013). Diagnosis and treatment of polycystic ovary syndrome: an Endocrine Society clinical practice guideline. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 98(12), 4565-4592.
Moran, L. J., Ko, H., Misso, M., Marsh, K., Noakes, M., Talbot, M., ... & Teede, H. J. (2013). Dietary composition in the treatment of polycystic ovary syndrome: a systematic review to inform evidence-based guidelines. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, 113(4), 520-545.
World Health Organization. (n.d.). Polycystic ovary syndrome. World Health Organization. Retrieved February 13, 2025, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/polycystic-ovary-syndrome
Lentscher, J. A., & Decherney, A. H. (2021). Clinical presentation and diagnosis of polycystic ovarian syndrome. Clinical obstetrics and gynecology, 64(1), 3-11.
Dason, E. S., Koshkina, O., Chan, C., & Sobel, M. (2024). Diagnosis and management of polycystic ovarian syndrome. CMAJ, 196(3), E85-E94.
Shrivastava, S., & Conigliaro, R. L. (2023). Polycystic ovarian syndrome. Med Clin North Am, 107(2), 227-34.