Tidak sedikit orang dewasa dengan ADHD mengalami kesulitan dalam karier, hubungan, atau kesehatan mental akibat memiliki ADHD yang tidak terdiagnosis
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan neurodevelopmental yang biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak, namun dapat berlanjut hingga dewasa. Beberapa orang baru mengetahui mengalami ADHD ketika dewasa. Sayangnya, banyak orang dewasa tidak menyadari bahwa mereka hidup dengan ADHD. Pada orang dewasa, ADHD ditandai dengan gejala seperti kesulitan memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku impulsif yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, termasuk dalam aspek pekerjaan dan hubungan interpersonal. Artikel ini akan membahas gejala ADHD, penyebabnya, hingga pentingnya melakukan tes ADHD untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Apa Itu ADHD pada Dewasa?
ADHD pada orang dewasa adalah gangguan neurodevelopmental yang ditandai dengan pola inatensi, mudah teralihkan, hiperaktivitas, dan impulsivitas yang persisten. Gejala-gejala ini sering kali menyebabkan gangguan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan interpersonal, interaksi sosial, dinamika keluarga, aktivitas akademik, dan kinerja kerja.
Pada orang dewasa, manifestasi ADHD dapat berbeda dengan yang terlihat pada anak-anak. Sementara gejala hiperaktivitas cenderung menurun seiring usia, masalah terkait inatensi dan mudah teralihkan sering kali tetap ada, menyebabkan tantangan dalam melakukan fungsi sehari-hari.
ADHD pada orang dewasa sering kali kurang terdiagnosis, yang mengakibatkan gejala-gejala yang tidak ditangani dapat memengaruhi kualitas hidup secara negatif. Pengenalan dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk meningkatkan hasil pada individu dengan gangguan ini.
Bagaimana Cara Mengetahui ADHD pada Dewasa?
Kriteria diagnostik untuk ADHD pada dewasa, sebagaimana diuraikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition atau DSM-5 (buku panduan utama terkait gangguan mental), mengharuskan adanya minimal lima gejala inatensi dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang telah berlangsung selama setidaknya enam bulan. Gejala-gejala ini harus tidak berhubungan dengan tingkat perkembangan individu dan sudah muncul sebelum usia 12 tahun. Selain itu, gejala tersebut harus menyebabkan gangguan signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan, dan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya. Mengenali gejala ADHD perlu untuk diketahui, namun jika Anda merasa mengalami ADHD, tetap konsultasikan pada ahli untuk diagnosis yang akurat. Beberapa gejala ADHD pada dewasa yang dapat diamati meliputi:
1. Inatensi:
Kesulitan Mempertahankan Perhatian
Orang dewasa dengan ADHD sering kesulitan untuk tetap fokus pada tugas atau aktivitas, yang dapat menyebabkan pekerjaan tidak selesai dan tenggat waktu terlewatkan.Kesalahan yang Tidak Disengaja
Cenderung mengabaikan detail sehingga menyebabkan kesalahan dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya.Disorganisasi
Mengalami kesulitan mengatur tugas dan mengelola waktu, yang sering menyebabkan penundaan dan pertemuan yang terlewatkan.Pelupa
Sering lupa terhadap aktivitas sehari-hari, seperti melewatkan janji atau lupa membayar tagihan.
2. Hiperaktivitas
Gelisah
Orang dewasa sering merasa gelisah secara internal, sering terlihat seperti merasa "tidak tenang."Berbicara Berlebihan
Ada kecenderungan untuk berbicara secara berlebihan, bahkan di situasi yang kurang tepat.Sulit Berpartisipasi dalam Aktivitas yang Tenang
Sulit untuk berpartisipasi dalam aktivitas santai karena merasa sulit untuk bersantai.
3. Impulsivitas
Keputusan Impulsif
Sering membuat keputusan yang tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, yang dapat menyebabkan perilaku berisiko.Menginterupsi Orang Lain
Sering menyela pembicaraan atau kegiatan orang lain.Tidak Sabaran
Mengalami kesulitan menunggu giliran dalam berbagai situasi, yang dapat menyebabkan frustasi.
Gejala-gejala ini dapat bervariasi dalam intensitasnya dan sering menyebabkan tantangan dalam lingkungan profesional, akademik, dan hubungan pribadi. Gejala juga dapat bervariasi antar individu dan sering kali disalah artikan sebagai masalah kepribadian atau kurangnya tanggung jawab. Perlu dicatat bahwa meskipun gejala hiperaktivitas dapat berkurang seiring bertambahnya usia, masalah inatensi dan impulsivitas sering tetap ada hingga dewasa.
Pengenalan dini dan manajemen yang tepat terhadap gejala-gejala ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan hasil fungsional pada orang dewasa dengan ADHD.
Penyebab ADHD pada Dewasa: Faktor Genetik, Neurologis, Psikologis, dan Lingkungan
ADHD merupakan kondisi yang berasal dari masa kanak-kanak, yaitu sebelum berusia 12 tahun. Sehingga, ADHD pada dewasa merupakan kelanjutan dari ADHD pada anak. Namun, beberapa kasus ADHD tidak terdeteksi di masa kanak-kanak dan baru diketahui ketika sudah dewasa. Studi menunjukkan bahwa sekitar 2,5-4,4% populasi dewasa memiliki ADHD, dan banyak di antaranya tidak didiagnosis hingga dewasa. Berikut beberapa kemungkinan penyebab terjadinya ADHD pada seseorang:
1. Genetik
ADHD memiliki komponen genetik, diidentifikasi gen yang berpengaruh adalah tertentu yang terkait dengan sistem transport dopamin dan reseptor (misalnya, DRD4, DAT1). Selain itu, perubahan epigenetik juga dapat memengaruhi ekspresi gen sebagai respons terhadap pemicu lingkungan.
Hereditas: Penelitian menunjukkan bahwa ADHD memiliki komponen genetik yang signifikan, dengan estimasi heritabilitas sekitar 74%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik yang diturunkan memainkan peran besar dalam perkembangan ADHD.
Variasi Genetik: Studi asosiasi genom luas (genome-wide association studies) telah mengidentifikasi lokus genetik spesifik yang terkait dengan ADHD, yang menyoroti kompleksitas struktur genetik gangguan ini. Temuan ini menunjukkan bahwa ADHD bersifat poligenik, dimana banyak varian genetik berkontribusi terhadap terjadinya ADHD.
2. Mekanisme Neurologis
Disregulasi Neurotransmiter: ADHD sangat terkait dengan ketidakseimbangan neurotransmiter, terutama dopamin dan norepinefrin. Kedua zat kimia ini penting untuk perhatian, motivasi, dan fungsi eksekutif. Ketidakseimbangan dalam sistem ini dapat menyebabkan gejala utama ADHD, seperti kurang perhatian dan impulsivitas.
Struktur dan Fungsi Otak
Korteks Prefrontal: Individu dengan ADHD sering menunjukkan aktivitas yang berkurang atau perbedaan struktural pada korteks prefrontal, yaitu area otak yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian impuls.
Ganglia Basal dan Serebelum: Perbedaan struktural di area ini juga telah diamati, dimana area ini berpengaruh pada kontrol motorik dan pemrosesan reward system.
Default Mode Network (DMN): DMN yang seharusnya hanya aktif ketika sedang tidak fokus dengan dunia luar seperti saat istirahat dan melamun, kemungkinan tidak mati dengan baik pada individu dengan ADHD ketika mereka bekerja. Menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan fokus pada tugas.
3. Mekanisme Psikologis
Defisit Fungsi Eksekutif: Orang dewasa dengan ADHD sering menunjukkan gangguan dalam fungsi eksekutif, termasuk kesulitan dengan memori kerja, fleksibilitas kognitif, dan kontrol inhibisi. Gangguan ini dapat menyebabkan tantangan dalam mengorganisasi tugas, mempertahankan perhatian, dan mengatur perilaku.
Disregulasi Emosi: Masalah dalam pengaturan emosi sering ditemukan pada orang dewasa dengan ADHD, yang berkontribusi pada impulsivitas dan kesulitan dalam mengelola stres serta frustasi. Disregulasi emosi ini dapat memperburuk gangguan fungsi yang terkait dengan ADHD.
4. Lingkungan
A. Faktor Prenatal
Merokok dan Konsumsi Alkohol pada Ibu: Paparan nikotin dan alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko ADHD.
Berat Badan Lahir Rendah atau Kelahiran Prematur: Faktor ini berhubungan dengan kerentanan neurologis yang dapat meningkatkan risiko ADHD.
B. Toksin Lingkungan
Paparan toksin lingkungan, seperti timbal atau PCB (polychlorinated biphenyls), telah dikaitkan dengan ADHD. Toksin ini dapat mengganggu perkembangan otak selama periode kritis.
Stres Psikososial
Adversitas Awal Kehidupan
Pengalaman buruk masa kecil, seperti pengabaian atau pelecehan, dapat menyebabkan gejala mirip ADHD melalui stres kronis yang memengaruhi perkembangan otak.Hubungan dengan Orang Tua
Gaya pengasuhan yang tidak konsisten atau konflik keluarga dapat memperburuk gejala ADHD pada individu yang memiliki predisposisi genetik.
C. Diet dan Nutrisi
Defisiensi: Kekurangan nutrisi penting, seperti asam lemak omega-3 atau zat besi, dapat memengaruhi gejala ADHD.
Aditif Buatan: Beberapa studi menunjukkan hubungan antara zat aditif buatan pada makanan dengan hiperaktivitas pada beberapa anak.
Memahami interaksi antara predisposisi genetik, mekanisme psikologis, neurologis, dan faktor lingkungan sangat penting untuk mengembangkan intervensi dan strategi dukungan yang efektif bagi orang dewasa dengan ADHD.
Pentingnya Tes ADHD
Mendiagnosis ADHD pada dewasa memerlukan evaluasi yang komprehensif. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan melakukan konsultasi ke profesional seperti dengan psikiater atau psikolog. Selain itu, dapat juga dilakukan tes genetik berupa tes DNA. Tes tersedia di Bumame, dengan paket tes DNAset Psychology Set seharga Rp.3.000.000. Hasil tes yang akan Anda dapatkan tidak hanya mengenai ADHD, namun kondisi psikologis secara keseluruhan. Selain hasil tes, Anda juga akan memperoleh arahan untuk gaya hidup sehat yang cocok dilakukan oleh Anda berdasarkan hasil tes. Beberapa kelebihan tes DNA adalah:
Mengidentifikasi gangguan secara objektif.
Mendapatkan saran terkait penanganan yang tepat, seperti terapi perilaku atau obat.
Membantu mningkatkan kualitas hidup dengan memahami dan mengelola gejala.
Tes dapat dilakukan tanpa datang ke tempat dengan memesan pengiriman alat tes atau tenaga profesional datang ke rumah.
Mengapa Deteksi ADHD Penting?
Tidak sedikit orang dewasa dengan ADHD mengalami kesulitan dalam karier, hubungan, atau kesehatan mental akibat memiliki ADHD yang tidak terdiagnosis. Apalagi gejala ADHD seringkali disalahartikan sebagai sebuah karakter buruk atau kelalaian, yang tentu saja memiliki cara penanganan berbeda untuk memperbaikinya. Dengan melakukan tes ADHD, individu dapat mulai mengembangkan strategi pengelolaan yang efektif dan meningkatkan kualitas hidup utamanya di lingkungan sosial dan pekerjaan sehari-hari.
Penanganan ADHD pada Dewasa
Jika sudah terdiagnosis memiliki ADHD, penanganan apa yang dapat dilakukan? Penanganan ADHD pada orang dewasa berfokus pada kombinasi terapi farmakologis, psikoterapi, dan intervensi gaya hidup untuk mengelola gejala dan meningkatkan fungsi sehari-hari. Berikut adalah pendekatan utama:
1. Farmakoterapi
Obat-obatan merupakan terapi lini pertama untuk ADHD pada dewasa, terutama bagi mereka dengan gejala yang signifikan.
Stimulant (Methylphenidate): Obat ini meningkatkan ketersediaan dopamin dan norepinefrin di otak, membantu meningkatkan perhatian dan mengurangi impulsivitas.
Non-Stimulant (Atomoxetine, Guanfacine): Obat ini digunakan pada pasien yang tidak merespons stimulant atau memiliki risiko penyalahgunaan obat.
2. Psikoterapi
Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Efektif dalam membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir negatif, meningkatkan keterampilan pengelolaan waktu, dan mengurangi perilaku impulsif.
Coaching ADHD: Memberikan panduan praktis untuk membantu pasien menetapkan tujuan dan mengembangkan strategi organisasi.
3. Pelatihan Gaya Hidup dan Manajemen Diri
Latihan Fisik: Aktivitas fisik rutin dapat meningkatkan fungsi eksekutif dan mood dengan meningkatkan dopamin dan norepinefrin.
Strategi Manajemen Waktu: Penggunaan kalender, pengingat, dan aplikasi khusus membantu mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh kurang perhatian.
Dengan mengetahui berbagai macam hal mengenai ADHD, jika Anda merasa memiliki beberapa kondisi yang cocok dengan gejala ADHD, segera lakukan pemeriksaan dan tes dengan profesional.
Sumber:
Targum, S. D., & Adler, L. A. (2014). Our current understanding of adult ADHD. Innovations in Clinical Neuroscience, 11(11–12), 30–35. https://doi.org/10.17925/USN.2014.10.02.89
Tandon, M., et al. (2022). "Lifestyle Interventions for ADHD: Emerging Evidence and Future Directions." Journal of Psychiatric Research, 151, 190–199. PubMed.
Ramsay, J. R., & Rostain, A. L. (2015). "Cognitive Behavioral Therapy for Adult ADHD." Psychiatric Clinics of North America, 38(2), 269–280.
"Parenting and Family Factors as Predictors of Treatment Outcome in Childhood ADHD: An Examination of Mediating and Moderating Processes." Clinical Child and Family Psychology Review, 11(3), 135–156.
Linnet, K. M., et al. (2003). "Maternal Lifestyle Factors in Pregnancy Risk of Attention Deficit Hyperactivity Disorder and Associated Behaviors: Review of the Current Evidence." American Journal of Psychiatry, 160(6), 1028–1040.
Thapar, A., et al. (2013). "What Have We Learnt About the Causes of ADHD?" Journal of Child Psychology and Psychiatry, 54(1), 3–16.
Arnsten, A. F. T. (2009). "The Emerging Neurobiology of Attention Deficit Hyperactivity Disorder: The Key Role of the Prefrontal Association Cortex." Biological Psychiatry, 65(12), 1031–1038.