Osteoporosis adalah kondisi metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang serta degradasi struktur mikro tulang
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang sering kali tidak terdeteksi pada tahap awal, sehingga sering disebut sebagai “silent disease.” Penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan dan kualitas tulang yang membuatnya rapuh dan rentan patah. Selama rentang hidup seseorang, tulang diperoleh selama masa pertumbuhan, mencapai puncak Bone Mineral Density (BMD) di awal masa dewasa, dan kemudian berkurang seiring bertambahnya usia. Osteoporosis didefinisikan sebagai kondisi di mana BMD rendah disertai dengan kerusakan pada struktur mikro jaringan tulang, yang mengakibatkan kerapuhan tulang dan peningkatan risiko fraktur.
Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa mereka menderita osteoporosis sampai akhirnya mengalami patah tulang. Semakin cepat osteoporosis didiagnosis oleh penyedia layanan kesehatan, semakin kecil kemungkinan Anda mengalami patah tulang. Diskusikan dengan penyedia layanan kesehatan mengenai pemeriksaan kepadatan tulang, terutama jika Anda berusia di atas 65 tahun, pernah mengalami patah tulang setelah usia 50, atau jika ada anggota keluarga biologis yang menderita osteoporosis.
Apa Itu Osteoporosis?
Secara definisi, osteoporosis adalah kondisi metabolik tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang serta degradasi struktur mikro tulang. Kondisi ini menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan elastisitas, sehingga mudah mengalami fraktur bahkan dengan trauma ringan. Fraktur berkaitan dengan konsekuensi klinis yang serius, termasuk nyeri, kecacatan, kehilangan kemandirian, dan kematian, serta biaya perawatan kesehatan yang tinggi.
Kenapa Bisa Terjadi?
Tulang kita sebenarnya adalah jaringan hidup yang terus mengalami regenerasi. Hingga usia sekitar 30 tahun, tubuh kita lebih banyak membangun tulang dibandingkan kehilangan massa tulang. Namun, setelah usia 35 tahun, proses sebaliknya mulai terjadi tulang mulai mengalami kehilangan mineral lebih cepat daripada kemampuannya untuk memperbaiki diri.
Bagi penderita osteoporosis, proses kehilangan massa tulang ini terjadi jauh lebih cepat, membuat tulang menjadi keropos dan rentan patah. Risiko ini meningkat drastis pada wanita yang memasuki masa menopause, akibat turunnya kadar hormon estrogen yang berperan dalam menjaga kepadatan tulang.
Siapa yang Berisiko Mengalami Osteoporosis?
Osteoporosis bisa menyerang siapa saja, tetapi beberapa kelompok orang lebih berisiko mengalaminya. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena osteoporosis:
Usia di atas 50 tahun
Wanita, terutama setelah menopause
Riwayat keluarga dengan osteoporosis
Bentuk tubuh kecil atau kurus – Orang dengan kerangka kecil memiliki massa tulang lebih sedikit, sehingga kehilangan tulang lebih berdampak pada mereka.
Perokok atau pengguna produk tembakau
Selain faktor biologis, beberapa penyakit juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis, di antaranya:
Gangguan hormonal, seperti penyakit tiroid, diabetes, atau hiperparatiroidisme.
Penyakit pencernaan, seperti celiac disease dan radang usus (IBD), yang dapat menghambat penyerapan nutrisi penting bagi tulang.
Gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis atau ankylosing spondylitis, yang dapat merusak jaringan tulang.
Penyakit darah dan kanker, seperti multiple myeloma, yang dapat melemahkan struktur tulang.
Obat-Obatan dan Prosedur Medis yang Dapat Memicu Osteoporosis
Beberapa jenis obat juga dapat mempercepat proses pengeroposan tulang, di antaranya:
Kortikosteroid, yang sering digunakan untuk mengatasi peradangan kronis.
Diuretik, yang membantu menurunkan tekanan darah tetapi bisa meningkatkan kehilangan kalsium.
Obat anti-kejang, yang dapat memengaruhi metabolisme tulang.
Terapi hormon untuk kanker, seperti pengobatan kanker payudara atau kanker prostat, yang dapat menurunkan kadar hormon pelindung tulang.
Proton Pump Inhibitor (PPI), yang digunakan untuk mengatasi refluks asam, tetapi dapat mengganggu penyerapan kalsium.
Gaya Hidup yang Bisa Meningkatkan Risiko Osteoporosis
Tak hanya faktor genetik dan medis, gaya hidup juga berperan besar dalam menentukan kesehatan tulang seseorang. Kebiasaan berikut dapat meningkatkan risiko osteoporosis:
Kurangnya asupan kalsium dan vitamin D – Dua nutrisi ini sangat penting untuk menjaga kepadatan tulang.
Kurang aktivitas fisik – Tulang membutuhkan stimulasi melalui olahraga agar tetap kuat.
Konsumsi alkohol berlebihan – Minum lebih dari dua gelas alkohol per hari dapat mengganggu penyerapan kalsium dan melemahkan struktur tulang.
Bagaimana Pemeriksaannya?
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan melakukan wawancara mendalam mengenai riwayat kesehatan, gaya hidup, serta riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran tinggi badan, postur, dan pemeriksaan muskuloskeletal.
Dual-energy X-ray Absorptiometry (DXA)
DXA scan adalah metode standar untuk mengukur Bone Mineral Density (BMD). Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan nilai referensi (T-score).
Interpretasi T-score:
T-score ≥ -1,0: Normal
T-score antara -1,0 sampai -2,5: Osteopenia (penurunan massa tulang ringan)
T-score ≤ -2,5: Osteoporosis
DXA penting sebagai alat skrining utama, terutama bagi individu berisiko tinggi seperti wanita pasca menopause dan lansia.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Tes Laboratorium: Pemeriksaan darah untuk mengevaluasi kadar kalsium, fosfor, vitamin D, hormon paratiroid, serta fungsi ginjal dan tiroid.
Pemeriksaan Radiologi Tambahan: X-ray atau CT scan dapat membantu mendeteksi fraktur yang tidak terlihat pada DXA, khususnya pada tulang belakang.
Fracture Risk Assessment Tool (FRAX Score): Alat kalkulasi yang menggabungkan faktor klinis dan hasil DXA untuk memproyeksikan risiko fraktur dalam 10 tahun ke depan. FRAX score telah divalidasi di berbagai populasi dan menjadi acuan dalam menentukan kebutuhan intervensi.
Skrining Osteoporosis: Deteksi Dini untuk Pencegahan Fraktur
Deteksi dini merupakan kunci untuk mengelola osteoporosis secara efektif. Program skrining yang melibatkan pemeriksaan DXA scan dan penilaian risiko melalui FRAX score sangat direkomendasikan oleh guideline internasional.
Siapa Saja yang Perlu Menjalani Tes BMD?
Wanita usia ≥ 65 tahun dan pria usia ≥ 70 tahun
Wanita pascamenopause dan pria usia 50-69 tahun berdasarkan faktor risiko individu
Wanita pascamenopause dan pria usia ≥ 50 tahun dengan riwayat patah tulang setelah usia dewasa
Individu dengan kondisi medis tertentu atau pengguna obat-obatan yang berisiko menyebabkan pengeroposan tulang, seperti:
Rheumatoid arthritis
Transplantasi organ atau pengangkatan tiroid
Penggunaan obat glukokortikoid jangka panjang
Aromatase inhibitors (terapi kanker payudara)
Androgen deprivation therapy (terapi kanker prostat)
Mengapa Tes Ini Penting?
Pemeriksaan DXA membantu mengidentifikasi osteoporosis lebih dini, sehingga pasien dapat segera mendapatkan intervensi medis dan perubahan gaya hidup untuk mencegah patah tulang yang berisiko tinggi terhadap kecacatan dan kematian.
Jika Anda atau orang terdekat masuk dalam kategori di atas, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan BMD.
Pengobatan dan Manajemen Osteoporosis
Manajemen osteoporosis memerlukan pendekatan multidisipliner, yang melibatkan pengobatan farmakologis, suplementasi, dan perubahan gaya hidup. Berikut adalah pengobatan yang direkomendasikan:
Pengobatan Farmakologis
Bisphosphonates
Studi jangka panjang menunjukkan bahwa bisphosphonates dapat mengurangi risiko fraktur vertebral hingga 50% dan fraktur pinggul sekitar 40% dalam kelompok risiko tinggi.
Denosumab
Cocok untuk pasien yang tidak dapat mentolerir bisphosphonates atau memiliki gangguan ginjal. Studi dari Journal of Bone and Mineral Research menyatakan bahwa denosumab mampu meningkatkan BMD secara signifikan dalam periode 1–2 tahun.
Teriparatide
Merangsang Hormon paratiroid rekombinan untuk membentukan tulang baru. Digunakann pada pasien dengan osteoporosis berat atau yang memiliki riwayat fraktur berulang.
Modulator Reseptor Estrogen (SERMs)
Berfungsi dengan meniru efek estrogen pada tulang tanpa efek samping hormonik yang berlebihan. Digunakan pada wanita pasca menopause dengan risiko fraktur ringan hingga sedang.
Suplemen dan Terapi Non-farmakologis
Suplemen Kalsium dan Vitamin D
Dosis: Rekomendasi NOF adalah 1000–1200 mg kalsium dan 800–1000 IU vitamin D per hari, tergantung pada usia dan kondisi klinis.
Bukti: Meta-analisis telah menunjukkan bahwa kombinasi kalsium dan vitamin D dapat meningkatkan BMD hingga 2–3% per tahun, serta menurunkan risiko fraktur.
Latihan Fisik dan Terapi Beban
Jenis Olahraga: Latihan beban, berjalan, jogging, dan latihan kekuatan otot.
Efek Terapi: Olahraga ini tidak hanya meningkatkan massa tulang, tetapi juga memperbaiki keseimbangan dan koordinasi, sehingga mengurangi risiko jatuh.
Data: Penelitian menunjukkan bahwa program latihan terstruktur selama 12 bulan dapat meningkatkan BMD dan kekuatan otot secara signifikan.
Modifikasi Gaya Hidup
Pentingnya Nutrisi: Konsumsi makanan yang kaya kalsium (susu, keju, yogurt, ikan berlemak, dan sayuran hijau) merupakan bagian penting dari pencegahan.
Hindari Kebiasaan Merokok dan Alkohol: Berbagai studi telah membuktikan bahwa kedua kebiasaan ini berkontribusi pada penurunan massa tulang.
Komplikasi dan Dampak Jangka Panjang Osteoporosis
Jika tidak ditangani, osteoporosis dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, baik secara fisik maupun psikososial:
Fraktur Tulang
Fraktur Pinggul, Vertebra, dan Pergelangan Tangan:
Fraktur akibat osteoporosis tidak hanya menyebabkan nyeri hebat tetapi juga berdampak pada mobilitas. Studi di beberapa pusat rehabilitasi di Eropa menyatakan bahwa fraktur pinggul dapat meningkatkan mortalitas pada lansia sebesar 20–30% dalam tahun pertama pasca-fraktur.Konsekuensi Fungsional:
Fraktur tulang belakang dapat menyebabkan deformitas, penurunan tinggi badan, dan gangguan postur (kyphosis), yang berdampak pada kualitas hidup dan kemandirian pasien.
Dampak Psikososial dan Ekonomi
Kualitas Hidup:
Rasa nyeri kronis, keterbatasan mobilitas, dan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dapat menimbulkan depresi dan kecemasan.Beban Ekonomi:
Biaya perawatan, rehabilitasi, dan pengobatan jangka panjang menambah beban ekonomi baik bagi individu maupun sistem kesehatan nasional.Risiko Kematian
Fraktur Pinggul dan Mortalitas:
Komplikasi fraktur pinggul, terutama pada lansia, berhubungan dengan peningkatan risiko kematian akibat infeksi, trombosis, dan komplikasi pascaoperasi.
Kesimpulan
Osteoporosis adalah kondisi kesehatan serius yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Skrining menggunakan DXA scan dan FRAX score merupakan kunci untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi. Kombinasi pengobatan farmakologis (seperti bisphosphonates, denosumab, teriparatide), suplementasi nutrisi, dan perubahan gaya hidup terbukti efektif menurunkan risiko fraktur. Asupan nutrisi yang optimal, aktivitas fisik rutin, serta modifikasi kebiasaan hidup merupakan langkah penting dalam pencegahan osteoporosis.
Osteoporosis bukanlah suatu kondisi yang tidak dapat dicegah. Dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat, setiap individu memiliki peluang untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah fraktur yang dapat mengurangi produktivitas serta kualitas hidup. Mari tingkatkan kesadaran dan lakukan langkah proaktif untuk kesehatan tulang demi masa depan yang lebih cerah dan berkualitas.
Daftar Pustaka
National Institute on Aging. (n.d.). Osteoporosis. U.S. Department of Health and Human Services. Retrieved from https://www.nia.nih.gov/health/osteoporosis/osteoporosis
Porter JL, Varacallo MA. Osteoporosis. [Updated 2023 Aug 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441901/
Willers, C., Norton, N., Harvey, N. C., Jacobson, T., Johansson, H., Lorentzon, M., ... & SCOPE review panel of the IOF. (2022). Osteoporosis in Europe: a compendium of country-specific reports. Archives of osteoporosis, 17(1), 23.
Sabri, S. A., Chavarria, J. C., Ackert-Bicknell, C., Swanson, C., & Burger, E. (2023). Osteoporosis: An Update on Screening, Diagnosis, Evaluation, and Treatment. Orthopedics, 46(1), e20–e26. https://doi.org/10.3928/01477447-20220719-03
Lewiecki EM. Osteoporosis: Clinical Evaluation. [Updated 2024 Nov 2]. In: Feingold KR, Anawalt B, Blackman MR, et al., editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA): MDText.com, Inc.; 2000-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279049/
Porter JL, Varacallo MA. Osteoporosis. [Updated 2023 Aug 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441901/
Akkawi I, Zmerly H. Osteoporosis: Current Concepts. Joints. 2018 Jun 14;6(2):122-127. doi: 10.1055/s-0038-1660790. PMID: 30051110; PMCID: PMC6059859.