Monkeypox: Ancaman Baru Setelah Pandemi COVID-19?

Monkeypox: Ancaman Baru Setelah Pandemi COVID-19?

09/06/2025Bumame

Monkeypox mulai menyebar di berbagai negara. Kenali gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan untuk hadapi potensi wabah baru ini.

Setelah dunia berjuang melawan pandemi COVID-19, kini muncul kekhawatiran baru terkait penyebaran Monkeypox, penyakit zoonosis yang sebelumnya jarang terdengar. Kasus Monkeypox yang awalnya terbatas di wilayah Afrika kini dilaporkan di berbagai negara, menimbulkan pertanyaan: apakah penyakit ini bisa menjadi pandemi berikutnya? Dengan gejala mirip cacar, Monkeypox dapat menular melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau hewan pembawa virus. Lantas, seberapa besar ancaman Monkeypox bagi kesehatan global? Bagaimana cara mengenali gejalanya dan melindungi diri dari penularan? Mari kita bahas lebih lanjut.

Apa Itu Monkeypox?

Monkeypox (cacar monyet) adalah penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh Monkeypox virus (MPXV), yang termasuk dalam keluarga Poxviridae dan genus Orthopoxvirus. Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada monyet laboratorium pada tahun 1958, dan kasus pertama pada manusia dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Monkeypox memiliki karakteristik mirip dengan cacar (smallpox), tetapi dengan tingkat keparahan yang lebih rendah. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, droplet pernapasan, serta kontak dengan hewan yang terinfeksi. Meskipun jarang berakibat fatal, penyakit ini tetap menjadi perhatian global karena meningkatnya kasus di luar daerah endemiknya.

Kasus Monkeypox di Indonesia

Sejak munculnya kasus Monkeypox di luar Afrika, Indonesia mulai melaporkan kasus pertama pada tahun 2022. Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan Indonesia terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan infeksi dan mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat perjalanan ke daerah dengan kasus tinggi.

Peningkatan kasus di Indonesia sebagian besar terjadi di wilayah dengan mobilitas tinggi, terutama kota-kota besar. Oleh karena itu, penting untuk terus menerapkan langkah-langkah pencegahan guna mengendalikan penyebaran virus ini.

Penularan Monkeypox

Monkeypox adalah penyakit zoonosis, yang berarti virusnya dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Selain itu, penularan antar manusia juga dapat terjadi, meskipun tidak secepat virus seperti cacar air atau flu. Berikut adalah beberapa cara utama Monkeypox virus (MPXV) menyebar:

Penularan dari Hewan ke Manusia

Penularan utama Monkeypox berasal dari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Beberapa cara virus dapat berpindah dari hewan ke manusia meliputi:

  • Gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, atau hewan pengerat.

  • Kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit hewan yang sakit.

  • Mengonsumsi daging hewan liar yang tidak dimasak dengan baik, yang berpotensi mengandung virus.

Penularan dari Manusia ke Manusia

Meskipun Monkeypox tidak menyebar semudah flu atau COVID-19, virus ini tetap dapat menular antar manusia melalui:

  • Kontak langsung dengan lesi kulit atau ruam penderita, yang mengandung virus aktif.

  • Cairan tubuh, termasuk air liur, lendir pernapasan, dan darah dari penderita.

  • Droplet pernapasan, terutama melalui percikan saat berbicara, batuk, atau bersin dalam jarak dekat.

  • Kontak dengan benda yang terkontaminasi, seperti pakaian, handuk, seprai, atau alat makan yang digunakan penderita.

Penularan dari Ibu ke Janin atau Bayi

Pada kasus tertentu, wanita hamil yang terinfeksi Monkeypox dapat menularkan virus ke janinnya melalui plasenta, yang dapat menyebabkan infeksi kongenital. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi juga dapat tertular saat proses persalinan atau melalui kontak langsung setelah lahir.

Gejala Monkeypox

Gejala cacar monyet biasanya muncul dalam 5–21 hari setelah terpapar virus. Penyakit ini umumnya berlangsung selama 2–4 minggu dan memiliki beberapa tahapan gejala:

Gejala awal (0–5 hari pertama):

  • Demam tinggi

  • Sakit kepala

  • Nyeri otot dan sendi

  • Kelelahan

  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)

Munculnya ruam kulit (1–3 hari setelah demam):

  • Ruam berkembang dari bintik merah menjadi lenting berisi cairan, kemudian mengeras menjadi koreng sebelum akhirnya mengelupas.

  • Ruam sering muncul di wajah, telapak tangan, telapak kaki, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya.

Gejala cacar monyet mirip dengan cacar air, tetapi adanya pembengkakan kelenjar getah bening menjadi pembeda utama.

Pemeriksaan dan Diagnosis Monkeypox

Diagnosis cacar monyet dilakukan dengan beberapa metode berikut:

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melakukan wawancara medis untuk mengetahui riwayat perjalanan, kontak dengan hewan atau individu yang terinfeksi, serta gejala yang dialami pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk:

  • Memeriksa karakteristik ruam atau lesi kulit.

  • Mengevaluasi adanya demam, pembengkakan kelenjar getah bening, serta gejala lainnya yang menyerupai cacar atau penyakit kulit lainnya.

Pemeriksaan Laboratorium untuk Konfirmasi

Untuk memastikan diagnosis, diperlukan pemeriksaan laboratorium guna mendeteksi keberadaan Monkeypox virus dalam tubuh pasien. Beberapa metode yang digunakan antara lain:

  • Polymerase Chain Reaction (PCR) Test

  1. Tes PCR merupakan metode utama untuk mendeteksi Monkeypox virus dengan menganalisis sampel dari lesi kulit, cairan lepuh, atau kerak luka.

  2. Tes ini memiliki sensitivitas tinggi dan dapat memastikan keberadaan virus secara akurat.

  • Serologi dan Tes Antibodi

  1. Pemeriksaan antibodi dalam darah dapat mendeteksi respons imun terhadap infeksi Monkeypox.

  2. Namun, metode ini kurang spesifik dibandingkan PCR karena antibodi juga bisa muncul akibat infeksi virus cacar lain yang berhubungan dengan MPXV.

  • Kultur Virus

  1. Sampel dari lesi kulit dapat dikultur di laboratorium untuk mengidentifikasi virus secara langsung.

  2. Metode ini jarang digunakan karena membutuhkan waktu lebih lama dan fasilitas laboratorium khusus.

Diagnosis Banding dengan Penyakit Lain

Karena gejalanya mirip dengan penyakit lain, dokter akan melakukan diagnosis banding dengan beberapa kondisi berikut:

  • Cacar air (Varicella-zoster virus): Memiliki ruam yang mirip, tetapi biasanya tidak disertai pembengkakan kelenjar getah bening.

  • Campak (Measles virus): Ditandai dengan demam tinggi dan ruam merah, tetapi tanpa lepuh yang khas seperti Monkeypox.

  • Infeksi bakteri pada kulit: Seperti impetigo, yang juga menyebabkan luka dan lepuh di kulit.

Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi dan penyebaran virus ke orang lain. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan, segera lakukan pemeriksaan laboratorium di fasilitas kesehatan terpercaya.

Untuk memastikan kesehatan Anda dan mencegah penyebaran Monkeypox, segera lakukan pemeriksaan di Bumame. Dengan fasilitas modern dan tenaga medis profesional, Bumame menyediakan tes PCR untuk deteksi Monkeypox virus dengan hasil yang akurat dan cepat. Perkiraan biaya pemeriksaan mulai dari Rp750.000 – Rp1.500.000 (tergantung jenis tes dan layanan tambahan). Hubungi layanan konsumen Bumame untuk informasi lebih lanjut!

Pengobatan Monkeypox

Hingga saat ini, belum ada obat khusus untuk cacar monyet. Namun, pengobatan yang tersedia bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi:

  • Istirahat dan hidrasi yang cukup untuk mempercepat pemulihan.

  • Obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen.

  • Salep atau obat antihistamin untuk mengurangi gatal akibat ruam.

  • Antivirus seperti Tecovirimat (TPOXX) yang dapat digunakan dalam kasus berat atau pada individu dengan risiko tinggi.

  • Rawat inap di rumah sakit bagi pasien dengan gejala berat atau komplikasi.

Pencegahan Monkeypox

Untuk mengurangi risiko penularan cacar monyet, langkah-langkah berikut sangat disarankan:

Vaksinasi sebagai Perlindungan Utama

Saat ini, vaksin yang digunakan untuk mencegah Monkeypox adalah vaksin Jynneos (juga dikenal sebagai Imvamune atau Imvanex), yang awalnya dikembangkan untuk cacar tetapi terbukti efektif melawan Monkeypox virus. Beberapa poin penting terkait vaksinasi meliputi:

  • Direkomendasikan untuk individu berisiko tinggi, seperti tenaga medis, petugas laboratorium, dan orang yang sering berinteraksi dengan pasien Monkeypox.

  • Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan interval sekitar empat minggu.

  • Vaksinasi juga bisa diberikan setelah paparan dalam waktu 4 hari untuk mencegah infeksi atau dalam waktu 14 hari untuk mengurangi keparahan gejala.

Hindari Kontak dengan Penderita atau Hewan Terinfeksi

Karena Monkeypox dapat menular melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau droplet pernapasan, langkah-langkah berikut dapat membantu mencegah penularan:

  • Hindari kontak dekat, termasuk sentuhan fisik dan berbagi barang pribadi dengan individu yang terinfeksi.

  • Gunakan masker dan sarung tangan saat merawat pasien atau berada di lingkungan yang berisiko tinggi.

  • Jauhi hewan liar, terutama primata dan hewan pengerat, yang dapat menjadi sumber infeksi.

Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan

Menjaga kebersihan adalah langkah penting dalam mencegah penyebaran virus:

  • Cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik, terutama setelah kontak dengan orang lain atau benda yang sering disentuh.

  • Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol jika sabun dan air tidak tersedia.

  • Disinfeksi permukaan dan benda yang sering disentuh, seperti gagang pintu, meja, dan peralatan elektronik.

Menerapkan Etika Batuk dan Bersin

Virus Monkeypox juga dapat menyebar melalui droplet pernapasan, meskipun ini bukan jalur utama penularan. Untuk mengurangi risiko penyebaran:

  • Tutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku bagian dalam saat batuk atau bersin.

  • Buang tisu bekas ke tempat sampah tertutup dan segera cuci tangan.

  • Hindari menyentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut, dengan tangan yang belum dicuci.

Mengisolasi Diri Jika Terinfeksi atau Berisiko Terpapar

Jika mengalami gejala Monkeypox atau telah melakukan kontak dengan seseorang yang terinfeksi:

  • Segera lakukan isolasi untuk mencegah penyebaran ke orang lain.

  • Gunakan kamar terpisah jika tinggal bersama orang lain.

  • Hindari berbagi barang pribadi seperti pakaian, handuk, dan alat makan.

  • Segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Monkeypox adalah penyakit yang dapat menular melalui kontak langsung dengan individu terinfeksi, hewan, atau benda yang terkontaminasi. Meskipun tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan cacar, Monkeypox tetap berisiko menyebabkan komplikasi serius, terutama bagi individu dengan sistem imun yang lemah. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai gejala seperti demam, ruam khas, serta pembengkakan kelenjar getah bening, dan segera mencari pertolongan medis jika mengalami gejala tersebut.

Upaya pencegahan, seperti vaksinasi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari kontak dengan penderita atau hewan yang berpotensi membawa virus, menjadi langkah utama dalam mengurangi risiko penularan. Jika Anda mengalami gejala mencurigakan atau memiliki riwayat kontak dengan pasien Monkeypox, segera lakukan pemeriksaan untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat!

Sumber:

World Health Organization. Monkeypox [Internet]. 2023 [cited 2024 Mar 12]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/Monkeypox

Centers for Disease Control and Prevention. Monkeypox and Mpox [Internet]. 2024 [cited 2024 Mar 12]. Available from: https://www.cdc.gov/poxvirus/Monkeypox/index.html

Rizk JG, Lippi G, Henry BM, Forthal DN, Rizk Y. Prevention and treatment of Monkeypox. Drugs. 2022;82(9):957-63.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kasus Monkeypox di Indonesia: Update dan Pencegahan [Internet]. 2024 [cited 2024 Mar 12]. Available from: https://www.kemkes.go.id/Monkeypox