Demam disertai kejang pada anak sering menjadi momok bagi para orang tua karena terlihat menakutkan, meskipun sebagian besar kasusnya tergolong ringan dan tidak berbahaya.
Demam dan kejang pada anak merupakan masalah kesehatan yang sering menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Meskipun sebagian besar kasus demam pada anak merupakan respons normal tubuh terhadap infeksi, munculnya kejang terutama yang berhubungan dengan demam (febrile seizure) dapat membuat orang tua panik. Diharapkan informasi ini dapat membantu orang tua untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam menangani kondisi ini, serta kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan bantuan medis.
Apa Itu Demam dan Kejang pada Anak
Demam adalah kondisi di mana suhu tubuh anak meningkat melebihi batas normal. Secara umum, suhu tubuh anak yang mencapai atau melebihi 38°C dianggap sebagai demam. Demam sendiri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan adanya infeksi baik yang bersifat virus maupun bakteri. Dalam konteks pediatri, demam sering kali menjadi respons tubuh terhadap infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan, atau penyakit lain yang menyerang sistem imun anak.
Kejang demam atau febrile seizure merupakan jenis kejang umum yang biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, yang terjadi bersamaan dengan demam lebih dari 100,4°F (38°C) tanpa adanya infeksi Sistem Saraf Pusat (SSP), etiologi pemicu kejang yang diketahui (misalnya, ketidakseimbangan elektrolit, hipoglikemia, atau penyalahgunaan zat), atau riwayat kejang tanpa demam.
Meskipun kejang demam umumnya tidak meninggalkan dampak jangka panjang, kejadian ini dapat menimbulkan kecemasan yang besar bagi orang tua yang belum memahami kondisi ini secara mendalam.
Apa Penyebabnya?
Tidak ada etiologi demam spesifik yang lebih mungkin menyebabkan kejang demam. Namun, 80% infeksi virus dibandingkan infeksi bakteri umumnya dikaitkan dengan kejang demam. Berikut beberapa etiologi yang umum terjadi:
Infeksi Virus:
Virus seperti influenza, virus pernapasan (misalnya, virus RSV), dan virus gastroenteritis merupakan penyebab utama demam pada anak. Virus ini sering menyebar dengan cepat di lingkungan sekolah atau tempat bermain anak.Infeksi Bakteri:
Meskipun kurang umum dibandingkan infeksi virus, bakteri seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae tipe b juga dapat menyebabkan demam tinggi. Infeksi saluran pernapasan bagian bawah seperti pneumonia sering kali disebabkan oleh bakteri.Infeksi Lainnya:
Penyakit-penyakit seperti malaria, dengue, dan infeksi saluran kemih juga merupakan penyebab demam, terutama di daerah tropis seperti Indonesia.
Adapun kejang demam terjadi ketika demam meningkat secara cepat, memicu respon yang berlebihan pada otak anak. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kejang demam meliputi:
Faktor Genetik:
Anak dengan riwayat keluarga kejang demam memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalaminya.Peningkatan Suhu Tubuh Secara Cepat:
Perubahan suhu yang mendadak dapat mengganggu kestabilan aktivitas listrik di otak, yang berujung pada kejang.Faktor Lingkungan dan Sistem Imun:
Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang belum matang lebih rentan terhadap infeksi dan respons demam yang tinggi.
Gejala Kejang Demam
Gejala kejang demam dapat meliputi:
Kehilangan kesadaran atau pingsan
Gemetar, kejang, atau kekakuan yang tidak terkendali pada lengan atau kaki (bisa terjadi di seluruh tubuh atau hanya sebagian)
Gerakan mata yang berputar ke atas (eye rolling)
Kehilangan kontrol tubuh, seperti mengeluarkan air liur berlebihan, muntah, buang air kecil, atau buang air besar tanpa sadar
Jenis Kejang Demam:
Kejang demam sederhana adalah jenis yang paling umum. Kejang ini berlangsung beberapa detik hingga maksimal 15 menit dan hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
Kejang demam kompleks berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi lebih dari sekali dalam 24 jam, atau terjadi hanya pada satu bagian tubuh anak. Kejang ini juga bisa merupakan kombinasi dari ketiga karakteristik tersebut.
Kejang demam bisa menjadi pengalaman yang menakutkan, baik bagi anak maupun orang tua atau pengasuh. Namun, kejang demam sederhana tidak menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Pertolongan Pertama di Rumah
Langkah awal penanganan demam dan kejang di rumah sangatlah penting untuk menekan kondisi yang bisa semakin memburuk. Berikut adalah beberapa langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan:
Ciptakan Lingkungan Aman:
Segera pastikan bahwa anak berada di tempat yang aman, jauh dari benda-benda tajam atau keras yang dapat melukai saat kejang terjadi. Bila memungkinkan, letakkan anak pada permukaan yang empuk seperti kasur atau tikar.Posisikan Anak dengan Benar:
Jika anak sedang mengalami kejang, bantu posisikan anak agar tidak tersedak. Cara yang dianjurkan adalah memposisikan anak dalam posisi miring. Hal ini membantu menjaga saluran pernapasan tetap terbuka dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Jangan berusaha menahan gerakan anak atau menghentikan kejang dengan paksa.Perhatikan dan Catat Durasi Kejang:
Perhatikan dan catat lamanya kejang berlangsung. Informasi ini sangat berguna bagi tenaga medis dalam menentukan langkah penanganan selanjutnya.Jangan Memasukkan Apapun ke Dalam Mulut Anak:
Selama kejang, hindari memasukkan jari atau benda apapun ke dalam mulut anak. Mitos bahwa anak dapat menelan lidah saat kejang sudah tidak relevan, dan tindakan tersebut justru dapat membahayakan.Monitor Suhu Tubuh dan Kondisi Anak:
Gunakan termometer untuk memantau suhu tubuh anak secara berkala. Jika demam sangat tinggi, berikan kompres hangat pada dahi atau pergelangan tangan untuk membantu menurunkan suhu.Jaga Ketenangan dan Berikan Dukungan Emosional:
Orang tua sebaiknya tetap tenang dan memberikan dukungan emosional kepada anak. Suara dan sentuhan lembut dapat membantu menenangkan anak yang sedang mengalami kepanikan akibat kejang.Pemberian Obat:
Jika anak sudah pernah kejang demam sebelumnya, dokter mungkin akan membekali orang tua dengan obat kejang yang dapat diberikan melalui dubur. Setelah melakukan langkah-langkah pertolongan pertama, obat tersebut dapat diberikan sesuai dengan instruksi dokter.
Pengobatan yang Dapat Diberikan di Rumah
Setelah keadaan darurat pertama ditangani, pengobatan di rumah dapat dilakukan untuk meredakan demam dan mencegah kejang berulang. Berikut beberapa pendekatan pengobatan yang bisa diterapkan:
1. Obat Penurun Demam:
Parasetamol:
Parasetamol merupakan obat yang paling umum digunakan untuk menurunkan demam pada anak. Pemberian obat harus disesuaikan dengan berat badan dan usia anak. Bacalah dosis yang tertera pada kemasan atau sesuai anjuran dokter.Ibuprofen:
Ibuprofen juga dapat digunakan sebagai alternatif penurun demam, terutama bila parasetamol tidak memberikan efek yang cukup. Namun, pastikan untuk tidak memberikan ibuprofen pada anak dengan kondisi dehidrasi atau gangguan ginjal tanpa konsultasi medis.
2. Pemberian Cairan: Pastikan anak tetap terhidrasi dengan baik. Demam sering kali membuat anak kehilangan cairan tubuh melalui keringat atau muntah. Berikan air putih, oralit, atau cairan rehidrasi khusus untuk anak agar tubuh tidak mengalami dehidrasi.
3. Kompres: Pemberian kompres air hangat pada bagian dahi, ketiak, dan lipatan siku dapat membantu penuruan panas anak.
4. Istirahat yang Cukup: Kondisi demam dan kejang membutuhkan waktu pemulihan bagi tubuh. Pastikan anak mendapatkan waktu istirahat yang cukup di lingkungan yang tenang dan nyaman. Istirahat dapat membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih optimal dalam melawan infeksi.
5. Pengawasan Suhu: Sebaiknya orangtua memiliki termometer di rumah dan mengukur suhu anak saat sedang demam. Pengukuran suhu berguna untuk menentukan apakah anak benar mengalami demam dan pada suhu berapa kejang demam timbul.
Pencegahan dan Tindakan Lanjutan
Selain penanganan saat terjadi demam dan kejang, pencegahan juga memegang peranan penting untuk mengurangi risiko kejadian berulang. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
Imunisasi Rutin:
Pastikan anak mendapatkan imunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan. Vaksinasi tidak hanya melindungi anak dari penyakit infeksi tertentu, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan insiden demam dan kejang yang berhubungan dengan infeksi.Menjaga Kebersihan dan Sanitasi:
Ajarkan anak untuk mencuci tangan dengan benar, terutama sebelum makan dan setelah bermain. Kebersihan lingkungan, termasuk menjaga kebersihan rumah dan tempat bermain, dapat mengurangi penyebaran kuman penyebab infeksi.Pola Hidup Sehat:
Berikan asupan makanan bergizi dan seimbang untuk mendukung sistem kekebalan tubuh anak. Selain itu, pastikan anak mendapatkan cukup waktu untuk beristirahat dan berolahraga sesuai dengan kemampuan fisiknya.Pemantauan Berkala:
Bagi anak yang pernah mengalami kejang demam, penting untuk melakukan pemantauan secara berkala. Konsultasikan dengan dokter mengenai apakah perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan, seperti tes darah atau evaluasi neurologis, untuk memastikan tidak adanya kondisi lain yang mendasarinya.Pendidikan Orang Tua:
Tingkatkan pengetahuan orang tua melalui seminar, diskusi di puskesmas, atau informasi dari sumber-sumber tepercaya. Pemahaman yang baik mengenai tanda-tanda awal demam dan kejang, serta cara penanganannya, sangat membantu dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
Kapan Harus Mencari Pertolongan Medis untuk Kejang Demam?
Segera cari pertolongan medis darurat jika anak mengalami kejang demam dalam kondisi berikut:
Ini adalah kejang pertama yang dialami anak.
Kejang berlangsung lebih dari lima menit.
Anak mengalami kesulitan bernapas.
Anak menunjukkan gejala infeksi pada otak atau sumsum tulang belakang, seperti kaku atau nyeri leher, lesu, atau muntah berulang.
Anak lambat pulih setelah kejang, membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk kembali sadar sepenuhnya.
Anak mengalami cedera saat kejang terjadi.
Kesimpulan
Demam dan kejang pada anak merupakan kondisi yang cukup umum namun tetap memerlukan perhatian serius. Meskipun kejang demam biasanya tidak menyebabkan kerusakan otak dalam jangka panjang, penanganan yang tepat sangatlah penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Langkah pertolongan pertama di rumah, seperti menciptakan lingkungan aman, memposisikan anak secara benar, dan mencatat durasi kejang, menjadi kunci utama dalam meredakan kecemasan dan memberikan respons yang cepat. Selain itu, pengobatan mandiri dengan pemberian obat penurun demam dan cairan yang cukup juga sangat membantu dalam proses pemulihan anak.
Namun, apabila kondisi anak tidak kunjung membaik, terjadi kejang berkepanjangan, atau muncul gejala lain yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan tenaga medis profesional. Pencegahan melalui imunisasi, kebersihan, dan pola hidup sehat juga merupakan langkah efektif untuk mengurangi risiko terjadinya demam dan kejang di kemudian hari.
Melalui edukasi yang tepat dan penerapan pertolongan pertama yang benar, diharapkan orang tua dapat mengurangi kepanikan dan memberikan perawatan terbaik bagi anak. Tetap tenang, waspada, dan terus tingkatkan pengetahuan mengenai kesehatan anak agar setiap situasi darurat dapat ditangani dengan bijaksana dan efektif.
Daftar Pustaka :
1. Xixis KL, Samanta D, Smith T, et al. Febrile Seizure. [Updated 2024 Jan 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448123/
2. Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical Association, 71(5), 241-247.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (n.d.). Kejang demam, tidak seseram yang dibayangkan. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/kejang-demam-tidak-seseram-yang-dibayangkan
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Orang tua harus tahu perbedaan kejang demam dan epilepsi pada anak. Kementerian Kesehatan RI. Retrieved from https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/17/orang-tua-harus-tahu-perbedaan-kejang-demam-dan-epilepsi-pada-anak
5. Smith DK, Sadler KP, Benedum M. Febrile Seizures: Risks, Evaluation, and Prognosis. Am Fam Physician. 2019 Apr 1;99(7):445-450. PMID: 30932454.
6. Cleveland Clinic. (n.d.). Febrile seizure. Cleveland Clinic. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/febrile-seizure