Waspada Infeksi Berbahaya! Mengapa Tes TORCH Penting bagi Ibu Hamil?

Waspada Infeksi Berbahaya! Mengapa Tes TORCH Penting bagi Ibu Hamil?

10/06/2025Bumame

Tes TORCH penting untuk deteksi infeksi yang bisa membahayakan janin. Ketahui manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi.

Apa itu tes TORCH? Tes TORCH adalah serangkaian pemeriksaan darah yang digunakan untuk mendeteksi infeksi yang dapat membahayakan ibu hamil dan janin. TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasmosis, Other infections (termasuk sifilis, varicella-zoster, parvovirus B19), Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes simplex virus (HSV). Infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius pada kehamilan, termasuk cacat lahir, keterlambatan perkembangan, atau bahkan keguguran.

Tes TORCH dilakukan dengan mengukur antibodi IgM dan IgG dalam darah. IgM menunjukkan adanya infeksi akut yang sedang berlangsung, sedangkan IgG menandakan adanya paparan sebelumnya atau kekebalan terhadap infeksi tersebut.

Mengenal infeksi dalam TORCH

Sebelum membahas mengenai tes TORCH, berikut pembahasan singkat terkait masing-masing infeksi dalam TORCH:

  • Toxoplasmosis: Infeksi parasit Toxoplasma gondii yang dapat ditularkan melalui makanan atau kontak dengan kotoran kucing yang terinfeksi. Gejala pada ibu seringkali ringan atau tidak tampak, tetapi bisa menyebabkan keguguran atau kelainan bawaan pada janin.

  • Other infections: Infeksi lain seperti sifilis, cacar air (varicella-zoster), dan parvovirus B19 yang dapat memengaruhi perkembangan janin.

  • Rubella: Infeksi virus yang dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital jika terjadi selama kehamilan. Bayi dengan rubella kongenital dapat mengalami cacat jantung bawaan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, keterlambatan perkembangan, ruam kulit akibat gangguan produksi sel darah merah, dan trombositopenia.

  • Cytomegalovirus (CMV): Infeksi virus umum yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran, penglihatan, dan perkembangan pada bayi yang terinfeksi di dalam kandungan.

  • Herpes simplex virus (HSV): Infeksi virus herpes yang dapat ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan, berisiko menyebabkan infeksi berat pada bayi baru lahir. Gejala pada ibu meliputi luka lepuh di sekitar mulut atau genital, demam, dan nyeri saat buang air kecil.

Manfaat Tes TORCH

Tes TORCH memiliki berbagai manfaat, terutama bagi ibu hamil dan wanita yang merencanakan kehamilan:

  • Mendeteksi Infeksi Dini: Mengetahui apakah ibu terinfeksi salah satu patogen TORCH sebelum atau selama kehamilan dapat membantu dokter mengambil langkah-langkah pencegahan.

  • Menentukan Risiko Penularan ke Janin: Jika ditemukan infeksi aktif, dokter dapat menilai seberapa besar risiko janin tertular.

  • Merencanakan Penanganan Medis: Dalam beberapa kasus, pengobatan dini dapat diberikan untuk mengurangi dampak infeksi pada bayi yang sedang berkembang.

  • Mengurangi Risiko Komplikasi: Dengan deteksi dini, dokter dapat merancang strategi terbaik untuk mengurangi risiko keguguran, kelahiran prematur, atau cacat lahir.

Oleh karena itu, penting sekali melakukan tes TORCH sesuai dengan waktu yang disarankan.

Kapan Sebaiknya Tes TORCH Dilakukan?

Tes TORCH direkomendasikan dalam beberapa situasi berikut:

  • Sebelum Kehamilan: Wanita yang merencanakan kehamilan dianjurkan menjalani tes ini untuk mengetahui status kekebalan mereka terhadap infeksi TORCH.

  • Pada Trimester Pertama Kehamilan: Jika ibu hamil mengalami gejala yang mencurigakan seperti demam, ruam, atau pembesaran kelenjar getah bening.

  • Jika Terdapat Anomali pada USG: Jika pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya kelainan pada janin yang bisa terkait dengan infeksi TORCH.

  • Pada Bayi Baru Lahir dengan Gejala Infeksi Kongenital: Jika bayi lahir dengan berat badan rendah, ikterus (kulit kuning), kejang, atau gangguan perkembangan, tes TORCH dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan infeksi bawaan.

Biaya Tes TORCH

Biaya tes TORCH bervariasi tergantung pada laboratorium dan cakupan pemeriksaan. Secara umum, harga berkisar antara Rp500.000 hingga Rp2.500.000, tergantung pada jumlah patogen yang diperiksa dan lokasi fasilitas kesehatan. Beberapa rumah sakit atau laboratorium mungkin menawarkan paket pemeriksaan lengkap dengan harga yang lebih terjangkau.

Bagaimana Prosedur Tes TORCH Dilakukan?

Tes TORCH dilakukan dengan prosedur sederhana, yaitu pengambilan sampel darah dari vena di lengan. Sampel darah kemudian dianalisis di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan antibodi IgM dan IgG terhadap infeksi yang diuji.

Persiapan sebelum tes:

  • Tidak diperlukan puasa sebelum pengambilan darah.

  • Jika sedang mengonsumsi obat tertentu, informasikan kepada dokter agar hasil tes dapat dievaluasi dengan tepat.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Hasil Tes TORCH Positif?

Jika hasil tes TORCH menunjukkan adanya infeksi aktif, langkah-langkah berikut perlu dilakukan:

  • Konsultasi dengan Dokter Spesialis Kandungan - Dokter akan mengevaluasi hasil tes dan memberikan rekomendasi tindakan yang sesuai.

  • Pemeriksaan Tambahan - Dalam beberapa kasus, diperlukan tes lanjutan seperti pemeriksaan USG atau amniosentesis untuk menilai kondisi janin.

  • Pengobatan yang Tepat - Tindakan medis dapat mencakup pemberian antibiotik, antivirus, atau tindakan pencegahan lainnya untuk mengurangi risiko komplikasi.

  • Pemantauan Ketat - Jika terdeteksi infeksi aktif, ibu hamil perlu menjalani pemantauan rutin untuk memastikan kesehatan janin tetap terjaga.

Pencegahan Infeksi TORCH

Mencegah infeksi TORCH sangat penting bagi wanita yang sedang hamil atau berencana untuk hamil. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terinfeksi:

Menjaga Kebersihan dan Higiene Diri

  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan dan setelah menyentuh hewan.

  • Hindari kontak dengan kotoran kucing dan gunakan sarung tangan saat membersihkan kandang atau berkebun.

Menghindari Konsumsi Makanan Berisiko

  • Masak daging hingga matang sempurna untuk menghindari Toxoplasma gondii.

  • Cuci buah dan sayur dengan bersih sebelum dikonsumsi.

  • Hindari konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi untuk menghindari risiko infeksi bakteri.

Vaksinasi Sebelum Kehamilan

  • Vaksinasi rubella sangat dianjurkan bagi wanita yang belum memiliki kekebalan terhadap virus ini.

  • Konsultasikan dengan dokter mengenai status vaksinasi sebelum merencanakan kehamilan.

Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum dan Selama Kehamilan

  • Tes TORCH dapat membantu mendeteksi infeksi sebelum kehamilan.

  • Rutin memeriksakan diri ke dokter untuk pemantauan kesehatan ibu dan janin.

Menghindari Kontak dengan Orang yang Sedang Terinfeksi

  • Hindari kontak dengan individu yang mengalami infeksi virus seperti cacar air, rubella, atau herpes.

  • Gunakan perlindungan seperti masker dan sarung tangan jika diperlukan.

Menggunakan Pengaman Saat Berhubungan Seksual

  • Menggunakan kondom dapat membantu mencegah infeksi seperti sifilis dan herpes genital.

  • Lakukan pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual) secara berkala bagi pasangan yang berisiko.

Penanganan Bayi yang Terinfeksi TORCH

Jika pada akhirnya seorang bayi terdiagnosis mengalami infeksi TORCH sejak dalam kandungan atau setelah lahir, langkah-langkah penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang. Berikut adalah pendekatan medis dalam menangani bayi yang terinfeksi TORCH berdasarkan jenis infeksinya:

Pemeriksaan dan Diagnosis Dini

Setelah lahir, bayi yang dicurigai mengalami infeksi TORCH akan menjalani serangkaian pemeriksaan, seperti:

  • Tes darah untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap patogen TORCH.

  • Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF) untuk menilai kemungkinan infeksi sistem saraf pusat.

  • USG kepala dan pencitraan otak (MRI/CT scan) untuk melihat kelainan struktural akibat infeksi intrauterin.

  • Evaluasi pendengaran dan penglihatan untuk mendeteksi gangguan akibat infeksi TORCH.

Penanganan Berdasarkan Jenis Infeksi

Toxoplasmosis

  • Bayi yang terinfeksi Toxoplasma gondii biasanya diberikan kombinasi obat pyrimethamine, sulfadiazine, dan asam folinat selama minimal satu tahun untuk mencegah komplikasi neurologis dan gangguan penglihatan.

  • Pemantauan perkembangan otak dan mata secara berkala diperlukan untuk mendeteksi gangguan sejak dini.

Other infections (Sifilis, Varicella, Parvovirus B19, dll.)

  • Bayi dengan sifilis kongenital akan mendapatkan terapi penisilin intravena selama 10–14 hari untuk membasmi infeksi.

  • Infeksi varicella-zoster kongenital dapat ditangani dengan imunoglobulin varicella-zoster (VZIG) dan asiklovir jika terjadi gejala berat.

  • Parvovirus B19 yang menyebabkan anemia pada janin mungkin memerlukan transfusi intrauterin sebelum lahir.

Rubella (Sindrom Rubella Kongenital)

  • Tidak ada pengobatan spesifik untuk rubella kongenital, tetapi bayi dengan komplikasi seperti kelainan jantung, gangguan pendengaran, atau katarak perlu mendapatkan penanganan medis yang sesuai, seperti operasi jantung, implantasi koklea, atau operasi katarak.

Cytomegalovirus (CMV)

  • Bayi dengan infeksi CMV kongenital yang menunjukkan gejala berat dapat diberikan ganciclovir atau valganciclovir selama 6 bulan untuk mengurangi risiko gangguan pendengaran dan perkembangan.

  • Pemeriksaan audiologi secara berkala dianjurkan karena gangguan pendengaran akibat CMV bisa muncul secara bertahap.

Herpes Simplex Virus (HSV)

  • Bayi yang mengalami herpes neonatal akan mendapatkan asiklovir intravena selama 14–21 hari, tergantung tingkat keparahan infeksi (kulit, mata, otak, atau diseminata).

  • Perawatan intensif diperlukan untuk bayi dengan herpes berat yang melibatkan sistem saraf pusat.

Pemantauan Jangka Panjang dan Terapi Tambahan

Bayi yang lahir dengan infeksi TORCH memerlukan pemantauan jangka panjang untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi seperti:

  • Gangguan perkembangan kognitif – Terapi okupasi, fisioterapi, atau terapi wicara dapat membantu meningkatkan kualitas hidup bayi.

  • Gangguan pendengaran dan penglihatan – Terapi rehabilitasi, alat bantu dengar, atau intervensi medis lainnya mungkin diperlukan.

  • Kelainan neurologis seperti epilepsi atau cerebral palsy – Terapi obat dan fisioterapi bisa membantu mengelola gejala.

Pencegahan Penularan ke Bayi Selanjutnya

Jika seorang ibu mengalami infeksi TORCH dalam kehamilan sebelumnya, langkah-langkah pencegahan untuk kehamilan berikutnya dapat mencakup:

  • Pemeriksaan TORCH sebelum hamil untuk mengetahui status kekebalan.

  • Vaksinasi rubella sebelum konsepsi bagi yang belum memiliki antibodi rubella.

  • Pencegahan toksoplasmosis dengan menjaga kebersihan makanan dan lingkungan.

Bayi yang terinfeksi TORCH memerlukan penanganan medis yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi serius. Dampak jangka pendek maupun panjang dari infeksi TORCH dapat memperburuk kualitas hidup bayi maupun orang tua. Oleh karena itu, deteksi dini melalui Tes TORCH adalah pemeriksaan penting bagi wanita hamil atau yang berencana untuk hamil, karena dapat membantu mendeteksi infeksi yang berisiko bagi perkembangan janin. Dengan deteksi dini, tindakan medis yang tepat dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi. Jangan tunggu sampai terlambat, segera lakukan Tes TORCH di laboratorium kesehatan terpercaya seperti Bumame untuk memastikan kesehatan Anda dan buah hati!

Sumber:

World Health Organization (WHO). Congenital infections: A global perspective. WHO, 2022.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Toxoplasmosis, Rubella, and Cytomegalovirus Infections in Pregnancy. CDC Guidelines, 2021.

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). Guidelines for Infectious Disease Screening in Pregnancy. Obstet Gynecol, 2020;135(3):e110–e125.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemeriksaan TORCH untuk Ibu Hamil. Jakarta: Kemenkes RI, 2019.

Maldonado YA, Read JS. Diagnosis, treatment, and prevention of congenital infections: An update. J Pediatr Infect Dis Soc, 2020;9(Suppl 1):S1–S12.